Part 1

42 12 3
                                    

Sky Airlangga Damaresh

"Kenapa mata gue gak biru juga sih kaya lo? Kaya bang Alta, kaya kak Windy.... Ck. Curang kalian. Mata lo gue congkel aja ya Sky. Buat gue, mwehehe."

Gue menggeram kesal saat merasakan mata gue dibuka paksa oleh seseorang. Dan gue yakin ini pasti kelakuan abang gue yang baru pulang dari Los Angeles, siapa lagi kalau bukan bang Rion. kakak keempat kue yang tingkahnya masih sebelas-duabelas sama anak TK. Dan dia satu-satunya orang yang hobby banget melek-melekin mata gue seenak jidat saat gue tidur cuma karena dia suka lihatin bola mata gue yang berwarna biru cerah seperti langit : satu alasan kenapa gue diberi nama Sky.

Sky Airlangga Damaresh.

"Ck. Bang apaan sih! jangan ganggu gue! masih ngantuk nih ah!" gue menggerutu kesal dan mencoba bersembunyi dibalik selimut. Tapi dia dengan tanpa dosanya justru terkekeh dan makin semangat mengganggu gue.

"Udah siang Sky!.... Sekolah woy! Bangun! lo nggak kangen sama gue gue udah bela-belain loh baru sampai subuh langsung ke sini nemuin lo. Eh! lo malah molor mulu gak bisa dibangunin! Sky!..." Ucap dia  sambil melek-melekin mata gue, cubitin pipi gue, hidung gue, bahkan sampai peluk-peluk gue kayak guling. Sialan! dia kira gue masih adek kecilnya seperti 4 tahun lalu sebelum dia kuliah? Ck.

"Dia belum bangun yon?-ya ampun nih orang! Katanya mau bangunin dia tapi kok malah ikutan tidur di situ!"

Gue mendengkus dalam diam mendengar suara kak Rain alias kembaran bang Rion. dia kakak tergalak gue. Kak Ros di Upin-Ipin aja pasti kalah sama dia. Percaya deh! Tapi gue sih gak takut. Wkwk.

" Ngebo, dia Ra.... gak mau bangun dari tadi. Ya udah gue ikutan tidur disini aja."

Bisa gue tebak, kak Rain mengerling jengah mendengar ucapan bang Rion.

"Please deh, mikir dikit dong kembaran  lo bukan Sky. Bukan bocah. Lo itu udah gede Rion. Masa lo  gak mikir sih kalo lo di sini mulu lo itu kaya gak punya otak tahu nggak. Itu di luar pada nungguin lo, mama, bang Alta, kak Windy, bang Rigel, semua menyambut kepulangan kita. Eh lo  seenak jidat malah ngibrit kesini nemuin kebo."

Tuh kan, kakaknya aja berani dia marahin, gue aja di kata-katain kebo.

"Keluar dulu temuin yang lain!"

"Iya-iya.... Bawel amat sih lo ra!"

Bang Rion beranjak dengan setengah hati, gue tersenyum geli. Mampus dia! haha-
"Sky!" Bugh!

Lah?

"Sky! Bangun! Bocah! Bangun lo! Jangan pikir gue bakal manja-manjain lo melulu kayak yang lain! bangun!" Bugh! Bugh!

What the-

"Bangun! Itu ponsel  lo yang lagi di charger di bawah bunyi mulu pacar lo nelpon noh!"

Gimana-gimana? Pacar gue?

"Sea maksud lo kak?" Samber gue cepat sambil bangun tanpa aba-aba sampai kak rain tersentak kaget. Duh, lebay.

" iya dari tadi lo dibangunin malah-woy! sky!"

Tanpa permisi gue langsung meloncat turun dari kasur dan lari secepat kilat kayak maling kabur gak peduli sama kak Rain yang berjingkrak kesal dan pengin hajar gue sampai jadi bubur, lebur, hancur. Wkwk.
Maafin kak, spesial person nelfon gue soalnya "Hallo  Seayangnya Sky! kangen ya? Pagi-pa-"

"Ini udah siang Sky...."

Gue meringis mendengar nada jengah cewek di balik sana.

" katanya Sky mau jemput? Cepetan gih. Udah siap kan?"

"Eh. Kita berangkat sekarang? Sky belum apa-apa Sea."

krik-krik

"Sea...."

Dream, Or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang