19

293 30 10
                                    

"Sayang, udah dong nangisnya. Malu di lihatin banyak orang, di pikirnya aku apa-apain kamu lagi."

Bukannya diam, tangisan Suryeon semakin kencang membuat Dantae yang masih memeluk Suryeon tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku tidak apa-apa, lihat kan aku masih hidup. Mobilnya tadi juga berhenti tepat waktu, tidak jadi nabrak!." Jelasnya.

Mendekap kepala Suryeon di dadanya, Dantae tahu jika Suryeon saat ini merasa bersalah atas kejadian yang baru saja di alami oleh mereka. Di pikirnya Dantae itu tertabrak, makanya Suryeon menangis sejak tadi.

"Ma-maaf." Lirih Suryeon dengan nada yang bergetar.

"Iya aku maafkan, jadi diam dulu ya." Pintanya lembut.

Suryeon mengangguk, mengelap air matanya.

Dantae mendongakkan wajah Suryeon, "Cantik." Ucapnya lalu mengecup kening Suryeon.

Suryeon cemberut dan langsung kembali memeluk Dantae.

.

Malam harinya, Suryeon tidak pulang dan memilih tidur menemani Dantae di rumah sakit. Setelah memastikan Dantae makan malam dan minum obatnya, Suryeon meminta izin untuk membersihkan diri di toilet sebentar.

Dantae menunggu Suryeon dengan sabar, hingga tidak lama kemudian Suryeon sudah datang dan langsung menghampirinya.

Dantae menarik Suryeon untuk di peluknya, "Kenapa?." Tanya Suryeon lembut lalu meremas rambut Dantae.

"Maafkan aku, seharusnya sejak awal aku tidak menyembunyikan hal ini darimu. Aku juga tidak tahu jika ternyata ini kau berteman dengan Yoonhee."

"Benarkah? Apa bukan kau yang menyuruhnya untuk memata-matai keluargaku?."

Dantae menggeleng, "Awalnya aku hanya tahu jika Yoonhee di minta ayah untuk mengintai seseorang, tapi aku tidak tahu jika itu dirimu. Sungguh, seandainya aku tahu dari awal aku akan mengatakannya padamu."

"Tapi tetap saja yang kau lakukan itu salah, menyembunyikan fakta jika kalian bersaudara. Wah, Joo Dantae kau benar-benar hebat jika bersandiwara, pantas saja kau juga hebat dalam menjebak wanita."

Dantae mendongak, "Karena dulu aku tidak tahu harus melampiaskannya ke mana, jadi tolong maklumi saja perilaku yang brengsek itu!."

"Kau berani memintaku untuk memaklumi perbuatan mu? Jangan harap, aku saja masih ragu terhadapmu!."

"Ragu soal apa lagi? Kau sudah tahu segalanya, dan kau masih sepenuhnya belum mempercayai ku?."

"Kau belum menjelaskan sepenuhnya tentang kecelakaan itu, dan aku tidak akan memaksamu untuk menceritakannya hari ini. Cerita saja kalau kau sudah siap segalanya, siap dengan responku tentu saja."

Pelukan Dantae semakin erat, seakan tidak mau melepaskan Suryeon dari sisinya.

Melihat Dantae yang ketakutan, membuat Suryeon tertawa. Terlalu menggemaskan atasannya ini, ralat mantan atasan.

"Sudah, istirahat lah. Aku mau cari makan malam dulu di luar." Ucapnya ingin melepaskan pelukannya.

"Tetap di sini, biar aku menyuruh Taegyu membawakan mu makan malam." Cegahnya masih tidak mau melepaskan pelukannya.

"Kenapa kau ini suka merepotkan orang lain, hem?."

"Tunggu sebentar."

Dantae mencari ponselnya, "Ponselku hilang, bisa pinjam ponselmu sebentar?." Pintanya.

Suryeon mengeluarkan ponselnya dan di berikan pada Dantae, "Ini." Ujarnya.

"Bisa kau belikan aku makanan lalu kau antarkan ke rumah sakit?."

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang