Chapter 20 : Cewek Bodoh?

22 2 0
                                    

Sorry lama up, lagi nggak ada data. Padahal alfamidi depan rumah, tapi nggak tau kenapa males aja jalan. Selalunya, nanti malam aja belinya, eh, sampe hari ini baru di beli😭👍

Padahal data aku habis dari 4 atau 5 mei. Jadi cuman baca wp doang, kerjaan gue. Hp ny di mode pesawat👍

Segitu aja cucolnya. Sekali lagi maaf. Sama jangan male buat tinggalin jejak yah cok👌

HAPPY READING ALL~

°•°•°•°

Sudah dua hari ini bumi di landa hujan deras, di sertai kilat juga petir yang bersahut-sahutan. Ajaibnya, hujan ini malah terjadi di malam hari, membuat malam yang kelam terasa semakin dark saja. Apalagi bagi kaum yang tidak memiliki ayang.

"Kendra, makan malam dulu yuk" panggilan di sertai ketukan pintu terdengar di antara bunyi hujan.

Tak ada jawaban dari dalam.

Stevani yang notabene seorang ibu, merasa khawatir pada putranya itu--Kendra. Sudah sejak kemarin ia mengunci diri di dalam kamar. Gelagat anaknya itu juga mulai berubah setelah keluar dari rumah sakit, yang sampai saat ini pun Stevani tidak tahu alasan mengapa anaknya bisa berada di sana.

"Sayang, Kendra. Makan yuk nak" serunya lagi, lembut.

Namun, masih tetap sama. Tak ada jawaban.

William yang melihat istrinya nampak putus asa, lantas mendekat. Memegang bahunya pelan, Pria parug baya itu berucap. "Udah. Kendra udah gede. Dia tau kapan dia harus makan"

"Tapi, dari kemarin dia nggak keluar kamar. Nggak makan juga. Aku kan jadi khawatir" raut kesal bercampur cemas menghiasi wajah Stevani.

"Aku tahu. Tapi kamu juga dari kemarin makan dan istirahat jadi nggak teratur. Kamu tau kan, aku paling nggak suka kalo kamu gitu?" William menatap istrinya dengan sorot tajam.

Stevani dua hari belakangan ini kurang istirahat, juga kurang menjaga pola makannya. Ia terlalu khawatir kepada anaknya bontotnya itu. Tapi karena hal itulah, suami posesif nya jadi merasa cemas dan tak suka melihat kondisi istrinya itu.

Melihat istrinya hanya bergeming membuat William mulai merasa jengkel. "Stevani"

Tubuh ibu dua anak itu menegang. Jika sang suami sudah memanggilnya begitu, itu berarti ia dalam kondisi yang agak kurang baik.

"Ruang makan" titah tegas William membuat Stevani harus mengalah, dan mengikuti di giring suaminya ke ruang makan.

Sedangkan di dalam kamar.

Jendela yang tidak sepenuhnya di tutupi gorden, membuat kilatan-kilatan petir bersama kilat dapat sedikit memberikan penerangan walau dengan jangka waktu yang cepat bahkan terkesan hanya seperti bayangan.

Tubuh Kendra yang tengah meringkuk di lantai--depan kasur, terlihat seperti siluet karena pemadaman lampu total di kamarnya.

Di dalam kesunyian itu, Kendra tengah menatap foto-foto-nya bersama Anna. Bukan cuman itu, pria itu bahkan membawa semua benda yang berhubungan dengan kenang-kenangannya bersama Anna. Mulai dari baju, aksesoris, bahkan sampai masker beserta seperangkat alat kerjanya juga ia taruh. Senyuman selalu menghiasi bibirnya. Memorinya dengan Anna sangat indah, bahkan membuatnya merasa seperti mimpi. Sebegitu luar biasa nya kenangan itu.

Yah, setidaknya sebelum para nenek sihir menyerang dunia indahnya.

Ck, mengingat hal itu, dada Kendra bergemuruh marah. Dendam di hatinya, karena di pisahkan dari sang pujaan begitu dalam. Terlebih saat mengetahui bahwa Anna adalah gadis yang selama ini ia cari.

KASAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang