Part 2

15 10 8
                                    


Alera Sea Madhiaz

“Kak Sea nanti tinggal ngetik aja, udah gue tulis semua di sini,” kata Azra sembari menyodorkan buku catatannya.

“Oke, ini gue bawa pulang dulu ya.”

“Oke Kak. Kalau nanti udahan, chat gue aja ya, biar gue yang edit.”

Gue mengangguk, “thanks.”

Azra lalu pergi setelah memberi senyuman simpul. Gue hendak berbalik, tapi-

“Siapa yang tadi senyum-senyum ke Sea, hah?!”

-Sky datang dengan nada cemburunya.

“Azra,” jawab gue enteng.

“Azra siapa, hah?”

“Mau ngapain sih Sky… he just partner. Cuma urusan jurnalistik. Nggak lebih,” sarkas gue.

Gue seorang journalis. Hobi gue menulis dan gue menyukai semua hal yang dramatis. Gue sarkatis. Pesinis yang agaknyaa suka romantis.

Sky memutar bola matanya.

“Tetep aja Se, nggak bisa dibiarin. Dia pasti suka Sea tuh. Senyumnya aja gitu.”

“Emang kenapa kalau Azra suka Sea?”

Sky melotot. “Ya nggak bisa lah…! Sea Cuma punyanya Sky. Nggak ada satu orangpun yang boleh mencintai Sea selain Sky. You’re mine, try to get you, he’ll die.”
“Apasih Sky.. possessive,” gumam gue sedikit sinis. Meskipun dalam hati sebenernya gue seneng. Cause… I am happy has him in my life, hahahh. Karena Sky, peran nyata dalam cerita hidup gue. Peran baik yang menjadikan hidup gue terasa lebih baik.

Sederhana aja si… gue Cuma punya dia di samping gue. Walaupun di depannya gue nggak pernah menunjukkan kalau gue beruntung banget punya dia… But I always want to stay with him. Forever.

“Awas aja ya Se, kalau ada-“

“Sea mau pulang.” Gue memotong perkatannya. Auto merangkul gue dong, dianya.

“Ayo!”

Huft… dia nggak memperpanjang kepossessivannya. Belibet mah kalau diterusin.

Kita berjalan berdampingan. Dengan dia merangkul pundak gue dan gue menatap fokus ke depan; menunggu parkiran tertangkap dalam indra penglihatan gue.
Gue udah pengin banget pulang, sumpah. Udah kangen rebahan dan halu sepuas mungkin.

Oh, it is my hobby also.

Gue suka ketenangan dan kedamaian. Alias menyendiri dan sendiriran.

“Tau nggak Se?” celetuk Sky tiba-tiba.
Kita baru berjalan di lorong laboratorium. Masih harus melewati dua koridor nanti untuk sampai ke parkiran. Sky pasti bosan kalau kita cuma diam aja.

“Apa?”

Sky menatap gue sejenak sebelum buka suara lagi. “Dari sekian banyaknya cewe cantik di dunia ini, tau nggak kenapa Sky gak ninggalin Sea buat pilih mereka?”

Gue mengernyit kecil, “kenapa?”

“Karena... kataku seperti kata bapaknya malika: karena rasa gak pernah bohong, Sea, hiyaaak.”

What the- Plak!

Gue menepuk jidat gue.

Skip.

Ada nyamuk.

Gue hanya ber-oh panjang menanggapinya. “Ooooou”

Sky mencebir. “Kok oh doang sih..!”

Dream, Or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang