Ibarat logam yang berwujud cair pada saat suhu ruangan
.
.
.
Wanita paruh baya itu menoleh. "Kalian udah saling kenal?"
Dengan cepat Vale menjawab, "Em—e ... saya pamit dulu, Bu." Vale tampak panik, ia langsung membawa Kenzo keluar dari rumah itu dengan terburu-buru.
Tak habis pikir. Vale merutuki dirinya sendiri--saat sudah melangkah jauh dari kediaman Genta—bahwa guru Kenzo itu adalah ibu dari cowok tersebut. Entah, mengapa malu rasanya saat menampakkan wajah pada Genta, cowok yang pernah ia bully habis-habisan.
Sontak Vale membulatkan matanya saat sudah sampai di rumah tapi terdapat seorang yang tak dikenal sedang berteriak dan marah-marah tak jelas di halaman rumah.
"Mohon maaf. Bapak, siapa ya?"
Pria yang tampaknya berumur setengah abad itu menoleh, memperlihatkan kumis tebalnya yang menakutkan.
"Aku mencari pemilik rumah ini."
"Dengan saya sendiri. Memangnya ada apa ya, Pak?"
Mendengar hal tersebut, nada bicara pria itu naik beberapa oktaf dan menoleh ke belakang. "Jadi ini kakakmu, Le?"
Vale terlihat bingung, pasalnya di belakang pria itu memang tidak ada siapa-siapa.
"Loh, di mana anak itu!"
Vale mendekat dengan Kenzo yang mengekor di belakangnya yang terlihat sangat ketakutan. "Ada apa ya, Pak?"
"Ini." Pria paruh baya itu menyerahkan sesuatu kepada Vale. "Untung aku tadi sempat menyita kartu pelajarnya."
"Oh, iya. Adit ... ini kartu pelajar punya adik saya. Kenapa bisa ada di, Bapak?"
"Tadi dia ada di sini, di belakangku tapi sekarang dia menghilang."
Mendengar hal itu, kening Vale tampak mengerut. "Ada apa dengan adik saya, Pak?"
"Dia menabrak kandang ayamku sampek hancur."
***
Malam harinya setelah kejadian bapak-bapak yang meminta pertanggungjawaban itu ke rumah, Aditya tak kunjung pulang.
Ini sudah pukul sepuluh malam tapi ponsel Adit masih tidak aktif. Anak itu tidak bisa dihubungi padahal Vale ingin mendengar pernyataan langsung dari adiknya tentang kejadian itu.
Memang tak disangka kejadian itu menjadi buah bibir oleh warga setempat.
Kini Kenzo tampak tertidur pulas di kursi. Vale memang sengaja menunggu kedatangan Adit di ruang tamu saat cewek itu kini seperti setrikaan yang sedang berjalan mondar-mandir, mencoba menghubungi teman-teman lama adiknya. Mengingat Vale tidak mempunyai nomor ponsel teman Adit yang baru.
"Dit lo ke mana, sih!" gerutu Vale kesal saat sudah selesai menelepon di nomor terakhir teman lama Adit yang Vale punya dan jawabannya tetap sama bahwa mereka tidak tahu keberadaan Adit karena sudah lama tidak berhubungan lagi sejak kepindahan Aditya di sekolah barunya.
Untuk pertama kalinya juga pintu rumah yang sudah selarut ini masih terbuka lebar.
Biasanya pintu rumah itu sudah ditutup pukul sembilan malam, mengingat penghuni rumah--yang dikatakan masih di bawah umur dan takut ada orang jahat yang masuk--apalagi di perkampungan ini jam segitu sudah sangat sepi. Itulah pesan yang selalu Wulan katakan kepada anak-anaknya saat wanita tersebut akan pergi merantau.

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Lebur (End)
Genç Kurgu[Update setiap hari Senin dan Kamis.] Seperti air yang membeku pada suhu 0' c dan mendidih pada suhu 100'c di tekanan 1 atmosfer. Begitu juga kehidupan karena semua unsur memiliki properti agar bisa berubah! Jeovanna Valeria adalah remaja dengan s...