Part 5

16 6 0
                                    

Sky Airlangga Damaresh

"Sky... Ayo ke lapangan, upacaranya bentar lagi mulai..."

"Bentar lagi Sea... Sky males."

Cewek yang hari ini memakai pita biru di kepalanya itu menghela nafas panjang, kemudian menuruti gue yang menarik tangannya supaya duduk di samping gue lagi.

"5 menit lagi kok jangan cemberut gitu ntar cantiknya ilang." Ucap gue sambil menyandarkan kepala di bahunya, sementara fokus gue tertuju ke layar ponsel yang menampilkan game kesukaan gue.

Tau sih, yang kayak gini itu adalah hal yang paling Sea nggak suka. Dia bakal menggerutu kesal dan langsung menyingkirkan kepala gue, tapi emang itulah yang gue inginkan. Gue pernah bilang nggak sih kalau ekspresi kesal Sea itu lucu. Minta dibikin terus, hehehe.

"Sky kalau mau duain gue sama game, mending gue pergi aja." Tuh kan-tuh kan, bibirnya ngerucut lucu, matanya menatap gue sok galak, dan wajahnya bisa sampai merah karena menahan kesal. She is cute princess. Jarang loh gue melihat ekspresi dia yang kayak gini.

"Ouh, Sea nggak mau diduain sama game?" Tanya gue dengan senyum geli, tapi masih sok sibuk bermain dengan ponsel. Padahal sebenarnya lagi nahan nih mata supaya nggak menikmati wajahnya secara terang-terangan. Hehehe.

Sea diam, sadar akan ucapannya yang terlalu bar-bar. Detik berikutnya, dia mendatarkan wajah. "Udah 5 menit ayo ke lapangan."

Gue gelagapan ketika dia berbicara gitu sambil bangun dan berjalan pergi meninggalkan gue. Dengan cepat, gue menariknya sampai duduk lagi-dengan terhentak terlalu keras.

"Sakit Sky...!"  Gue meringis saat Sea kesakitan karena duduk tiba-tiba. Gue mau bantu, tapi bantu apa coba? orang yang sakit aja pantatnya. Masa iya gue mau me-

"Sky! Nggak lagi mikir yang aneh-aneh kan?!"

Lah. Tahu dia?!

"Ng-nggak kok. Sky cuma merasa bersalah. Maaf ya..."  Ucap gue sambil menggaruk tengkuk gue yang enggak gatal. Dia masih menatap gue dengan tatapan nggak bersahabat dan kemudian bicara lagi dengan nada datarnya.

"Ayo ke lapangan. Upacara bentar lagi dimulai. Tinggal kita berdua yang masih di kelas. Gue enggak mau dihukum kalau sampai telat."

Gue menghela nafas panjang, memilih mengalah. "Iya..."

Aishh Sea lagi pms ya? Tumben banget sok galak gini. Kalau aja gue nggak ngalah, auto habis gue sama mode singanya. Jangan salah ya, Sea itu emang jarang berekspresi, jarang ngomong, tapi kalau mood-nya lagi buruk, gue berasa lagi bareng singa betina-ups. Hehehe maafin Sky, Sea. Udah ngatain Sea, wkwk.

Gue berjalan dengan tangan merangkul pundaknya seperti biasa, dengan sesekali tangan gue iseng cubit di pipinya. Dan herannya tuh, kalau gue giniin dia di depan orang, dia nggak pernah marah. Seolah dia membiarkan orang lain melihatnya, mengetahui seberapa besar kedekatan gue dan dirinya. Kan seneng gue, berasa beneran dia milik gue, hehe.

"Sky lo gantiin gue ya."

Gue langsung mendatarkan wajah saat berpapasan dengan si ketos-Galang yang langsung bicara ke gue kayak gitu.

"Gue diare ini sumpah sky. Gue nggak tahan. Gue enggak bisa jadi pemimpin upacara." Ucap dia. Gue baru sadar kalau tangannya memegangi perut dari tadi.

"Nggak. Ada yang lain kok, ngapain harus gue?!" Tolak gue sedikit kesal. Gue baru jadi pemimpin upacara Senin lalu ngapain harus gue lagi coba?

"Nggak ada... orang-orang yang bisa jadi pemimpin dadakan enggak ada Sky. Dion sakit, Leo sama laskar juga. Terus si Felix nggak berangkat, si Danu kakinya masih patah kan. Nggak ada yang bisa jadi pemimpin dadakan.. yang lain kan maunya cuman kalau latihan dulu."

Dream, Or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang