"Ngerepotin banget, sih!" Evelyn masuk ke dalam lift. Mulutnya sedari tadi terus menerus menggerutu tanpa henti.
"Mana ditelepon nggak aktif." Gadis cantik berhodie hitam dengan rambut tergerai itu, sesekali mengecek ponsel dan menelepon satu nomor. Lift terbuka, ia keluar dari dalam sana.
"Udah gede, masih aja nyusahin!" Sambil menatap plastik berisi bahan makanan, Evelyn berdiri di depan pintu apartemen kakaknya. Tanpa ragu, ia menekan kata sandi pin yang berada di pintu.
Pintu terbuka, nampaknya kata sandi Dennis masih sama seperti sebelumnya. Evelyn menerobos masuk ke dalam apartemen sang kakak.
Ia menduga-duga bahwa kakaknya itu sedang tidur, melihat bagaimana ponselnya diabaikan begitu saja.
Telinga Evelyn melebar ketika mendengar senandung seorang wanita terdengar. Ia menjadi penasaran dan mulai mengikuti suara itu.
Langkah Evelyn terhenti, ia menemukan seorang wanita berdiri membelakanginya, hanya dengan menggunakan mantel mandi dengan rambut dililit handuk di atas kepala.
Bibir Evelyn tersenyum sinis. "Bilangnya nggak suka, tapi diam-diam malah nginap di sini," gumamnya. "Ciyee, Bu Alona!"
Wanita yang dipanggil Alona oleh Evelyn menoleh. Mata Evelyn membelalak kaget. Ia menjatuhkan plastik yang ia pegang dan membuat isinya berhamburan.
"Arghhhhh, Kak Rabella! Kok bi-bi-bisa a-da di-di di si-ni?" kaget Evelyn terbata-bata, dengan suara lantang.
Melihat kehadiran Evelyn, Bella juga terkejut. Ia hanya mematung dan tidak bereaksi apapun.
Mendengar teriakan, Dennis yang berada di dalam kamar mandi bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Evelyn, kamu nggak apa-apa?!" tanya Dennis khawatir, ia yang tadinya menatap Bella mengalihkan pandangannya pada sang adik yang berdiri dengan wajah linglung.
"Kak Dennis, Kak Bella ... kalian?" Evelyn memang masih berusia muda seperti remaja umumnya. Tapi, tidak dipungkiri bahwa ia tahu situasi apa yang terjadi kini.
"Evelyn, lo ngapain di sini?" Dennis menatap sang adik dan bahan-bahan makanan yang jatuh berserakan di lantai. Ia sudah tahu alasannya, bahwa Evelyn datang karena suruhan mamanya. "Gue bisa jelasin ...."
"Sumpah gue, nggak nyangka, Kak. Lo benar-benar sampah!" maki Evelyn, raut wajahnya memandang sang kakak dan artis yang ia idolakan dengan tidak suka.
"Lo diam di situ, biar gue jelasin!" kata Dennis lagi, nampak memelas pada sang adik.
"Jelasin apa lagi?" tanya Evelyn sinis. "Kalau kalian cuman rekan kerja yang tidur bareng?" tuduh Evelyn berdasar.
"Evelyn," panggil Dennis, ketika sang adik terlihat menahan tangis.
"Gue kecewa sama lo!" teriak Evelyn marah, ia melangkah kasar dan keluar dari apartemen Dennis.
***
Dennis telah berpakaian, begitu pun dengan Bella. Setelah apa yang terjadi keduanya diam tanpa suara.
Sarapan yang dihidangkan Bella di atas meja, sedikit pun tidak disentuh oleh Dennis.
"Kita harus kayak gimana sekarang?" tanya Bella bingung, sekaligus merasa menyesal. Andai saja ia tidak berbalik dan langsung bersembunyi, mungkin akan beda cerita.
"Aku juga nggak tahu, Bel!" Dennis mengusap wajahnya gusar. Ia menatap pantulan dirinya pada kopi hitam dingin yang tersaji di atas meja.
"Kamu kelihatan nggak baik-baik aja sekarang," ungkap Bella pelan, takut salah bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Alona (SUDAH TERBIT)
Romansa[Juara 3 dalam writing marathon challenge with Cakra Media Publisher] *** Alona diibaratkan sebagai ratu es di sekolah, ia punya segudang prestasi, populer serta wajah yang cantik. Dengan keunggulannya itu, banyak yang menyukai dan cemburu pada Alon...