10. Balasan

158 24 8
                                    

*DUAR... DUAR... DUAR... .*

Suara itu cukup untuk membuat telingaku terasa sakit. Aku melihat arah tujuan dari peluru panas yang barusaja keluar dari peraduannya itu.

"Itukah Kapal Jerman?" Terlihat siluet hitam di horizon lautan. Masih terlalu jauh untuk dapat melihat jelas kapal itu.

"Sekarang, pertempuran sebenarnya baru saja dimulai." Wajah Emilia terlihat sangat tenang meski salvo tembakan tadi cukup untuk memekakan telinga.

"Admiral di Anjungan. Komando Pertempuran Jarak Jauh! Main Battle Stations! Main Battle Stations!"

"Turret 3 dan 4 Tembak!"

Suara itu berasal dari anjungan kapal, tempat paling tinggi di antara tiang-tiang raksasa kapal. Kurasa di sana Admiral Ramsey berada sekarang.

*DUAR... DUAR... DUAR... .*

Tembakan besar kembali terdengar dari meriam utama kapal yang berada di ujung depan dan belakang kapal.

"Isi ulang! Cepat!"

"Baik, Pak!"

Hm, jadi ruangan yang ada di belakangku adalah ruangan kontrol serangan. Pantas saja merekalah yang terlihat paling sibuk di antara yang lain.

Aku melihat tembakan itu, telihat kepulan asap kecil dari siluet kapal Jerman tadi.

"Apakah mereka mengenainya?" Aku hanya bisa berdiri di sini menatap pertempuran laut untuk yang pertama kalinya tanpa bisa membantu apapun.

Semua nampak sibuk dengan pos mereka masing-masing. Kecuali aku dan Emilia yang masih berdiri di tepi pembatas kapal. Kilatan cahaya mulai nampak di atas permukaan kapal Jerman itu. Kurasa itu bukan sesuatu yang bagus.

*WUSH*

Itu tadi sangat mengerikan. Mereka membalas dengan tembakan meriam mereka, peluru itu berhembus kencang sebelum akhirnya jatuh ke laut. Masih terlalu jauh untuk bisa mengenai kapal kami.

"Tambah kecepatan! 30 knots."

"Putar haluan 30 derajat ke kanan!"

Suara itu kembali terdengar. Kurasakan sekarang kapal ini bertambah kecepatannya dan sedikit berbelok ke arah kanan.

"Turret 1 dan 2 siap, Pak!"

"Tunggu komando Admiral." Suara mereka bersahutan terdengar sampai ke luar ruangan.

*WUSH... WUSH*

"Woah!" dua tembakan balasan hampir mengenai lambung kapal kami.

Aku bertanya-tanya kenapa Admiral masih belum memberi perintah untuk menyerang lagi. Sepuluh menit dalam bisu dan tembakan balasan kapal Jerman terus bergulir meghujani kepal kami. Untungnya tidak ada satu pun peluru yang berhasil menembus kami.

"Hei, apa yang terjadi di sini? Apa Admiral tertidur di anjungan?" Aku mulai khawatir kapal ini akan tenggelam ke dasar lautan.

"Kau tahu, Zean? Aku pernah mendengar konsep seni perang." Emilia mulai membuka suara.

"Seni perang?" gumamku.

"Buatlah musuhmu percaya diri, saat mereka di puncak kepercayaan dirinya, jatuhkan mereka sejatuh-jatuhnya."

Yang benar saja, kapal Jerman tadi mengubah haluan mendekati kapal kami. Tembakan demi tembakan masih menghujani kami. Tembakan mereka semakin akurat.

*JEDAR*

Salah satu tembakan mengenai lambung kapal sebelah kiri kami. Guncangannya cukup hebat, tapi kulihat tembakan tadi tidak cukup kuat untuk menembus lambung kapal, hanya terlihat goresan besar yang mulai menghitam.

Reckless World : World War IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang