5. Pada tekanan normal

69 15 140
                                    

Kembali pada suhu nol derajat celcius.

.

.

.

Vale dengan lesu melangkah memasuki rumah saat baru pulang dari sekolah. Ini adalah tiga hari dari tanggal kecelakaan pesawat itu terjadi.

Mata Vale terbelalak saat mendengar teriakan Aditya yang membuatnya melangkah cepat ke arah sumber suara.

"Ada apa, Ma?" tanya Vale saat sudah berada di ruang tengah dengan raut wajah khawatir.

Di sana sudah ada Kenzi, Aditya dan Wulan. Kebetulan Keira sedang tidur di kamar.

"Kita kaya, Kak. Kita kaya," ucap Kenzi dengan gaya pengucapan yang agak cadel.

Sedangkan alis Vale tampak berkerut, ia bingung dengan ini semua. "Maksudnya apa?"

Melihat hal itu Wulan tersenyum. "Sini, Kak. Duduk dulu."

Vale pun menurut.

"Lepas dulu tasnya," ucap Wulan kemudian.

Kali ini Aditya yang berbaik hati menawarkan diri untuk melepaskan tas Vale. "Sini, biar gue bantu."

Lalu Kenzi menyerahkan segelas air putih kepada Vale saat sebelumnya Wulan yang menyuruhnya.

"Minum dulu, Kak," kata Wulan lagi.

Aneh. Hanya kata itu yang muncul di benak Vale.

Tanpa basa-basi lagi Vale langsung menghabiskan air putih itu lalu mengusap sisa-sisa air di sekitar bibir.

Dengan tersulut emosi Vale bangkit. "Kenapa sih? Siapa yang kaya? Ada penagih hutang lagi? Mana?"

Lalu kembali duduk lagi saat ditahan oleh Wulan.

"Tenang dulu, Kak," ucap Wulan.

"Tau tuh. Marah mulu hobinya," sahut Aditya.

Lantas perkataan itu malah membuat Vale naik pitam dan saat ingin membalas, lantas cepat-cepat Aditya langsung bersembunyi di punggung Wulan. "Ma, kakak!" teriaknya.

"Sini lo! Beraninya ngumpet di ketiak mama. Dasar cupu!"

Sebelum pertengkaran itu semakin besar, Wulan pun langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Uang asuransi kecelakaan papa udah cair, Kak."

Mendengar hal itu langsung membuat Vale terdiam di tempat lalu menoleh ke arah Wulan.

"Serius, Ma?" tanyanya tak percaya.

"Kita bisa pindah dari rumah ini dan cari rumah yang agak besar. Mau?"

Dengan bangga Aditya menepuk dada sebelah kanannya sendiri. "Gue emang the best sih kalo ngurus asuransi kecelakaan di Jasa Raharja tuh ... meskipun ditemani Pak Joko," kekehnya kemudian.

Jasa Raharja adalah tempat mereka melakukan proses pencairan asuransi.

Asuransi kecelakaan pesawat sendiri adalah perlindungan penumpang pesawat terbang jika terjadi kecelakaan dalam perjalanan.

Asuransi jenis ini memberikan perlindungan dalam bentuk uang santunan kepada korban atau ahli waris penumpang yang mengalami kecelakaan.

Biasanya perusahaan asuransi wajib menyelesaikan proses pencairannya paling lama tiga puluh hari. Namun, berbeda di PT Jasa Raharja ini karena pelayanan terbilang cepat bahkan ada yang sampai hitungan jam saja.

"Dih, iya yang paling tau!" sambung Vale kemudian kembali menatap Wulan. "Berarti uang jajan Vale bisa kayak dulu lagi dong, Ma? Vale nggak enak banget nih kalo nggak megang uang, gatel."

Titik Lebur (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang