Sudah seminggu lamanya Eve tinggal di rumah Chika. Anak tersebut sempat tak mengalami kesulitan beradaptasi di rumah mama kandungan nya karena disana dia sangat dimanjakan oleh Chika dan juga suaminya. Dia juga nyaman tinggal di lingkungan baru yang semuanya serba baru dan belum dia kenali.
Namun pada hari ini dia terlihat mulai tidak betah disana dan meminta untuk pulang. Berkali kali memohon namun Chika enggan menanggapinya.
Chika dan suaminya berusaha untuk tidak menggubris permintaan Eve, tapi Eve yang keras kepala dan bertekad kuat membuat dia belum lelah juga membujuk Chika sejak bangun tidur.
Seperti pagi ini contohnya. Eve tengah bersiap di temani Chika dan papanya. Niatnya mereka akan pergi berlibur ke kebun binatang seperti apa mau Eve kemarin. Namun seperti nya akan terancam batal karena Eve ingin merubah tujuan mereka pergi. Dia ingin pergi ke rumah Jinan.
"Kenapa kita ngga kesana aja ? Kan aku boleh kesana, mama Chika."
Ucap Eve. Kesana yang dia maksud adalah pergi ke rumah Jinan.Chika sibuk merapikan rambut Eve sehingga tidak mendengarkan ucapan Eve.
"Om!! Bantuin kek!! Diam aja!!."
Eve kesal karena sang papa kandungnya hanya diam di belakang mereka."Eve, dia papa kamu loh, panggil dia papa dong."
Ujar Chika.Eve hanya menatap sebal ke arah cermin dimana Chika juga terlihat disana.
"Dia bukan papaku, papaku cuma papa Jinan!!."
Kata Eve."Eve, harus berapa kali mama bilang kalau dia juga papa kamu, panggil dia papa Vian."
"Bagiku papaku cuma satu, yaitu papa Jinan."
"Kenapa kamu keras kepala sih ? Mama cape kasih tahu kamu. Kenapa kamu susah di bilangin dan juga bandel sih ?. Katanya papa kamu hebat udah besarin kamu menjadi anak yang pintar, nurut apa kata orang tua, tapi apa sekarang. Kamu bandel dan susah di bilangin. Kamu ngga seperti apa yang papa kamu selalu banggain ke mama. Kamu buat mama marah setiap kali kamu bantah apa kata mama. Kalau kamu kayak gini terus, mama bisa kehilangan kesabaran dan akhirnya mama akan marah besar sama kamu."
Chika menghela nafasnya. Mengikat rambut Eve selesai ia kerjakan. Dan dia kini meraih bahu anaknya. Sembari melihat ke cermin dimana dia dan Eve terpantul di dalamnya.
"Eve, mama mohon sama kamu untuk dengerin mama dan ini akan jadi yang terakhir kalinya mama bilang sama kamu kalau mama dan papa Vian adalah orang tua kamu sekarang. Bukan lagi papa Jinan. Dan kamu harus nurut apa kata mama dan papa karena kamu anak kami, bukan lagi anak papa Jinan. Mama mohon sama kamu buat panggil papa Vian dengan sebutan papa, bukan om lagi. Kamu ngerti ?."
"Dan juga mama harap kamu mau mengerti dengan keadaan ini. Mau nurut dengan apa yang mama bilang, jangan membangkang dan jangan membuat mama tambah kesal. Karena mulai sekarang kamu akan selamanya tinggal bersama kami. Lupakan mereka semua yang pernah hadir dalam hidup kamu. Buka mata kamu dan lihat mama dan papa kamu sekarang. Terima kami sebagai orang tua kamu. Dengan begitu kamu akan lebih merasakan kebahagiaan disini."
Ujar Chika panjang lebar yang hanya di sambut dengan gelengan dari Eve. Eve menatap tajam Chika di cermin.
"Untuk terakhir kalinya juga aku bilang kalau papa aku cuma satu, hanya papa Jinan."
Kata Eve tegas. Setiap kata katanya dia tekankan agar Chika mengerti apa yang dia inginkan.Chika pun mulai kesal. Dia berdiri dan membalikan badan Eve paksa.
"Chika!!."
Papa kandung Eve yang bernama Viano Fadrin menahan agar istrinya tidak melakukan tindakan kekerasan.
