Susah payah Jinan menahan tangisnya ketika dia melihat Eve tertidur pulas di ranjangnya. Namun pendiriannya runtuh saat ingat bahwa hak asuh Eve jatuh kepada Chika. Malam ini mungkin akan menjadi malam terakhir dia melihat Eve tidur di kamarnya ini. Esok hari, lusa, dan mungkin selamanya dia tidak akan bisa lagi melihat Eve dari waktu pagi hingga malam. Pasti rasanya akan aneh. Hari hari nya akan hampa dan dia pasti akan kehilangan sosok Eve.
Dia hanya seorang diri menemani Eve tidur. Karena Cindy sudah kembali ke rumahnya setelah liburan mereka berakhir tadi sore. Sedangkan Gracia dan Shami datang bertepatan dengan pulangnya mereka dari kebun binatang dan mereka entah ada dimana sekarang.
Gracia dan Shami datang untuk melepas Eve kembali ke pelukan Chika. Setelah Chika menikah dengan ayah kandung Eve, dia memiliki kekuatan untuk merebut Eve. Maka dia mengajukan banding hak asuh Eve yang sebelumnya jatuh kepada Jinan. Setelah menempuh jalan berliku, Chika berhasil mendapatkan hak asuh Eve secara mutlak karena Jinan bukan ayah kandung Eve.
Chika terpaksa menggunakan hal itu agar bisa mengambil Eve dari keluarga Jinan. Dia merasa dia banyak berhutang kepada keluarga Jinan dan dia sekaligus ingin menebus rasa bersalah kepada Eve sehingga dia melakukan itu. Menurutnya ini sudah yang terbaik. Perjuangan nya selama beberapa bulan ini akhirnya terbayar dan Eve bisa kembali dalam pelukan nya.
Jinan dan keluarga nya pun tidak bisa berbuat banyak. Karena mereka menyadari hak mereka. Dan memang Eve bukan darah daging Jinan, maka mereka pun tak bisa melakukan pembelaan dan akhirnya kalah di pengadilan.
Gerak gerik Jinan ternyata membuat tidur Eve tidak pulas. Anaknya tahu bahwa papanya terlihat gusar makanya dia pun tidak nyaman dalam tidurnya.
"Eve ?."
Jinan mengusap kepala Eve berharap anaknya bisa tidur dengan nyenyak."Papa ?."
Lagi lagi Jinan lupa bahwa Eve mudah sekali terbangun meski hanya di usap saja."Kenapa ? Ada apa ? Papa nangis ? "
Tanya Eve dengan suara seraknya.Dia bangun dan memeluk Jinan. Dia mulai merasa khawatir melihat papanya tengah menangis.
"Aku ngga apa papa. Papa jangan sedih lagi."
Ucapnya. Dia terlihat tegar karena dia pikir dia hanya menginap beberapa hari saja di rumah Chika."Papa pasti akan kangen sama kamu."
Ungkap Jinan."Itu pasti. Ip kan ngangenin."
Jinan terkekeh. Anaknya masih bisa bergurau sekarang. Entah nanti.
"Emang ip mau kemana ? Kok papa bilang gitu?."
Eve pura pura tidak tahu karena dia ingin tahu lebih jelas lagi.
"Eve, dengerin papa."
Jinan melepas pelukan Eve. Dia lalu meraih bahu anaknya.
"Eve, mulai besok kamu akan tinggal di rumah mama Chika. Kamu akan tinggal disana, kamu ngga apa apa kan ?."
"Ya ngga apa apa. Kan buat beberapa hari aja kan, Pa ?. Nanti setelah itu aku bisa kesini lagi kan ?."
Tanya Eve."Kamu masih boleh kesini kok. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu. Kamu boleh datang kapan saja."
"Nah, ya udah. Papa ngga perlu nangis gini. Aku kan masih bisa pulang kesini."
Hibur Eve.Mungkin bisa. Tapi papa ngga bisa jamin akan kembali tinggal disini. Karena kamu akan selamanya tinggal disana.
Jinan meneteskan air matanya. Berat banget untuk jujur kepada Eve. Anaknya juga pasti akan sangat sedih bila tahu kebenaran nya. Jadi lebih baik jangan dulu dia memberitahu Eve.