Part 3

15 10 5
                                    


Sky Airlangga Damaresh

Weekend, sesaui kesepakatan bersama Arzha, hari ini kegiatan gue adalah bermain ke pantai. Selancar, memenuhi permintaan Wira tentunya. Well, ternyata dia nggak nantangin gue. Dia beneran cuma pengen main bareng gue aambil belajar skill baru yang belum dia bisa. Gue kira dia udah pro, ternyata maaih amatiran. Cuman kebetulan aja performa dia bagus pas main bareng gue.

Kita selancarn rame-rame, ada gue, Arzha, Rama, Jarden, Exel, Wira, dan beberapa temen Wira yang gue lupa namanya siapa, hehe. Kita main dari pagi, sampai sore. Dari kenyang bis sarapan, sampai kelaparan karena nggak makan siang.

"Eh, disekitar sini ada mie ayam nggak sih? Laper gue." Celetuk gue saat kita menepi, udah puas main, jadi kita udahan.

"Ya ellah Sky, dimna-mana lo nyarinya mie ayam mulu. Suatu saat kalo lo ditengah laut terus lobkehabisan mie ayam, lo mau makan apa?" Tanya Rama yang tengah meletakkan papan selancarnya. "Bisa-bisa lo bikin makanan modifikasi mie ayam versi laut."

"Apaan tuh?" Tany Arzha.

""Mie-nya diganti rumput laut, ayamnya diganti ikan. Jadinya rumput ikan! Hwahaha."

Yang lain ikutan tertawa mendengar ucapan Rama. Gua mendengkus, sialan. Si Rama kayak nggak tau aja kalau mie ayam tuh makanan ter-the best sedunia. Apalagi kalo makannya bareng Sea. Haaah... Jadi kangen dia kan gue, sehari nggak ketemu rasanya kayak seabad. Apalagi inget kemarin dia lagi manis-manisnya. Duh, laper gue jadi hilang, tergantikan dengan rindu yang tak terbilang. Hyah!

"Eh, si Wira kemana deh?" Tanya gue lagi tanpa mempedulikan tawa mereka.

"Eh dimana ya?" Mereka celingukan ke sekitar, baru sadar kalo Wira nggak ada. Padahal tadi naik ke pantainya barengan. Tapi sekarang udah minggat nggak tau kemana.

"Nyari Cici kali. Dia sempet celingukan nggak jelas soalnya." Jawab Alex. Cici; kucing galaknya si Wira. Iya. Dia ke pantainya bawa kucing. Gila kan.

"Eh. Panjang umur nih orangnya. Itu tuh."

Gue menengok kearah yang ditunjuk Jarden. Bisa gue lihat, seorang cowok shirtless tengah berjalan kearah sini dengan menggendong seekor kucing berwarna orange dengan lonceng dilehernya. Persis banget kucing galak di Shoun the Ship. Wkwk.

"Et dah. Darimana sih lo? Dicariin kok. Kita udah siap cabut nih."

"Iya lo. Bikin nunggu lama aja. Laper nih laper."

Si tersangka cuma menatap datar dua cowok yang memprotesnya, menyerahkan si cici ke Arzha sambil bilang, "gendongin bentar. Jangan sampe ada bulu yang rontok satupun!" Lalu pergi gitu aja untuk merapikan barangnya tanpa dosa. Auto gondoklah temen-temennya. Tapi lagi-lagi dia nggak peduliin mereka, ambil si Cici dari Arzha kemudian jalan duluan mendahului kita. Ck. Dasar. Untung gue bukan tipe bossy dan gila hormat. Jadi santuy aja deh gue biarpun gue kayak nggak dilihat. Padahal gue kesini atas ajakan dia. Tamunya kan? Eh malah dicuekin.

"Emang dasar. Freak." Celetuk temannya.

Gue cuma tersenyum geli sesaat dan ikut pergi. Kita pergi ke tempat dimana ada banyak penjual makanan. Tempatnya agak jauh dari tempat selancar kita tadi karena kita sengaja nyari tempat yang nggak begitu ramai dan ombaknya asik.

"Eh. Itu jual mie ayam ya? Woah mantap! Gue mau kesana!" Seru gue gitang ketika melihat penjual my favorite food itu.

"Lo beneran pengen baaget mie ayam ya Sky?"

"Ngidam kali dia."

Gue berdecak kesal. "Woo sialan ya mulut lo! Gue cowok!" Kesal gue. "Mie ayam itu udah gue klaim sebagai makanan pokok kedua gue setelah nasi. Kalo nggak ada nasi, yaudah gue harus makan mie ayam. Kalo ada dua-duanya, yaudah gue makan semua. Hyah!"

Dream, Or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang