4

1.3K 243 20
                                    

"Ini disini."

"Bukan oma, disini."

"Tuh, mana bisa masuk. Pasti disini."

"Tuh, ngga masuk juga. Cape ahh."

Gracia terkekeh melihat cucunya kelelahan saat menyusun puzzle. Ia sengaja membelikan Eve puzzle agar Eve tidak mengganggu Cindy saat bekerja. Saat ini juga mereka tengah berada di cafe milik Cindy yang masih ramai pengunjung.

Terhitung sudah dua jam mereka berada di cafe milik Cindy dan sudah memesan sedikitnya tiga menu agar keduanya tidak membangkrutkan Cindy. Hehehe.

Eve akan rewel bila tidak bertemu dengan Cindy dalam sehari saja. Makanya selepas pulang sekolah, Gracia menyempatkan datang ke cafe Cindy untuk menemani Eve bermain disana.

Jinan masih bekerja jadi Gracia yang menjemput Eve dari sekolah dan mengajaknya bermain.

"Belum jadi juga ?."
Cindy datang ke meja Eve dan Gracia di sela dia sibuk melayani pembeli.

"Susah mak!! Salah mulu. Padahal tinggal lima biji, tapi susah."
Jawab Eve dengan raut kesal. Dia kesal karena belum jadi juga puzzle nya.

"Mau ka Cindy bantuin ngga ?."
Tawar Cindy.

"Emang kamu ngga sibuk ?."
Tanya Gracia.

"Udah lebih lenggan, ma. Sini biar ka Cindy bantuin."

Cindy duduk di sebelah Eve dan mulai ikut menyusun puzzle.

Gracia hanya melihat saja bagaimana Cindy memperlakukan Eve dengan baik. Dia sangat ingin menjadikan Cindy menantunya sejak dulu. Tapi Jinan sangat lambat merealisasikannya.

"Cin,."
Panggil Gracia.

"Kenapa, ma ?."

"Kamu, lagi deket sama cowo ngga ?."

"Ah. Itu."
Cindy nampak bingung harus menjawab apa.

"Iya atau ngga ?. Apa lagi menjalin hubungan sama orang ?."

"Itu.."

"No!!. Oma, jangan tanya kayak gitu ke ka Cindy."
Ujar Eve tidak suka dengan obrolan ini.

"Loh kenapa ?. Kan bagus kalau ka Cindy lagi deket sama cowo. Jadi nanti ka Cindy ada temen hidup."

"Temen hidup ka Cindy itu cuma aku, oma, dan papa. Nggak ada yang lain."

"Bukan gitu sayang. Maksud oma tuh pasangan yang akan jadi temen hidup ka Cindy. Kalau kita jelas akan jadi keluarga sampai akhir hayat. Tapi kalau pasangan kan akan jadi teman sehidup semati."

"Tetep aja Eve ngak mau ka Cindy punya temen hidup mati. Eve maunya ka Cindy jadi mama aku."

"Eve, emang ka Cindy mau jadi mama kamu."

"Harus mau lah!! Iya kan ka ?."

"Hemmm."
Cindy bingung harus jawab apa. Kalau keadaannya tidak ada Gracia disini, mungkin Cindy akan bisa menjawabnya.

"Ah lama! Jawab gitu doang lama. Tau deh kalau ngga mau kaka."

"Bukan gitu Eve."
Ucap Cindy. Dia takut membuat Eve kecewa padanya.

"Eve. Setiap manusia punya keinginannya masing-masing. Punya tujuan hidup masing-masing. Dan kita juga ngga bisa maksa mereka untuk mengikuti kemauan kita. Kalau menurut dia bukan pilihan dia, pasti dia ngga akan bahagia menjalaninya. Kita juga ngga bisa nentuin dia harus bagaimana. Jadi, kamu ngga boleh bilang ke orang kalau dia harus setuju dengan apa keinginan kamu. Intinya sih kita ngga boleh memaksanya. Ngerti cucunya Gracia?."

"Gitu ka ?."
Eve justru bertanya pada Cindy.

"Iya. Karena sesuatu yang di paksa pasti tidak berakhir bahagia. Seperti kaka dulu. Di paksa menikah, tapi kaka ngga bahagia."
Jawab Cindy.

"Jadi kalau aku minta kaka buat jadi mama Eve, itu paksaan juga ? Terus nanti ngga akan bahagia ?."

Nah, Cindy bingung mau jawab apa.

"Eve. Kalau ka Cindy jodoh papa kamu, pasti dia akan jadi mama kamu juga. Tapi, kalau bukan...yaa."

"Oke! Aku ngerti."
Eve memotongnya karena tidak mau mendengar ucapan omanya.

