05 • ALASAN KLISE

976 102 2
                                    

"Terima kasih untuk kelasnya, Bu Alona."

Alona menarik ingusnya perlahan, ia tidak menyangka gadis SMA kelas 12 sepertinya, malah mengajar anak SMA.

Plot twist yang menarik, ia tidak punya apapun selain ijazah lulusan SMP. Ini benar-benar sulit, dan di luar dugaan Alona. Tapi, ia masih beruntung ... ia hanya guru yang mengajar murid kelas 10 SMA saja.

"Bu Alona!" kata seorang gadis cantik menghadang Alona sambil menyandarkan tubuhnya di tembok.

"Siapa lagi ini?" batin Alona. Mata Alona bergerak ke arag tag nama yang menempel di segeram gadis itu.

Evelyn Nadhira Arian. Nama itu, berhasil membuat Alona terkesima.

"Jadi, dia adik Dennis yang menyebalkan itu?"

"Oh benar, Alona memang mengajar di sekolah tempat Evelyn bersekolah. Takdir apalagi, ini Tuhan?!"

"Tapi, ini bocah emang kelihatan ngeselin, sih."

"Iya Evelyn, ada yang bisa Ibu bantu?" tanya Alona setelah beberapa detik bungkam.

"Nggak apa-apa, Ibu. Semangat berjuang mendapatkan hati, Kak Dennis ya ... calon kakak iparku." Evelyn berkata sambil tersenyum ke arah Alona, sambil melambaikan tangan ia berlari pergi menjauh.

"Dia mengejekku atau bagaimana? Kakak ipar? Sampai dunia berubah jadi datar pun, gue ogah sama kakak lo itu!" gumam Alona, ia menarik napas dalam-dalam, lalu merapikan pakaiannya. Berakting tenang dan bersikap seolah ia memang Alona yang asli.

***

Baru satu hari Alona berada di dalam dunia kerja. Realitanya tidak seindah apa yang ia cita-citakan di SMA.

Dunia kerja itu berat dan melelahkan ternyata, atau hanya karena Alona belum terbiasa?

Sekolah dibubarkan pukul 13.30 sementara para pengajar baru diperbolehkan meninggalkan sekolah adalah pukul 14.00.

Keluar dari ruang guru, Alona bergegas pergi keluar dari gedung sekolah. Ia ingin menikmati jajanan pinggir jalan, kebetulan saat diperjalanan tadi pagi ia melihat banyak street food yang membuat air liurnya hampir menetes.

Tiba di depan gerbang sekolah, Alona disuguhkan dengan pemandangan yang membuat napsu makannya hilang.

Dennis.

Alona heran, kenapa pria itu bisa ada di sini.

"Pasti dia jemput adiknya, Evelyn."

"Evelyn mungkin sudah pulang setengah jam yang lalu," kata Alona cepat. Ia membalikan badan dan beranjak pergi untuk membeli jajanan pinggir jalan.

Langkah Alona terhenti, ketika Dennis menarik pergelangan tangannya.

"Kamu pikir aku ke sini, buat Evelyn?" tanya Dennis, masih mencengkram erat lengan Alona.

"Emangnya, bukan?"

"Aku ke sini buat kamu, Alona ---"

"Ah, gitu. Aku terharu banget, deh," potong Alona dengan nada tidak serius dan tampang mengejek.

"Aku serius, Alona."

"Kalau gitu, lepasin dulu tangan gu-- aku!"

"Dia lebih tua dari lo Alona, ingat itu. Setidaknya, lo jaga sopan santun dikit, deh. Apalagi Bunda sudah mengingatkan untuk tidak memanggil Dennis dengan gue-lo lagi."

"Oh, maaf-maaf."

Dennis menurut, ia melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Alona.

"Kenapa kamu mau menemuiku?"

Another Alona (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang