14 • TERNYATA SAKIT

661 78 2
                                    

"Apa yang lo lakuin di sini, Alona?"

Pikiran gadis cantik itu nampak bimbang, beberapa kali melangkah dan beberapa saat kembali mundur ke tempat semula.

"Hari ini Dennis ulang tahuh loh, Alona. Kamu harus kasih hadiah ya, Bunda juga nitip."

Kalimat yang dilontarkan Rahma tadi pagi, membawa Alona berdiri di sebuah toko ternama yang menjual pakaian pria.

"Gue tertekan banget," kata Alona sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Berdiri selama beberapa menit tanpa melakukan apa-apa, membuat Alona mau tidak mau harus memilih.

Maju atau mundur.

Alona membulatkan tekad.

"Anggap aja hadiah ulang tahun terakhir dia," tutur Alona, sambil menyiapkan mental ia masuk ke dalam toko tersebut. Tidak perlu waktu lama yang ia butuhkan, Alona hanya memilih sebuah kemeja asal untuk Dennis.

Setelah membeli kado untuk Dennis, Alona menyempatkan diri untuk bertemu dengan Muthia karena kebetulan sang sahabat juga berada di Mall yang sama dengannya.

"Mut, gue di sini!" kata Alona lantang.

Menoleh ke arah Alona yang memanggilnya, Muthia tersenyum.

"Hey ... baby!" balasnya, tanpa aba-aba langsung memeluk tubuh Alona. "Yuk keluar, gue lapar, nih. Lo, udah makan belum?"

Alona menoleh ke arah Muthia yang menggandeng tangannya mesra.

"Gue belum, apa kita makan dulu aja?"

"Boleh," ujar Muthia. Mata Muthia beralih pada tote bag yang dipegang Alona. "Kado ultah buat Dennis?"

Alona mengangguk membenarkan. "Tapi, lo bawa mobil, kan, Mut?"

"Iya, pakai mobil gue aja. Gue ada rekomendasi restoran yang worth it banget, agak private gitu, karena biasanya orang-orang kalangan atas yang makan di sana. Kebetulan, atasan gue ngasih semacam voucher makan gitu ...."

"Iya, nggak apa-apa. Gue makan apa aja, kok."

Muthia masuk ke dalam mobil lebih dulu, disusul oleh Alona setelahnya.

***

Mereka berdua tiba, di restoran bergaya classic western yang direkomendasikan oleh Muthia.

"Al," panggil Muthia.

"Iya, Mut?"

"Ini voucher-nya, lo duluan aja ... ada yang mau gue ambil di mobil, dompet gue juga ketinggalan." Muthia menyerahkan dua lembar voucher yang ia miliki pada Alona.

"Oke." Alona menoleh sebentar ke arah Muthia yang nampak tergesa menuju mobil, tidak ambil pusing Alona langsung masuk ke dalam restoran.

Alona memperlihatkan voucher yang ia miliki ke salah seorang pelayan, pelayan muda berwajah oriental itu mengantarkan Alona ke salah satu ruangan di gedung lain yang berada di kawasan restoran tersebut.

"Pasti mahal banget tempat ini," gumam Alona sangat pelan.

"Mbak nanti masuk ke aja ke dalam sana, nanti ada nomor ruangan Mbak dan kursinya."

"Iya, terima kasih ya ...."

Alona masuk ke dalam bangunan itu, cukup takjub dengan orang-orang yang terlihat duduk tenang menikmati makanan mereka dengan anggun.

Di lihat dari penampilan mereka, Alona tahu betul bahwa orang-orang yang ada di dalam sana, sepertinya adalah pemilik kelas atas.

Langkah Alona terhenti, tubuhnya membeku di tempat. Ia mengenali dua siluet di depannya, dan pemandangan itu terlihat seakan tidak asing untuknya.

Another Alona (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang