Vale berlarian di koridor rumah sakit sambil mengusap bulir bening yang terus berjatuhan. Dadanya sesak, pikirannya benar-benar kacau hari ini.
Masalah terkait hutang adiknya baru saja selesai, dan Kenzo juga barusan masuk rumah sakit. Mengapa harus ditambah masalah baru lagi? Sungguh, otak Vale benar-benar penuh sekarang.
Saat melihat Vale yang sedang berdiri di depan rumah sakit—yang tampaknya sedang menunggu angkutan umum—Genta yang kebetulan sedang berada di warung sekitaran sana datang menghampiri cewek tersebut.
Melihat wajah Vale yang seketika panik dan kebingungan, membuat Genta memberanikan diri untuk menyapa. Namun, belum sempat Genta mengucapkan kalimat sakral itu Vale keburu mendapatkan angkutan umum dan Genta pun memutuskan untuk mengekor di belakang.
Jika biasanya Vale akan marah-marah tak jelas bila bertemu dengan Genta, berbeda dengan hari ini. Cewek itu seakan pasrah saat Genta—yang entah bagaimana ceritanya tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.
"Hai. Bo-boleh nggak gue temenini?"
Tanpa menjawab, Vale hanya melirik sekilas kemudian berdeham sebagai jawaban lalu dengan kelopak mata yang terpejam dan kedua tangan yang menyangga kepalanya tepat di bagian pelipis. Kepalanya terasa pening sekarang karena—mungkin--kebanyakan menangis.
"Hmm, oke. Gue anggep sebagai jawaban."
Hening.
Setelah itu hanya terdengar suara bus melaju. Genta melirik sebentar ke arah Vale. Tak seperti biasanya cewek itu murung seperti sekarang.
Melihat ketidakjelasan tujuannya menaiki angkutan umum, Genta mencoba bertanya, "Kalau boleh tahu, memangnya ini mau ke mana?"
Dengan sarkas Vale menjawab, "Nanya-nanya mulu, sih! Siapa suruh ngikutin tapi nggak tau tujuannya ke mana—eh!"
Seakan teringat sesuatu, Vale menghentikan perkataannya.
"Kenapa?"
"Gue juga nggak tau mau ke mana."
Mungkin sangking paniknya tadi Vale langsung berlari--ingin menyusul Aditya--tetapi tidak tau persis alamat kecelakaan itu berlangsung.
Untung saja di detik selanjutnya pihak kepolisian menghubunginya—yang entah mendapatkan nomor Vale dari mana—bahwa Aditya mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dibawa di rumah sakit kemudian setelah dicek, ternyata rumah sakit itu adalah tempat Kenzo dirawat. Sehingga Vale dan Genta pun memutuskan untuk balik arah dan kembali menuju tempat yang dimaksud.
Ada perasaan lega yang menjalar di tubuh Vale bahwa berita terkait hilangnya korban jiwa itu bukanlah Aditya sehingga ada harapan kecil untuk selamat.
Sesampainya di rumah sakit, Vale langsung berlari ke resepsionis dan menanyakan kamar adiknya. Ketemu, ia pun menuju ruangan tersebut.
Beberapa menit setelah itu seseorang keluar dari tempat tersebut.
"Dengan keluarga pasien?"
Vale celingukan, mencoba memastikan dan menatap ke dalam ruangan bahwa seseorang yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu adalah Aditya, adiknya.
"Ah, i-iya itu adik saya. Gimana keadaannya, Dok?"
"Benturan akibat kecelakaan itu mengakibatkan pembuluh darah rusak karena tubuh terluka parah dan banyaknya darah yang keluar sehingga bisa dipastikan bahwa pasien mengalami pendarahan."
"Lalu, Dok?"
"Apabila tubuh terlalu mengeluarkan banyak darah, organ tubuh akan mulai berhenti bekerja dan dapat menyebabkan kematian. Berita buruknya adalah stok darah O di rumah sakit ini lagi kosong. Adakah yang bersedia menjadi pendonor untuk pasien?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Lebur (End)
Teen Fiction[Update setiap hari Senin dan Kamis.] Seperti air yang membeku pada suhu 0' c dan mendidih pada suhu 100'c di tekanan 1 atmosfer. Begitu juga kehidupan karena semua unsur memiliki properti agar bisa berubah! Jeovanna Valeria adalah remaja dengan s...