"Buat Cindy, Eve sudah menjadi anak Cindy. Jadi tidak perlu ada ikatan apapun untuk menjadikannya anak dan membuatnya memanggil aku mama. Selagi dia masih mau aku ada di dekat dia, dia tetap anakku. Dan selama masih bisa dekat dengan dia, aku mau di panggil mama. Eve...mungkin kamu masih terlalu kecil untuk ngerti apa yang kaka bilang, tapi satu hal yang harus kamu tahu, bahwa kaka sayang banget sama kamu. Sayang seperti seorang mama ke anaknya. Jadi, biarpun kita tidak terikat apapun, kamu tetap jadi anaknya kaka. Jangan sedih gitu ya ?."

Cindy memeluk Eve karena takut menyakiti hati Eve yang lembut.

"Ip sayang banget sama makboss. Kalau nanti makboss punya Pakboss, jangan lupain ip ya? Ip pasti sedih banget kalau sampai makboss lupa sama ip."

"Kaka enggak akan pernah lupa sama anak sebaik, seceria dan seunik kamu. Kamu akan selalu jadi anak pertama bagi kaka."

"Makasih makboss."

Cindy hanya mengangguk. Gracia yang melihatnya juga tersenyum. Chika harusnya melihat ini. Betapa ruginya dia membuang Eve begitu saja. Anak yang dari luarnya saja nakal, tapi hatinya lembut dan penuh kasih sayang. Siapapun yang membuatnya nyaman, dia akan membuatnya nyaman juga. Dan siapapun yang membuatnya sakit hati, maka dia akan menyakitinya juga. Jadi, berbaiklah pada seorang anak agar kita bisa mendapatkan kebaikan nya.

Cindy melepaskan pelukannya. Dia membelai kedua pipi Eve penuh sayang.

"Cind, dari dulu mama pengen punya mantu kayak kamu. Malah kalau bisa mantu mama itu kamu. Tapi, Jinan ngga bisa kabulkan itu dan buat mama sempat kecewa. Tapi mama sadar kalau semua ngga bisa selalu sesuai kemauan. Mama sadar kalau cinta ngga bisa di paksakan. Tapi, mama mohon, jikalau ada kesempatan, mama pengen kamu jawab jujur dan kasih mama kesempatan menjadi mama mertua kamu."
Ucap Gracia serius.

"Kalau itu, ip setuju."

"Cindy ngga bisa jamin, Cindy ngga bisa memutuskan juga. Tapi, yang Cindy mau juga bisa memiliki mama mertua seperti mama Gracia. Pasti Cindy akan menjadi menantu yang paling bahagia karena memiliki mama mertua seperti mama."

"Semoga Jinan peka ya dan hubungan kalian ngga hanya sebatas sahabat lagi. Mama berharap secepatnya bisa panggil kamu mantu mama."

"Jinan lebih pantas mendapat seseorang yang sepadan dengan dia. Dia pria yang baik, jadi dia akan lebih baik jika menemukan sosok yang baik buat dia."

"Kamu sudah lebih dari kata baik. Kamu sempurna. Ngga ada yang bisa menyamai kamu. Cuma kamu satu satunya."

"Mama terlalu sering muji Cindy. Cindy takut Cindy bisa aja terbang."

"Kamu pantas kok. Jangan insekyur deh."

"Tau makboss. Mak, tahu ngga kalau aku sayanggggg banget sama makboss. Dari awal kaka jadi babysitter, terus udah ngga lagi aku selalu sayang makboss. Makboss selalu ngertiin aku, selalu berhasil jagain aku dan selalu bisa bikin aku bahagia ketemu makboss. Jangan lupain aku ya mak kalau makboss ketemu Pakboss baru."
Pinta Eve jujur dari dalam hatinya. Dia takut kehilangan Cindy. Sangat amat takut. Bila memang Cindy di takdir kan menjadi mamanya dia akan senang, tapi bila tidak dia akan tetap senang selagi masih bisa bertemu dengannya.

"Kaka juga sayang sama kamu. Kaka tahu kamu anak dari seseorang yang pernah menyakiti hati kaka. Kaka tahu seharusnya kaka ngga sayang se sayang ini sama kamu. Tetapi kaka juga tahu bahwa kamu tidak tahu apa apa. Kamu lahir menjadi diri kamu, bukan menjadi mama kamu. Kamu anak yang polos dan baik hatinya. Kaka akan berusaha selalu menjadi cahaya untuk kamu kedepannya. Kaka akan selalu menjadi buku panduan kamu, akan menjadi pilar untuk kamu beristirahat dan berkeluh kesah. Akan menjadi apapun yang kamu mau, kaka akan berusaha untuk itu. Jadi, jadilah diri kamu sendiri.
Ucap Cindy dalam hati.



...

Jangan bilang rajin up...nanti aku menghilang😬😬😬😬😬😬

Will You Be My Mother ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang