─────
Chapter Two : Perasaan Haechan.
─────
Haechan tengah berjalan di koridor fakultas teknik sambil bersenandung kecil, pemuda manis itu tengah memeluk buku tebal dengan erat dan jangan lupakan ia tengah membawa paper bag kecil berisikan bekal makan siang untuk sang pujaan hati.
Ia membuatkan roti panggang dengan selada dan telur serta saus dan manoyes di pagi hari. Hendery─ sang kakak bahkan sampai acara merajuk kala sang adik tidak mau membuatkannya juga.
Semenjak Haechan menjadi kekasih dari seorang Mark Jung, berita itu langsung tersebar luas dalam waktu sehari. Banyak dari mereka yang menyebut bahwa Mark dan Haechan begitu serasi dan tak lupa pula banyak yang mengkritik hubungan mereka, terutama para penggemar yang begitu memuja seorang Mark.
Sudah hampir enam bulan mereka memadu kasih dan alasan kenapa saat itu Haechan menerima pernyataan cinta aneh Mark padanya adalah karena ia juga menyukai pemuda beralis camar yang memiliki surai berwarna hitam itu. Haechan hanyalah penggemar Mark yang tak begitu terlihat, hingga saat dimana sang pujaan hati mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi kekasihnya.
Sepertinya saat itu dewi fortuna benar-benar memihak padanya atau mungkin kartu keberuntungannya sudah terpakai untuk sekali seumur hidup? Yang jelas sekarang ia begitu senang menjadi kekasih dari seorang Mark Jung.
Langkahnya pun terhenti kala melihat Mark dan beberapa temannya berjalan di koridor untuk pergi ke kelas. Wajah Haechan pun menjadi berseri. "Mark hyung!"
Teriakan Haechan yang begitu nyaring membuat Mark dan teman-temannya berhenti berjalan. Melihat pemuda manis berpipi gembil itu menghampiri mereka, Mark menghela napasnya berat karena ia sudah tahu pasti setelah ini akan di ledek habis-habisan.
"Hai hyung, halo semuanya." Sapa Haechan ramah sambil tersenyum manis pada Mark dan juga teman-teman dari sang kekasih.
Pemuda manis itu pun menyodorkan paper bag yang tadi ia bawa pada Mark dan dibalas dengan tatapan bingung dari sang kekasih. "Untukmu, hyung."
Mark pun tak kunjung mengambil paper bag yang Haechan sodorkan padanya, namun malah Lucas yang mengambil paper bag itu. Pemuda manis itu mengerti ia sedikit kecewa namun dengan cepat ia tutupi dengan senyum manisnya.
"Terima kasih Lucas hyung, kalau gitu aku pergi. Semangat untuk hari ini!"
Kemudian Haechan pun pamit untuk pergi dan meninggalkan Mark yang masih memandangnya dengan tatapan datar. Setelah pemuda manis itu menghilang dari pandangan Mark dan teman-temannya, ia berbelok bersembunyi di belakang tembok gedung fakultas teknik.
Hatinya berdenyut nyeri kala Mark tak mengambil makanan yang diberikan, seharusnya ia bisa menerima bukan? Karena selama mereka menjalin kasih, selalu Lucas atau Jeno yang mengambil makanannya. Pernah suatu ketika Haechan tak sengaja lewat, ia melihat Mark membuang makanan yang telah ia berikan.
Pemuda manis itu ingin setidaknya sekali saja Mark menghargai segala apa yang diberikan olehnya mungkin terima kasih? Atau setidaknya makan segigit saja makanan yang Haechan berikan, ia pasti akan senang. Namun itu hanya angan-angan belaka.
Terlebih lagi mereka jarang menghabiskan waktu berdua, mungkin terhitung baru tiga kali mereka pergi keluar untuk menghabiskan waktu berdua. Mark lebih mementingkan kepentingannya sendiri daripada harus pergi bersama Haechan.
Contohnya saja kencan terakhir mereka, waktu itu Haechan ingin pergi ke taman kota untuk sekedar berjalan-jalan dan Mark menyetujuinya. Baru saja setengah jam mereka sampai, Mark mendapatkan panggilan bahwa ia harus menemani temannya yang bernama Jaemin dan menemaninya ke suatu tempat dan meninggalkan Haechan begitu saja.
Dan jangan lupakan fakta bahwa seorang Mark Jung tidak menyukai aktifitas yang berhubungan dengan sentuhan. Jikalau dipikir-pikir Mark bertanding basket saling adu badan kan?
