Part Twelve

4.1K 281 23
                                    

─────

Chapter Twelve : Perasaan Mark.

─────



Lucas berusaha untuk menenangkan Mark yang napasnya terlihat naik-turun karena emosi karena sedikit beragumen pendapat dengan Jeno. Lucas berpikir bahwa apa yang Jeno katakan itu benar dan begitu heran kenapa Mark marah kala disinggung kalau Haechan bukan siapa-siapanya.

Sedangkan Mark masih berusaha meredakan amarahnya, ia begitu marah dengan ucapan Jeno. Haechan adalah kekasihnya, miliknya bukan─

Tunggu sebentar.

Kekasih?

Degup jantung pemuda itu menjadi sedikit lebih cepat, apakah perasaannya ini benar untuk Haechan? Bagaimana dengan Jaemin?

Mark mengusap wajahnya kasar kemudian mendudukkan diri di sofa yang diikuti oleh Lucas, pemuda asal hongkong itu begitu bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Sebagai teman yang baik ia hanya bisa mendengarkan jika Mark ingin bercerita, jadi ia hanya menunggu Mark sampai mau membuka suara.

Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi, karena Mark tidak akan mau memulai terlebih dahulu kalau bukan hal penting. Akhirnya, Lucas pun membuka suara.

"Katakan saja."

Mark yang tadinya tengah melamun memikirkan entah apa kini memusatkan atensinya pada Lucas dan menatap sahabatnya bingung, sedangkan yang ditatap hanya bisa menghela napasnya.

"Aku akan mendengarkan jika kau ingin bercerita."

Pemuda yang memiliki alis seperti burung camar itu masih terdiam, menimang dengan baik apakah harus menceritakan perasaannya atau tidak, tapi sepertinya Lucas adalah orang yang tepat untuk mendengarkan keluh kesahnya saat ini.

Mark menyisir rambutnya hingga ke belakang dengan tangannya, kemudian menyenderkan punggungnya pada sofa dan menghela napas sebelum mulai bercerita.

"Entah apa yang aku pikirkan, sepertinya apa yang dikatakan Jeno benar, aku bukanlah siapa-siapa dari Haechan karena permainan kita, tapi─"

"Tapi apa?"

"Sepertinya aku benar-benar menyukai Haechan dan Jaemin..." Mark menggantungkan kata-katanya, "Kau tahu, dia memang cinta pertamaku dan tidak akan mudah kulupakan begitu saja, dia memiliki tempat spesial dihatiku. Sedangkan Haechan selalu ada untuk mengisi kekosongan saja dan aku tidak bisa memilih diantara mereka."

Rasanya, Lucas memilih untuk setuju dengan Jeno bahwa Mark adalah manusia paling egois. Namun, ia harus menjadi penengah diantara mereka dan tidak asal main pukul walaupun sebenarnya ia ingin.

Lucas pun masih ingat awal dimana Mark secara mudah mengatakan 'suka' pada si manis, Haechan. Ia begitu menyesal karena menyarankan Haechan sebagai target Mark. Lucas pun melihat betapa tulusnya Haechan pada Mark, salah satunya memberikan makanan pada Mark setiap pagi, namun sayangnya Haechan selalu mendapat penolakan dari sahabatnya itu.

Tapi Jaemin berbeda cerita, Lucas tahu bahwa Jaemin adalah cinta pertama Mark dan mendapatkan cinta dari pemuda Na itu sangatlah sulit apalagi menjadikannya kekasih. Terlebih mereka sudah terpisah cukup lama dan bertemu kembali, membuat hati Mark mungkin kini menjadi goyah akan perasaannya.

"Jangan jadi brengsek Mark, kau tahu bahwa menyakiti orang yang mencintaimu bisa membunuhnya."

Dahi Mark mengerut bingung, ia pun memajukan badannya menjadi lebih dekat dengan Lucas, "Apa Maksudmu?"

"Seharusnya kau bisa melihat bahwa si manis─"

"Jangan menyebutnya seperti itu."

"Lihat? Bahkan kau tak suka jika orang lain ada yang memanggilkan dengan itu bukan? Kau bahkan seakan mengelak bahwa kau sudah mulai menerima kehadirannya."

Lucas benar, Mark tidak suka ketika ada orang lain yang dekat dengan Haechan selain dirinya atau orang-orang terdekat Haechan, karena Mark berpikir Haechan adalah 'miliknya' bukan orang yang harus ia 'sayangi'.

Mark seperti menyingkirkan perasaannya terhadap Haechan karena Jaemin sudah kembali terlebih Mark lebih sering menghabiskan waktunya bersama Jaemin daripada bersama Haechan. Tapi tanpa Mark sadari, hal itu sudah menyakiti hati si manis.

"Dan aku pun tahu kau masih khawatir akan kondisi Jaemin, terlebih sejak kejadian itu. Tapi kau juga harus memikirkan perasaan Haechan, karena dia adalah kekasihmu saat ini." Lucas pun berpindah duduk ke sebelah Mark kemudian menepuk pundak sahabatnya itu sebagai tanda menguatkan.

"Aku, Jeno dan lainnya akan membantumu dalam mengawasi Jaemin, terlebih Yeji. Karena bisa saja Yeji akan menyakiti Jaemin lagi dan tugasmu adalah menjaga kekasihmu, Haechan."

"Tapi Lucas, aku khawatir─"

"Aku tahu kau khawatir. Bukan hanya kau saja Mark, kita semua pun tahu bagaimana jahatnya Yeji. Sekarang ku berikan pilihan, lebih baik kau fokus pada Jaemin atau tinggalkan Haechan, karena Yeji sudah tahu tentang Haechan dan tidak menutup kemungkinan kalau Yeji akan menjadikan Haechan targetnya." Jelas Lucas yang sudah jengah dengan sikap Mark.

"Jangan bawa Haechan dalam masalahmu jika kau memang tidak mencintainya. Apalagi berniat melukai hatinya." Lucas pun akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar markas, meninggalkan sang pemilik markas sendirian.

Mark masih sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depan serta hubungan antara Jaemin dan Haechan.

Sejujurnya, Mark sudah mulai nyaman dengan kehadiran Haechan disisinya karena Haechan selalu ada untuknya. Awal mereka menjalin hubungan Haechan begitu cerewet dan menyebalkan. Tapi jika Mark tidak meilihat keberadaan si manis sehari saja, Mark akan mencari keberadaan Haechan walaupun ia hanya bermodal menanyakan keberadaan Haechan pada teman sekelasnya atau pergi ke tempat yang sering Haechan kunjungi.

Ya, sebenarnya Mark hampir tahu apa saja kebiasaan dan kesukaan Haechan, namun Mark tidak pernah mau menunjukkannya karena menurutnya itu terlalu berlebihan, bahkan Mark tidak pernah melihat Haechan sedih atau marah ketika Mark yang secara tiba-tiba membatalkan acara mereka berdua.

Mark seharusnya sadar bahwa ia belum bisa membahagiakan Haechan dan seharusnya ia ingat bahwa ia malah mengakui Haechan bukanlah kekasihnya di depan Jaemin, karena Mark takut kehilangan Jaemin lagi.

Hatinya bagaikan terbelah dua karena diisi oleh dua orang yang sama-sama menjadi penghibur hati Mark, dilanda kebingungan luar biasa dengan perasaan yang kini menghampirinya. Ingin melepaskan salah satu dari mereka begitu sulit baginya.

Benar apa yang dikatakan kedua sahabatnya itu, Mark begitu egois dan brengsek karena secara tidak sadar sudah melukai hati keduanya, terutama Haechan.

Jadi, siapa yang kau pilih, Mark? []











[ ─────────────── ]


To Be Continue...

don't forget to vote and comment!

Beside You : MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang