02 • THE TRUTH

1.1K 115 0
                                    

"Buat lo," kata Bayu seraya menyodorkan satu permen dan air mineral botol pada Alona.

Alona sedikit kaget, menyadari kehadiran Bayu. Dengan cepat, ia melemparkan puntung rokok yang tersisa setengah itu, ke tanah lalu menginjaknya hingga padam.

"Gue kira, lo udah nggak ngerokok lagi?" tanya Bayu, mengambil posisi duduk menghadap ke arah Alona.

"Gue nggak pernah bilang begitu," jawab Alona santai.

"Kenapa, lo ada masalah apalagi?"

"Nggak ada," kata Alona sambil membuang muka.

"Kalau berat, gue selalu ada. Lo bisa cerita ke gue."

Alona menoleh ke arah Bayu.

"Kok, lo bisa ada di sini?" tanya Alona sinis.

"Hmm, karena gue tahu ... kalau lo ada di sini." Bayu memberikan jawaban disertai senyum lebar.

"Oh!"

"Ini tempat pertama kali kita ketemu, kan? Waktu itu, gue juga kaget ketika ngelihat image lo yang bersih, malah merokok dengan tenang di sini."

"Diungkit lagi ternyata, gue makasih ya buat air mineral dan ini permen." Alona membuka bungkus permen rasa jeruk itu, lalu memasukan ke dalam mulutnya.

"Lo tahu, kan? Perasaan gue masih sama ke lo."

Alona menarik napas panjang.

"Gue juga tahu, kalau gue dulunya jadi taruhan lo dan teman-teman lo, kan?"

"Itu udah dua tahun yang lalu berlalu, loh. Gue juga sudah berulang kali minta maaf soal itu ke lo, dan seperti yang lo lihat ... kali ini gue benar-benar suka dan sayang sama lo."

"Kalau memang benar begitu, apa lo mau terjun dari atap buat gue."

"Alona lo kalau ngelawak cringe ya. Yakali, lo pikir nyawa gue sembilan gitu. Yang ada, bisa-bisa patah tulang gue."

"Bercanda," tutur Alona pelan.

"Tapi, nggak lucu."

"Soalnya, gue bukan pelawak."

Mata Bayu tertuju pada novel yang cukup familiar di matanya.

"Lo baca Love and Tears?"

"Iya, gue udah selesai baca, tiga hari yang lalu."

"Lo suka?"

"Terlalu menyedihkan buat gue. Seakan-akan Alona nggak pantas bahagia bahkan sedikit saja. Dan pada akhirnya pun dia harus meninggal."

"Apa yang lo katakan benar. Gue yakin, nggak akan ada orang yang bakal mau. Jadi, sosok Alona di novel itu."

"Gue rasa begitu."

"Tapi, kalau Alona dalam novel itu girl boss kayak lo. Mungkin ending ceritanya akan berubah?"

"Ya jelas lah, gue nggak bakal mau sama tipekal cowok kek Dennis."

"Kalau gue? Apa masuk dalam pertimbangan lo?" tanya Bayu dengan tampang manis yang dibuat-buat.

"Hmm, nggak lah." Alona menjawab cepat

"Cepat banget jawabnnya, nggak mau dipikirin dulu."

"Jangan gombal, deh!" Alona menunjuk wajah Bayu dengan permen jeruk yang hampir habis.

Cup!

Mata Alona terbuka lebar, setelah kecupan satu detik mendarat di bibirnya.

"Rasa permen jeruknya lebih manis saat di bibir lo."

Another Alona (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang