"Tor.. yang pake parfum macem gitu banyak kali.. gak Cheryl doang. Emang dia se spesial apa huh? Parfum jenis A cuman dia doang yang pakek? Rihanna?"
Arsyan bicara santai kepada Victor. Tanpa mengetahui raut wajah Alden yang seperti teringat sesuatu dan.. kaget dalam satu waktu. Ia melotot ke Arsyan tapi Arsyan leha-leha di sofa cafe. Arsyan merasa sudah bisa menghandle masalah ini , tapi kata-katanya malah menambah masalah."Gue inget , parfum ini dibeli sama pacar brengseknya yang kaya itu. Kata Cheryl , cowoknya beli parfum itu pesen dulu. Disesuain sama Cheryl. Jadi, nggak mungkin ada dua di dunia."
Rahang Victor masih mengeras. Pandangannya menatap gelas didepannya , seolah-olah bisa gelas itu bisa pecah dengan tatapannya.Alden meneguk ludahnya keras-keras. Victor tau bahwa parfum itu hanya bisa dipesan , tidak ada yang punya. Dan yang pesan adalah pacar brengseknya , Christopher Jonathan Alden. Otaknya sudah travelling. Bagaimana jika kebenaran ini terkuak tanpa ia siap-siap dahulu? Mentalnya belum siap untuk dibenci Victor. Fiyuhhh..
Alden menoleh ke teman-temannya. Seolah tau arti tatapan teman-temannya , Alden mengangguk pelan pasrah. Machel , Shearen , Joe , dan Ocit tidak berkomentar apa-apa. Takut menambah kacau suasana. Bisa-bisa posisi Alden tidak aman.
Arsyan yang merasa kalimat barusan kurang mengenakkan , ia menoleh ke Alden. Bisa ia lihat Alden menatap kosong ke meja didepannya. Oke ia paham sekarang. Intinya , Alden memesankan parfum mahal khusus untuk Cheryl , pada saat itu. Dan mungkin Victor tau dari Cheryl , pamer bahwa ia bisa mendapatkan pacar yang lebih kaya daripada Victor yang hanya cowok biasa.
Salah sasaran guee..Palitho dan Billy juga menatap Alden dan Victor bergantian. Bukan waktunya untuk bicara , tapi mereka harus tau bagaimana masalahnya. Bagaimana bisa Alden sampai pacaran dengan Cheryl yang notabene mantan Victor , sedangkan Victor sekarang sedang proses pdkt dengan Alden dan disaat-saat seperti itu , Cheryl datang dengan santainya layaknya benalu. Damn.. rumit guysss..
"Hmmm.. gimana kalo kita pulang ,guys? Udah agak maleman nih?"
Ucap Machel pelan.Victor tersadar dan melihat kedua perempuan di kelompoknya.
"Oh ya.. yaa.. ayo pulang. Udah malem. Bill , anterin Machel sama Shearen pulang dong. Kasian dah malem jugak."Cuman adik kelas aja , dia peduli ke gue sama Machel.. gimana pas pacaran sama Cheryl? Gila lo , Cher.. nyia-nyiain modelan kek gini. Harus dibasmi lo yaa..
Batin Shearen sambil melirik Victor sekilas."Eh nggak usah , ko. Kita naik gocar aja. Gapapa. Kita ciwik-ciwik setrong kok. Ya , Shear ya?"
"Iya , ko. Dah biasa mah kita."
"Udahh , nggak. Dianterin sama Billy. Udah malem jugak. Bill , tolong ya."
Kekeh Victor."Siapp. Yokk girlss.. kita meluncur.."
Billy berdiri dan memutar-mutar kunci mobilnya.Shearen dan Machel berpamitan ke yang lain.
"Gak usah dipikir."
Bisik Machel ke Alden. Alden mengangguk sambil tersenyum dan berdadah ria ke Machel dan Shearen."Hmm kalo gitu , aku sama Ocit pulang dulu ya kak ,ko hehehe."
Joe berdiri , disusul Ocit."Lo ninggal temen lo sendiri gitu?"
Alden bertanya ke Joe dan Ocit. Yakali dirinya ditinggal. Nggak setia kawan banget.."Kamu sama koko , nyo. Kan tadi koko yang nganter."
Selah Victor. Yakali kan dirinya lepas tanggung jawab nganterin putra mahkota."Tuh kan.. ada ayang. Gak usah bingung lah , Den."
Goda Ocit. Mencoba mencairkan suasana yang masih agak tegang."Ayang oyang ayang matamu."
Balas Alden."Nyo.. omongan."
Tegur Victor.Alden merengut. Di sebelah Victor , ia tidak bisa berkata kasar apapun , dengan temannya sekalipun. Ia merasa berada di dekat guru SD daripada kakak kelas. Hmmm..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo jadi pacarku!!! (VIDEN)
Romantizmtiba-tiba ngajak jadian. nggak ada ujan nggak ada angin terang benderang sinar matahari , siang bolong ditembak cowok? populer lagi.. gini amat nasib Alden ya Tuhan..