Part 16

10 6 3
                                    

*Alera Sea Madhiaz

Gue sempat mengiyakan juga ucapan Kak Bumi tentang Sky. Tentang Sky yang meninggalkan gue, gak mementingkan gue, lebih mementingkan perasaannya daripada perasaan gue, dan tentang banyak lainnya. Sempat juga gue berpikir untuk makin memperpanjang jarak di antara gue dan Sky karena Sky pergi saat mimpi gue juga pergi. Tapi, untung aja gak jadi. Hehe.

Otak gue gak terotasi sepenuhnya. Gue gak sepenuhnya termakan penuturan-penuturan Kak Bumi. Kak Bumi gak jahat sebenernya, cuma ya begitulah pandangan dia tentang Sky, hingga seolah dia memprovokasi gue buat benci Sky. Tapi, gue gak mudah terpengaruh. Gue lebih mengenal Sky daripada dia. Gue lebih tau tentang Sky. Tapi mungkin aja gue bisa terpengaruh Kak Bumi kalau aja Sky gak datang. Yea… sky is coming.

Sky datang saat gue masih menerima dia. Dia datang dengan permintaan maaf nya, dia menarik perasaan gue buat jatuh dalam ketulusannya. Gue memaafkan dia sepenuh hati, sekalipun dia gak beri gue kesempatan untuk bicara apa yang sebenernya terjadi. Tapi yaudahlah, gapapa. Yang penting kita udah baik-baik aja.

Perasaan gue makin menghangat saat dia ajak gue pergi dan membahagiakan gue sepenuh hati. Apalagi saat tiba-tiba dia datang–tanpa apapun di tangannya–lalu memeluk gue erat sembari menuturkan permintaan maafnya, lagi kemudian berjanji seterusnya akan selalu ada untuk gue.

Haahh. Kebahagiaan menjalar dalam nadi gue. Akhirnya… semesta merekatkan kita lagi, setelah kemarin mempermainkan kita dengan membuat kita sedikit renggang. Gue bersyukur bisa tetap bersamanya. Dan yang buat gue terenyuh, yang buat gue makin tertegun, saat Sky tiba-tiba mendorong gue, membuat kaki gue tergelincir, tapi membuat dirinya harus terkena ornamen dari wahana yang tadinya hendak jatuh menimpa gue.

Brakk!
Ornamen itu menimpanya, mengenai kepalanya dan berakhir menggoreskan luka di lengannya. Demi menyelamatkan gue… Dan bukannya memedulikan lengannya yang terluka, dia justru menghampiri gue, mengkhawatirkan gue yang sebenarnya gapapa, cuma luka kecil. Bahkan gak seorang pun boleh menyentuh gue.

“Sea is mine. Only mine. Try to get her, you’ll die.”

Dia buat gue cemas. Dia topang gue dengan tangannya, padahal tangannya terluka dan berdarah bahkan lebih parah dari gue. .
But… he don’t caring his sick. Dia lebih peduli dengan gue yang cuman keseleo walaupun emang karena dorongan dia, tapi tetep aja dia mendorong gue untuk menyelamatkan gue dari ornament wahana yang hendak menjatuhi kepala gue, yang pada akhirnya dia yang terkena.

Dia melindungi gue, menjaga gue, melebihi dirinya sendiri.

Cukup buat gue percaya kalau dia emang selalu ada, gak ada alasan buat gue pergi dari dia, gak ada alasan buat gue bentangin jarak di antara kita. Gue… tetap ingin bersama dia, gak akan pernah ninggalin sampai kapan pun.

Cause I love him, verryyy loving. Nothing leave from his life.

Tambah cinta lagi ke dia, saat dia menjadikan gue ratu seharian kayak sekarang ini, hehe.

“Galang! Gue titip mi ayam dua porsi ya?! Minumnya sekalian.” Atau

“Exel..! ini tugas gue sama Sea lo yang ngumpulin ya, tolong.” Dan

“Jarden! Itu tolong nyalain ac nyaa”

Sky melakukan semuanya demi gue. Tega emang… berlebihan juga.

“Sea udah gak kenapa-kenapa Sky… kita ke kantin aja. Kaki Sea udaah sembuh, Sea bisa jalan kok…” gue meyakinkannya ttapi dia gak memedulikan perkataan gue. Dia tetap memberi uang lembaran lima puluh ribuan ke Galang—cowo yang sekarang menekukkan wajahnya, menurunkan harga dirinya sebagai ketua OSIS demi menuruti si galak Sky.

“Itu nanti kembaliannya buat lo.’’ Seketika Galang langsung merubah muka nya saat mendengar ini. Ck, dasar.

Sky lalu menatap gue lembut, “jangan, Sea. Itu kalau buat jalan aja masih pincang. Gak usah so’ baik-baik aja deh.”

Dream, Or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang