Awas typo!
•°•
•°•
"Ini gila! Ada apa dengan kaparat itu?!" maki Alona.
Gadis cantik itu mengacak rambutnya frustasi, napasnya memburu menahan amarah. Kedua tangan Alona mengepal kuat.
"Apa dia sudah gila? Hah? Menikahi gue, kok bisa? Bukannya ... dia nggak suka sama nih cewek?" Alona bertanya entah pada siapa, tangannya menunjuk dirinya sendiri. Wajah bingung gadis itu, melukiskan seberapa gundah perasaannya.
Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang ia alami.
Alona pikir dirinya sudah gila. Tapi, Dennis jauh lebih gila daripada yang ia kira.
Bagaimana pria yang jelas-jelas tidak mencintainya, malah mengajaknya menikah?
Alona mengusap wajahnya kasar.
"Apa jangan-jangan, dia tahu jalan pikiran gue?"
Alona mengambil posisi duduk di kursi belajarnya, tangan kanan Alona menumpu berat kepalanya.
Memandangi seisi ruangan yang didominasi warna cream, Alona kehabisan ide.
Menikah dengan Dennis? Jelas, itu ide konyol.
"Dennis sialan itu benar-benar ... membuat hidup gue sengsara. Gue rasa, lo emang serius untuk mempercepat ajal gue, hah!" marah Alona entah pada siapa. Sejak beberapa jam yang lalu, ia sudah berada di fase bad mood parah.
Tok ... tok ...!
Suara ketukan pintu membuat Alona tersadar, dari pikiran-pikiran jahat untuk membunuh Dennis di benaknya.
Kepala Alona menoleh 90° ke arah pintu.
"Alona, ada Muthia di bawah."
Suara Rahma terdengar, bersamaan dengan gagang pintu yang bergerak.
Alona mengangguk pasrah, sayangnya ia menempati kamar seorang putri tunggal yang sangat disayangi hingga tidak punya privasi. Lihat saja, Alona bahkan tidak bisa mengunci pintu kamar.
Ia sudah tahu hal itu, di dalam cerita novel yang ia baca juga dijelaskan, bahwa Alona tidak punya kunci untuk kamarnya sendiri, dan bagaimana harmonisnya hubungan antara Alona dan kedua orangtuanya.
Senyum di bibir Alona terbit tanpa sadar, menatap ke arah Rahma yang terlihat ramah dan cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.
"Ada Muthia di bawah, temuin cepat, gih!"
"Muthia?" Alona mengenal nama itu, ia mencoba menelusuri kembali jejak-jejak tokoh yang muncul dalam cerita Love and Tears.
***
Alona berdiri di hadapan gadis bernama Muthia, yang ia tahu adalah sahabat dekat seorang Alona Clarrisa.
Ia berdiri dalam diam, bingung untuk bertindak seperti apa. Namun, dengan ramah dan cerianya, Muthia tersenyum manis dan langsung melepas rindunya memeluk Alona.
"Ternyata benar kata teman-teman kita, setelah tunangan sama CEO tampan dan kaya raya, lo benar-benar sombong banget. Padahal, gue rindu banget sama lo, Al. Tapi, bisa-bisanya lo nggak ngehubungin gue sedikit pun!"
Pelukan erat Muthia terlepas, ia menarik Alona dengan penuh semangat ke arah sofa. Seolah ada banyak keluh kesah yang akan mereka bicarakan hari ini.
"Hehehe, maaf ---"
"Maaf doang, nggak cukup kali ah. Nggak bikin gue kenyang!" potong Muthia cepat. Ia meraih tangan Alona dengan memasang wajah manja.
"Gue harus bereaksi kayak gimana, ini?" batin Alona tersiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Alona (SUDAH TERBIT)
Romance[Juara 3 dalam writing marathon challenge with Cakra Media Publisher] *** Alona diibaratkan sebagai ratu es di sekolah, ia punya segudang prestasi, populer serta wajah yang cantik. Dengan keunggulannya itu, banyak yang menyukai dan cemburu pada Alon...