Awalnya pemuda manis itu tidak mengetahui soal Mark yang tidak menyukai skinship yang berikan olehnya, memang ia juga jarang melakukannya. Hingga ada saat dimana Haechan tanpa sengaja menggandeng tangan Mark langsung ditepis oleh pemuda tampan itu.
Terkejut? Tentu saja, ia pun menanyakan alasannya dan jawabannya membuat pikiran Haechan menjadi seketika membeku.
Aku tidak terbiasa dengan sentuhanmu.
Haechan pun rela jika Mark lebih memilih bersama teman-temannya daripada bersama dirinya, sebut saja ia bodoh karena terlalu mengalah dengan sikap Mark yang tidak memperdulikan dirinya walaupun sedikit saja.
Menghela napas, pemuda manis itu berjalan meninggalkan tempat tersebut dan berjalan menuju kafe yang dimana sahabatnya itu sudah menunggu sekitar 15 menit yang lalu, masih ingatkah kalian bahwa Renjun memiliki kesabaran begitu tipis?
Haechan melambaikan tangan dari depan kafe ke arah Renjun dan menghampiri pemuda manis nan menggemaskan itu tengah menatapnya kesal. Sedangkan Haechan hanya tersenyum tanpa ada rasa bersalah.
"Biar kutebak, Mark hyung lagi?"
Mengangguk adalah jawaban yang dapat Haechan berikan, Renjun dapat melihat wajah sahabatnya itu begitu murung sejak mereka pacaran. Seakan ada yang hilang dari diri Haechan yang sebelumnya tampak bersinar kini mulai meredup.
Renjun melepas kacamatanya yang sebelumnya ia pakai, memajukan sedikit badannya. "Sampai kapan?" Haechan memandang sahabatnya bingung.
"Maksudmu?"
Pemuda China itu sepertinya sudah tidak memiliki stok kesabaran untuk saat ini, karena Haechan dapat melihat Renjun tengah menggeram kesal dan mengusap wajahnya kasar.
"Sudah hampir 6 bulan, Haechan. Aku begitu gemas melihat dirimu dan juga Mark menyebalkan Jung itu." Alis Haechan bertaut, tanda tak mengerti. "Aku tahu kau kembali membuatkannya makanan bukan?"
Haechan kembali diam, ia masih ingat kala dirinya menceritakan bahwa Mark tidak pernah menerima makanan yang ia berikan. Renjun begitu marah sampai ia membentak pemuda berkulit tan itu dan menyuruhnya untuk tidak memberikan apapun lagi kepada Mark. Namun Haechan tidak peduli, ia ingin menjadi orang yang memperhatikan Mark walaupun Mark tak pernah memperhatikan dirinya.
Renjun sebagai sahabat Haechan begitu sedih dan kesal disaat yang bersamaan, ia tahu jika Haechan peduli dengan orang-orang disekitarnya bahkan mau sampai melakukan hal-hal kecil agar terbantu.
"Bahkan kau sudah melihat dia membuang makananmu, aku tak mengerti jalan kerja pikiranmu itu." Ujar Renjun, menyenderkan punggungnya pada sofa. "Kali ini siapa yang menerimanya?"
Pandangan Haechan turun ke lantai seakan dibawah sana jauh lebih menarik daripada situasi saat ini. Memang pemuda manis itu merasa lelah tetapi ia tidak mau menyerah begitu saja, karena ia yakin pasti ada cara untuk membuat hubungan mereka baik-baik saja.
Tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Renjun dengan inisiatif duduk disebelah Haechan. Merangkul pundak sahabatnya itu dengan sesekali menepuknya pelan. Renjun tahu kalau ia tidak sama sekali berhak mencampuri masalah percintaan Haechan dan Mark.
Renjun hanya bisa membantu memberikan nasihat dan mensupport apa yang Haechan lakukan. Walaupun ia sendiri tahu kalau sahabatnya ini sudah terlalu jatuh kepada seorang Mark Jung. []
[ ─────────────── ]
To Be Continue...
don't forget to vote and comment!

KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You : Markhyuck
Fanfiction[COMPLETED] Hanya karena taruhan, Mark harus menjalin kasih dengan Haechan yang notabenenya orang yang menyukai dirinya, hingga mereka dihadapkan dengan berbagai macam masalah dalam hubungan mereka. Mampukah Haechan merubah sifat dan bertahan mengha...