Chapter 2: Permen Karet

155 10 4
                                    

Karena pagi ini Gevano berjanji akan menjemputnya, maka hari ini ia bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah berpakaian, Anna bergegas turun ke lantai satu. Pagi hari indah milik Anna seketika rusak setelah mendengar suara menjijikkan menyebut namanya

"Anna, kamu udah siap?" tanya suara itu, Sita--mamah tiri Anna

"Menurut anda?" jawab Anna malas

"Anna! Jaga bicara kamu!" tegas sang papah, Antoni

"Sudah, sudah. Anna sayang, sini makan dulu. Kita sarapan sama sama" Sita kembali bersuara tak lupa dengan senyum manis miliknya yang terlihat sangat menjijikkan di mata Anna

"Males" balas Anna

Ia melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar, karena jika sesuai dengan janji Gevano, 8 menit lagi pria itu sudah berada di depan

"Anna, mau kemana kamu!? Duduk!" Antoni menatap tajam putrinya itu

Habis sudah kesabaran Anna, ia kemudian menoleh ke arah sang 'ayah' "Heh, lo mau gue duduk di situ? Sama lo dan istri jalang juga anak jalang lo? Mimpi lo ketinggian tau nggak" Anna tersenyum mengejek kepada sang papah yang wajahnya sudah sangat memerah serta Sita dan juga anaknya yang ikut marah

"Na, lo nggak boleh ngomong gitu ke papah, kasihan papah Na" sekarang giliran Clara-- saudara tiri Anna yang berkata

"Kalo lo mau nyari perhatian, nggak usah bawa bawa gue. Dan satu lagi, lo bilang apa tadi? Papah? Papah siapa yang lo maksud?"

"Yah papah kita lah" jawab Clara sedikit kesal

"Papah kita? Hah, ngelawak lo? Maksud lo papah lo? Kalo gue mah nggak punya bapak" Anna tersenyum mengejek ke arah 3 manusia yang tengah menatap terkejut ke arahnya

Tanpa menunggu balasan mereka, Anna langsung melenggang pergi. Mereka pikir mudah menangani seorang Anna. Jangan mereka pikir Anna itu seperti anak broken home yang sering mereka lihat di cerita cerita, atau seorang putri yang akan hormat dan merasa takut pada ayah mereka, walaupun sang ayah adalah lelaki brengsek. Masa bodoh dengan itu semua. Hah, maaf saja, Anna tak sebaik itu. Bagi Anna, jika orang itu sudah tak pantas untuk di hormati dan di takuti, maka berhenti untuk menghormatinya

Sampai di depan pagar, Anna melihat Gevano yang sedang duduk manis di atas motornya. Dengan wajah di tekuk, Anna menghampiri Gevano yang langsung mengernyit melihatnya

"Kenapa muka lo di tekuk kek gitu?" tanya Gevano

"Au ah, males gue"

"Berantem sama om Antoni lagi Lo?" tanya Gevano lagi

"Hm"

Gevano hanya mampu menghela nafas panjang melihat anggukan Anna. Ia sudah tahu permasalahan yang terjadi antara sang sepupu dan juga om nya. Tanpa melanjutkan pertanyaan, Gevano menyuruh Anna naik dan mulai meninggalkan kawasan rumah om nya menuju ke sekolah

°•°•°•°

Motor Gevano mulai memasuki halaman sekolahnya, ia pun menuju ke arah parkiran untuk memarkirkan motornya. Setelah motor Gevano terparkir, Anna turun lalu melepaskan helm dan mengembalikannya ke Gevano

"Pulang nanti, lo nganterin gue juga kan?" tanya Anna sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan

"Yaiyalah Na. masa lo datangnya sama gue, pulangnya sama mang Ari, kan nggak lucu" jawab Gevano

"Yaudah, gue ke kelas duluan yah" setelah mengucapkan hal itu, Anna mulai meninggalkan area parkir menuju kelasnya

Ia harus segera berganti pakaian, karena hari ini kelasnya ada pelajaran olahraga. Sesampainya di kelas, Anna langsung menaruh tasnya

KASAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang