Epilog

8 3 0
                                    

*Sky Airlangga Damaresh

Tap.

Kaki gue dan Sea berjalan dalam langkah yang sama. Bersamaan dengan itu, pedang pertama terangkat menyambut kedatangan gue dan Sea.

Tap.

Langkah kedua, pedang kedua terangkat.

Tap.

Langkah ketiga, pedang ketiga terangkat.

Kita; gue dan Sea, melanjutkan langkah dengan terus seirama. Dalam iringan suara pedang yang bergesekan, dalam iringan detak jantung yang berdebaran, dan dalam senyuman lebar yang tak tertahankan. Semua menjelma menjadi melodi indah yang akan selamanya kita kenang.

Gue menunduk, sediikit menengok kesebelah kiri untuk melihat perempuan cantik yang dibalut dengan gaun berwarna biru sesuai dengan nama yang kita miliki.

Sky dan Sea.

Dua anak manusia yang telah membuktikan pada semesta bahwa mereka pantas untuk bersama.

Sky dan Sea akan selalu bersatu dalam garis takdir ciptaan-Nya.

.

.

.

Sea balas melihat kearah gue, tersenyum begitu manis sambil mengeratkan pelukannya dilengan gue. Ah, dia menyadarkan gue kalau sekarang, gue punya istrii sehidup semati yang sempurna, yang cantiknya tanpa ada pembandingnya.

Sekarang, dia benar-benar milik gue. Dan gue benar-benar milik dia. Seutuhnya. Selamanya. Sampai waktu yang tak terhingga.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Sky kedip, jangan liatin Sea mulu, ntar mata Sky Sea colok bau tau rasa."

Gue berkedip cepat, terkekeh pelan mendengar gerutuan dia. Nggak terasa, acara pedang pora telah selesai beberapa saat lalu, kita juga udah selesai menyambut tamu, bahkan udah selesai sesi foto juga. Dan selama itu, gue nggak bisa sedetikpun mengalihkan perhatian dari perempuan yang telah menjadi belahan jiwa gue; Sea. Dia berubah seelayaknya magnet yang selelu menarik perhatian gue untuk terus berpusat padanya, mwehehe.

"Sea cantik." Celetuk gue. "Sky pikir, Sky nikah sama pidadari hari ini."

Sea tersipu.

"Dan Sea pikir, Sea nikah sama dewa yunani hari ini."

Gue tersenyum mendengar ucapan Sea. Pujian tersiratnya menciptakan kehangatan di dada. Tangan gue bergerak ke wajahnya, mengusap lembut pipi meronanya. Sementara itu, dia bergerak menangkup tangannya diatas tangan gue dengan mata yang terang-terangan menatap mata gue.

"Sea suka mata biru Sky." Ucapnya.

Senyum gue makin lebar, "Dan Sky suka semua yang ada di Sea."

Untuk beberapa saat, kita hanya saling tatap, saling mengagumi satu sama lain, dan saling mensyukuri bahwa sekarang kita bisa bersama untuk selamanya. Kita benar-benar mewujudkan impian kita.

"Sea," gue memanggilnya pelan, "Udah sepuluh tahun berlalu loh sejak Sky ajak Sea ke batu karang ditengah laut waktu itu.

"Sea menaikkan satu alis, berusaha mengingat sesuatu. "Apa?"

"Waktu itu Sky minta sesuatu dari Sea, dan Sea jawab apa?" tanya gue memancingnya. "Katanya, sepuluh tahun lagi kan. Sekarang udah sepuluh tahun loh, berarti boleh ya?"

Sea berkedip pelan, kemudian meringis. Gue tersenyum kecil, dia pasti inget kalo dulu gue pernah minta izin buat nyium dia, dan dia menyuruh gue untuk menunggu sepuluh tahun lagi ketika sudah resmi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream, Or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang