Matahari sudah berada dipuncaknya. Membuat suasana disiang hari semakin panas saja. Tidak ada angin , tidak ada hujan. Fiyuhhh... panas bangettt..
Alden , Machel , Shearen , Joe , dan Ocit berjalan menuruni tangga. Sedikit berbincang-bincang soal materi kelas tadi.
"Gaosah manggut-manggut lo , Den. Kagak ngerti aja manggut-manggut lo kek ayam."
Celetuk Machel.
Yang lain tertawa cekikikan. Sampai-sampai Joe menepuk pundak Ocit."Kek ayam. Tinggal goreng dong , Chel."
Ucap Ocit."Ungkep aja kali ,Cit. Lebih meresep bumbunya."
Balas Shearen."Digeprek kali enak."
Ucap Joe."Nah bener tuh ,Joe. Digeprek."
Machel menunjuk-nunjuk Joe sambil tersenyum lebar.Coba bayangin Alden dengan badan ayam tapi kepalanya Alden. Ngeri-ngeri imut yaa..
"Teross ajaaa terossss... apalagi? Dikare? Dipepes? Dikecap? Apalagiii??"
Balas Alden. Dijadiin bahan candaan lama-lama kesel juga lho.."Sante lahh , Den.. bercanda lho kita. Ya guys yaa?"
Joe merangkul pundak Alden dan menepuknya."Gue sih enggak."
Dengan wajah cuek , Machel menjawab."Sama. Nggak bercanda."
Jawab Shearen sambil menatap Alden serius."Iya sih. Tadi gue udah bayangin lo di geprek malah , Den. Lucu kali."
Ucap Ocit sambil menatap Alden."Iyaa.. terus gak usah sambel. Darah lo aja yang dijadiin bumbunya. Kan merah tuh."
Machel menatap datar Alden.Alden menelan ludah.
GlukkJoe perlahan melepas rangkulannya. Berjalan mundur.
"Hmmm.. gue gak ikutan."Ocit , Machel , dan Shearen menatap datar Alden dan memutari Alden.
"Kanibal. Candaan kalian gak lucu cok."
Ucap Alden. Nih kenapa temen-temennya pada kek kerasukan?"Udah kita bilang tadi kita gak bercanda , Den."
Ucap Shearen datar.Ocit mengkode Joe yang ada dibelakang Alden.
"Joe , pegangin Alden.""Eh eh gilaaa kalian.. cok gak jelas. Hehh!!!"
Alden kaget. Ini kenapa alur ceritanya jadi gini sih?"Joe , lepas! Eh gilaa lo. Gak lucu ya."
Alden melepaskan tangan Joe. Ini pada kenapa sih? Drakula gak mungkin ada di siang hari kan?
Dan lagi... ini kan drama. Bukan film horor. Hehhh.."Lo mau apanya?"
Tanya Machel menatap Alden dari kepala sampai kaki. Terasa mengintimidasi."Chel.. gue hajar ya.."
Alden melotot."Gue paha sih. Empuk pasti. Banyak minyaknya. Enak."
Ocit menjilat bibirnya sendiri. Sudah seperti ingin menikmati."Cit! Jijik cok. Joe! Lepas goblok!"
Alden meronta."Gue cuman disuruh , Den. Hehehe."
Bisa-bisanya Joe masih nyengir. Mana kuat banget lagi.."Gue tangan aja. Gede tuh. Banyak dagingnya."
Shearen menoel-noel tangan Alden."Shear! Gila lo."
Pikiran Alden sudah kemana-mana. Ia suka film horor. Tapi kalo posisi kayak gini , kenapa terasa nyata sihh?
Keringatnya bercucuran menuruni wajahnya.
Takut? Iyalah.
Koridor sepi. Tapi masih jam 2 siang lho. Tumben sepi.. kemana semua orang? Gilaaa!!"Gue dada aja. Tebel tuh daging."
Sahut Machel."Dada lu gila , Chel. Lepas gak!"
Nada Alden naik 1 oktaf. Jujur , ia mulai merasa takut. Kilatan mata teman-temannya seperti vampir di film-film yang ia tonton.
Datar tapi mengintimidasi. Seperti ingin memakannya hidup-hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo jadi pacarku!!! (VIDEN)
Romancetiba-tiba ngajak jadian. nggak ada ujan nggak ada angin terang benderang sinar matahari , siang bolong ditembak cowok? populer lagi.. gini amat nasib Alden ya Tuhan..