Rumah kediaman Cindy sore hari ini nampak ramai oleh beberapa orang yang datang. Mereka yang datang sebagian adalah kerabat dan sebagian nya lagi adalah tamu undangan.
Jika kalian menebak akan adanya sebuah pesta pernikahan, maka tebakan kalian masih kurang tepat. Karena keramaian yang terjadi di rumah Cindy bukan karena pesta pernikahan namun rangkain acara pertunangan antara Jinan dan Cindy yang akan di langsungkan pada pukul 5 sore.
Ya, Jinan mainnya sat set dan jadi. Tidak perlu menunggu bulan depan, Jinan langsung melamar Cindy tiga hari setelah jadian dengan Cindy. Benar benar gerak cepat.
Shami juga sudah meminta izin pada pihak keluarga Cindy untuk mengizinkan dia yang mengurus semua rangkaian acara pernikahan Jinan dan Cindy dari lamaran, dan sampai resepsi nanti. Karena sesuai janjinya yang akan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam, maka Shami siap melaksanakan nazarnya.
Namun, pihak keluarga Cindy meminta untuk acara lamaran di adakan di rumah mereka sekaligus syukuran rumah baru mereka hasil jerih payah Cindy selama ini berkecimpung di dunia bisnis kuliner.
Semua biaya juga mereka yang tanggung sendiri karena mereka takut akan banyak orang yang menggunjing karena mereka seperti memanfaatkan kekayaan Jinan dan keluarga nya.
Dan setelah dua hari pusing mengurus acara ini, akhirnya Cindy bisa bernafas lega karena acara bisa berjalan sesuai apa yang dia mau. Dan tinggal menunggu beberapa jam lagi keluarga Jinan akan datang. Rasanya deg degan dan gugup karena ini pertemuan pertama Cindy dengan keluarga besar Jinan. Baik dari Jogja dan juga luar negeri.
Gaby sudah cantik dengan kebaya berwarna Lilac yang senanda dengan Cindy. Beliau nampak sangat bahagia karena bisa menemani kembali Cindy melewati momen berharga ini. Berkali kali lipat bahagia di momen kedua Cindy di lamar seseorang.
"Gimana ? Udah siap ?."
Tanya Gaby."Udah. Mereka udah dateng ?."
"Katanya bentar lagi. Kamu deg degan ya ?."
"Dikit. Gugup juga. Belum apa apa udah di lamar. Siapa coba yang ngga gugup."
"Itu tandanya Jinan serius sama kamu. Mama suka banget sama laki-laki yang seperti Jinan. Ngga suka main main. Dan mama merasa bahagia banget bisa melepas kamu ke pelukan Jinan. Dia pantas dapetin kamu begitu juga sebaliknya."
"Makasih ya ma ? Udah merestui Cindy sama Jinan."
"Mama yang makasih karena kamu mau maafin mama dan papa. Kalau sampai dulu kamu ngga mau maafin kami, mungkin kami sudah kehilangan satu satunya permata mama dan papa."
"Ma, jangan di ungkit lagi. Cindy ngga suka."
"Iya sayang."
Keduanya tersenyum bersamaan. Dan dimple di pipi keduanya pun tercetak.
"Kamu cantik banget. Mama sampai pangling. Ini seperti bukan putri yang mama lahirkan beberapa tahun yang lalu."
"Maaa. Mulai deh."
Gaby terkekeh.
Berbeda dengan keluarga Cindy yang sudah siap menerima tamu, keluarga Jinan masih rempong di rumah. Beruntung Jarak rumah Jinan dan Cindy yang baru hanya memakan waktu 45 menit saja, jadi mereka masih memiliki waktu sedikit panjang untuk bersiap.
"Kamu belum mandi ?."
Tanya Gracia saat melihat Jinan masih asik makan di meja makan."Udah. Orang Jinan udah mandi dari pagi."
Jawab Jinan sembari mengunyah."Mama serius Jinan."
"Iya, Jinan udah mandi."
"Baru aja, ma."
Sambung Jinan saat Gracia melototi nya.
