─────
Chapter Ten : Penjelasan Singkat.
─────
Renjun berusaha mengejar Haechan untuk pergi dari kedai es krim, namun Renjun kehilangan jejak sahabatnya itu. Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Haechan namun nihil. Tidak ada tanda-tanda Haechan disekitar kedai es krim. Ia pun berusaha menghubungi Haechan namun ponselnya menjadi tidak aktif.
Sedangkan pemuda manis itu sudah masuk ke dalam bus kota, duduk di paling belakang dekat jendela sebelah kanan dan menangis dalam diam. Tidak terisak namun air mata berlomba-lomba turun dari manik mata Haechan.
Begitu sakit melihat kedekatan yang dijalani oleh Mark dan Jaemin, begitu iri melihat sang kekasih begitu sayang pada Jaemin. Namun, Haechan sadar diri karena dirinya hanyalah orang baru yang secara tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan Mark. Bahkan bersikap baik-baik saja kala menganggap Haechan bukan kekasihnya di depan Jaemin.
Sepertinya Renjun benar, seharusnya ia menyudahi hubungan ini. Namun, hatinya terus meraung untuk tidak mau mengakhirinya. Haechan yang biasanya banyak berbicara pada kedua orang tua dan kakaknya, membuat suasana rumah menjadi gaduh pun seketika menjadi sunyi.
Saat sampai dirumah pun Haechan disambut hangat oleh Ten, namun anak bungsunya itu hanya berjalan melewati Ten begitu saja, membuat alis Ten jadi menyatu karena bingung dengan sikap Haechan. Tidak biasanya Haechan tidak memeluknya setelah ditinggal lebih dari seminggu.
Haechan langsung masuk ke dalam kamar dan tak lupa menguncinya. Meletakkan tas di meja belajarnya dan mandi kurang lebih 15 menit, setelahnya ia merebahkan diri di kasur dengan sprei warna biru langit miliknya. Menutup seluruh badannya sampai ke kepala dan mulai menumpahkan isi hatinya yang sedari tadi ia tahan.
Ten pun menghampiri kamar Haechan yang tertutup rapat untuk membawakannya makan malam, karena sudah lebih dari 30 menit anak bungsunya itu tidak kunjung turun untuk makan malam bersama. Ten menjadi khawatir karena tidak biasanya Haechan seperti ini.
"Haechan? Ini Mae, buka pintunya sayang."
"Sayang? Ayo buka pintunya, katanya rindu masakan Mae."
"Ayo makan nak, Haechan kan tidak boleh telat makan nanti maag-nya kambuh."
Namun tidak ada sahutan dari kamar Haechan setelah 10 menit berlalu, membuat Ten menjadi khawatir. Hendery yang baru saja pulang dan bermaksud ingin ke kamar langsung dihadang oleh Ten.
"Kenapa adikmu menjadi pendiam? Pasti ini semua karena kau suka menjahili Haechan kan? Haechan mengunci diri di kamar dan belum menjawab Mae!" Mata Hendery terbelalak kaget, sejahil-jahil dirinya pada Haechan tidak akan sampai membuat Haechan sampai mengunci diri di kamar. Karena anak itu jarang sekali mengunci pintu kamar yah saat seperti ini lah salah satu contohnya.
"Aku tidak─"
Ting Tong!
Ucapan Hendery terpotong kala mendengar bunyi bel rumah yang begitu nyaring. Ten memberikan nampan berisikan makan malam untuk Haechan dan meminta dirinya untuk berusaha membujuk sang adik untuk membuka pintu kamar. Sedangkan Ten menuju pintu utama untuk melihat siapa yang bertamu di malam hari.
Masih dengan sedikit menggerutu kesal yang bisa-bisanya ada tamu malam-malam begini, Ten membuka pintu utama dengan niat ingin memarahi tamu itu. Namun ia urungkan niatnya kala melihat Mark lah yang menjadi tamunya.
Ide brilian sepertinya menghampiri otak Ten kali ini, mungkin Mark bisa membujuk anak bungsunya itu membuka pintu kamar dan makan malam, ia begitu khawatir jika Haechan akan mengeluh sakit perut di pagi hari.
![](https://img.wattpad.com/cover/307851825-288-k390108.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You : Markhyuck
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Hanya karena taruhan, Mark harus menjalin kasih dengan Haechan yang notabenenya orang yang menyukai dirinya, hingga mereka dihadapkan dengan berbagai macam masalah dalam hubungan mereka. Mampukah Haechan merubah sifat dan bertahan mengha...