23. The Lightning War

89 9 7
                                    

"Shall we begin?"

Lantai gereja tua seakan-akan membelah menjadi dua bagian. Terbukanya lantai gereja bersamaan dengan terlihatnya ruangan di bawahnya. Sepertinya memang benar pria ini bukan orang sembarangan.

"Ya, silakan masuk. Maaf saja ruangannya tidak seperti markas MI 7 kalian."

"Pardon?" Aku terkejut karena orang ini tahu asal kami sebenarnya.

"Ya, itu mudah saja. Aku langsung familiar dengan belati itu dan bela diri kalian. Khas sekali. Aku tak akan lupa dengan hal-hal itu." Balasnya.

Angan-anganku sudah terbukti benar. Dia orang yang benar-benar tidak bisa diremehkan.

"Siapa kau sebenarnya, Tuan?" Reynald ternyata juga bisa bersikap sopan.

Sembari menuruni tangga menuju ruangan aneh ini, pria ini mulai menceritakan sedikit tentang dirinya.

"Ya, anggap saja aku adalah orang yang bekerja di bagian gelap dunia ini."

Dia berhenti, kemudian berjalan mendekat ke arahku, wajahnya sangat dekat denganku hingga aku mulai merasa merinding.

"Hei, katakan padaku. Apa kau pernah bertemu Azagawa sebelumnya?"

"Kenapa kau bisa tahu?" Benar saja! Apakah dia cenayang atau sejenisnya? Sepertinya dia punya informasi yang dapat disetarakan dengan MI 7.

"Ya, kalau kalian ingin aku berkata jujur. Sebenarnya Azagawa baru saja kemari kemarin. Tidak seperti biasanya, dia kemari dengan hati yang gembira. Entah apa yang membuatnya begitu. Tapi sepertinya aku tahu."

Aku dan Reynald tak bisa mempercayai apa yang baru saja kami dengar. Kami berpandangan sejenak, memikirkan kembali apakah orang ini benar-benar dapat dipercaya.

"Ah, sepertinya kalian masih awam. Tapi berhubung kalian dikirim oleh si Tua itu, aku tidak akan tanya yang aneh-aneh." Tukasnya sembari membuka pintu brankas besar di hadapan kami.

Suara derikan terdengar seiring terbukanya ruangan itu.

Terlihat berbagai macam perangkat yang belum pernah kulihat sebelumya. Bahkan di markas MI 7. Bentuk benda-benda ini sangat aneh, tapi yang kutahu ini semua adalah barang-barang berbahaya yang dapat mengancam nyawa.

"Jangan sentuh apapun kalau kalian tidak mau meledak." Peringatannya mengkonfirmasi dugaanku.

Kami berdua berjalan dalam keheningan. Menunggu apa yang dapat diberikan pria ini untuk membantu kami.

"Ya, kalau kalian berurusan dengan Azagawa, aku sebenarnya tak bisa banyak bantu. Kau tahu sendiri kan bagaimana Azagawa, Reynald?" Dia melirik ke arah Reynald. Sontak saja mimik wajah Reynald berubah 180 derajat.

"Katakan, kau punya hubungan apa dengan Azagawa?!" Nada Reynald meninggi.

Terbalik dengan Reynald, Jullian tampaknya masih mempertahankan mimik wajah santainya.

"Pftt. Ayolah, jangan begitu. Aku hanya pedagang yang hanya ingin hidup damai dengan bir dan anggur."

Dia kemudian duduk di kursi kayu dekat lemari kayu yang tertutup kain putih. Jullian menghela nafas panjang.

"Ya, aku sebenarnya juga tidak suka dengan cara Azagawa. Terlalu mencolok." Tukasnya sembari menuangkan anggur dalam gelasnya.

"Baiklah, kita ke topik utamanya. Aku cukup terkejut melihat berbagai transmisi tidak wajar dari MI 7, ternyata itu ulah Azagawa, ya. Dasar. Ya, aku sepertinya sudah tahu kondisi kalian." Lanjutnya sembari menuangkan kembali anggur ke gelasnya yang sudah kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reckless World : World War IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang