Cheryl?

918 136 16
                                    

Proses belajar mengajar berjalan normal di siang itu. Para dosen mencurahkan waktunya yang bisa dibilang "berharga" itu untuk anak-anak didiknya.

Seperti Victor yang saat ini berada di kelas bersama Palitho dan Billy. Meskipun mereka berbeda fakultas , untuk beberapa mata pelajaran mereka satu kelas.

"Tor."
Panggil Palitho.

"Hmm?"
Gumam Victor.

"Lo inget..







Victor menunggu kalimat Billy yang terjeda. Ia menoleh ke Billy dan mendapatkan raut wajah Billy menjadi seperti melihat hantu di kuburan.

"Paan sih lo? Gak jelas."
Victor kembali menghadap dosen yang sedang memberikan penjelasan tentang rumus-rumus yang membuat otaknya terbakar.
Victor memang terkenal pintar , hanya saja saat ini otaknya tidak bisa diajak kerja sama. Mood nya sedang sedikit down. Tak tahu kenapa. Gloomy

"Lo yang gak jelas , Vic. Noh liat!"
Billy menarik leher Victor dan menyuruhnya melihat ke arah jendela.














"Fuck!"
Tangan Victor terkepal erat , buku-buku tangannya terlihat memutih. Giginya bergemelatuk dan matanya menatap tajam ke arah manusia itu. Masih bisakah ia menyebutnya manusia?

Darah Victor sudah berada di ubun-ubun. Ingin rasanya ia menghampiri makhluk itu dan ahh... lupakan. Ia tidak mau masuk penjara di usia muda. Dan lagi.. wajah tampannya terpampang di balik jeruji? Auto viral sih tuh penjara kedatangan aktor ganteng.

"Tor.."
Panggil Palitho pelan. Ia juga memperhatikan yang kedua temannya lihat. Sangat jelas dan sangat mengerti tentang apa yang Victor dan orang itu pernah alami. Bagaimana menderitanya Victor saat itu , 2 tahun lalu.
Jangan sampai makhluk itu kembali di kehidupan Victor dan merusaknya untuk kedua kalinya.

Victor tak bisa mengindahkan pandangannya ke arah makhluk itu. Daripada menyebutnya makhluk itu , ia lebih ingin menyebutnya sebagai benalu.
Setelah orang itu menghilang dibalik koridor , Victor kembali ke posisi semula. Pandangannya masih menajam.
Billy dan Palitho hanya bisa diam memandang iba ke arah Victor.
Kenapa orang itu kembali setelah sekian tahun menghilang?

Tok.. tok.. tokk..

Terlihat salah satu adik kelas mereka , Alden. Memasuki ruang kelas Victor. Hampir seluruh mahasiswa tingkat akhir mengenal Alden. Lucu , imut , menggemaskan tapi manly. Kurang idaman apa lagi?

"Ada apa Alden?"
Tanya dosen.

"Oh ini pak ,mau ngasih buku , titipan dari Bu Dhea."
Diakhiri dengan senyum gigi kelincinya.

"Oh ya makasih ya , Den."

"Sama-sama , Pak. Kalo gitu , saya permisi dulu ya , pak."
Alden pamit dan memutar badannya. Kemudian pandangannya tertuju pada Victor yang ada di bangku belakang.
Alden bisa melihat mata Victor menatap tajam tapi kosong. Tangannya mengepal erat.
Dengan wajah khawatir , Alden beralih ke Billy dan memberi kode ke arahnya.
"Kenapa?" Tanpa suara.

"Tor , ada Alden."
Bisik Palitho pelan.

Tetapi Victor enggan untuk menatap Alden. Emosinya masih meluap-luap. Jangan sampai Alden dan teman-temannya terkena imbasnya. Terakhir , Billy terkena pukulannya saat ia emosi , terbaring di rumah sakit selama 3 hari.

Alden kembali menatap Victor dan begitu sebaliknya. Masih dengan emosinya , Victor memejamkan matanya dan mengangguk singkat , guna memberi kode ke Alden bahwa ia baik-baik saja.
Alden masih diam ditempat membuat dosen disana bingung.

"Den?"

"E-eh iya kenapa , pak?"
Gugup Alden.

"Saya yang tanya harusnya. Kamu ngapain disitu berdiri kayak patung? Nggak kembali ke kelas?"

Ayo jadi pacarku!!! (VIDEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang