Dingin!

748 130 12
                                    

Esoknya setelah kejadian itu , suasana diantara mereka sudah seperti world war , I think. Jangan kira Victor dan Alden menceritakan pada teman-teman mereka.. Nope. Nanti aja.

"Ko , kok lo pake sendal sih? Diperban juga kaki lo? Habis ngapain?"

Saat mereka berkumpul di kantin kampus , Machel yang notabene orang yang selalu sadar akan situasi , menotice kaki Victor. Tak lama semuapun mengarahkan pandangannya ke kaki Victor , kecuali Alden yang sudah tau.. yakann?

"Eh iyaa.. ngapain lo? Habis jatuh?"
Tanya Arsyan.

"Gak."
Jawaban singkat keluar dari bibir tebal Victor. Tumben..

"Kalo gak jatuh , terus kaki lo kenapa? Diperban gitu kek mummy."
Timpa Palitho.

"Mummy pala lo peang , Pal."
Sahut Billy.

"Orang sakit kok dibecandain sih kaliann."
Shearen geleng-geleng melihat kakak kelasnya. Bisa-bisanya orang sakit , jelas-jelas literally didepan mata mereka , dibecandain. Pantes otak mereka nggak jauh beda. Sama-sama suka becanda. Canda.

"Iya lho.. kasian."
Timpal Joe.

Ocit sedikit menyadari kediaman Victor dan Alden. Ia melirik ke Victor kemudian ke Alden yang daritadi sibuk dengan mie nya.

"Eh lo.. makan aja. Udah gendut masih aja olahraga mulut lo. Tuh koko lo sakit kakinya mpek diperban. Tanyak kek."
Omel Ocit sambil memukul pelan tangan Alden yang memegang sumpit.

"Iyaa lho.. nyeruput mulu lo kek vacuum cleaner. Ngomong , Den.. ngomong."
Sahut Machel. Dikira Ocit doang yang sadar , Machel mah juga peka kali.. Ia sudah menyadari sejak pagi tadi. Interaksi antara keduanya terlihat dingin. Ngomong aja enggak. Boro-boro. Ini aja duduknya jauh-jauhan udah kayak social distancing.

Alden menghela nafas dan menaruh sumpitnya pelan. Ia melirik Victor yang ada dipojok , duduk disebelah Billy. Ia bingung , mau tanya nanti dikira basa-basi , nggak tanya takut temen-temen mikirnya apa. Harus apa dia? Pikirannya berkecamuk saat ini. Kemudian ia memutuskan..

"Ko-

"Gue balik dulu."
Victor berdiri dari kursinya , mengambil tas nya dan berjalan pelan.

"Tor.. gue anter ya.."
Billy berdiri tapi dicegah oleh Victor.

"Gak usahh.. makan aja terusin. Santai."
Ia menepuk pundak Billy pelan.

"Pal .. ntar ijinin gue ya.. males kelas."
Victor ganti menepuk pundak Palitho.

"Iyaa ntar gue ijinin. Lo istirahat aja. Tiati.. naek apa lo?"

"Grab tadi."

Alden sedari tadi diam menunduk , memandangi mie nya yang sudah mengembang. Rasa bersalahnya sudah diubun-ubun. Hatinya mencelos ketika perkataannya dipotong oleh Victor. Yaaa nggak bisa nyalahin Victor juga.. disini dirinya lah yang bersalah.

"Yowes ati-ati yaa.. nek wes sampek , kabari."
Ucap Palitho.

"Yekali ngabarin lo , ngabarin Alden dulu lah.. siape lo."
Timpal Arsyan.

....

Tidak ada satupun yang menjawab sahutan Arsyan. Suasana semakin mendingin.

"Ya udah gue pamit. Pal , Syan , Bill.. gue pulang. Chel , Shear , Joe , Cit.. gue pulang."

Iyaa.. Alden nggak dipamitin. Meskipun belum ada perasaan apa-apa di hati Alden , tapi.. mereka sudah terbiasa bersama. Mau tak mau ada rasa kehilangan.. yang sangat besar yang ia alami saat ini.

"Okee ko.. ati-ati yaa..."





"Keyy.. berubung Victor udah gak ada disini-

"Coy mulut lo , Bill.. gue gak nyangkaa."
Sahut Arsyan.

Ayo jadi pacarku!!! (VIDEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang