17. Pengalaman

253 37 1
                                    

(Y/n) yang masih terduduk ditanah benar-benar menciut, dari nadanya, Jiang Cheng tidak mungkin diajak berbicara kasual. "Umm, Jiang Zongzhu...-"



"Umm, Jiang Zongzhu...-" dalam sekejap (Y/n) berdiri, merapikan bajunya lalu membungkuk hormat, "Selamat malam," Setelah mengatakan itu ia langsung berjalan melewatinya bersama Louis,

"Apa begitu caramu menghormati ketua sekte?" (Y/n) menelan ludah, tempramen lotus ungu itu sedang tidak baik, ia dan Louis akhirnya berbalik badan. "Maaf, Jiang Zongzhu, tapi kami benar-benar lelah, jika ada sesuatu yang ingin dibicarakan tolong besok saja." Mohonnya, namun tentu saja, Jiang Cheng bukanlah orang yang mudah. "Tadi kau bilang kau akan meminta ijin dengan Jie, apa kau lupa akulah ketua sekte Jiang?! Akulah yang memegang kuasa atas pengawasanmu!!!" Ucapnya penuh penekanan.

Masih dengan amarahnya, ia mendekat kearah (Y/n), hingga tanpa sadar mengambil pergelangan tangannya, mencengkram dengan kuat, "Apa kau lupa itu?! Kau hanya jadi pelayan Jie, seharusnya kau meminta ijin padaku!!!" Bentaknya, cengkraman tadi sangat kuat hingga (Y/n) mendesis, "Sshhss, Sa-sakit!!!" Ia pun menghentakan tangannya hingga terlepas.

(Y/n) memegangi pergelangan tangannya yang nyeri, ia benar-benar terkejut dengan perlakuan seperti itu. "Kau baik-baik saja?!" Tanya Louis, sebenarnya sejak tadi ia ingin melerai mereka, namun entah kenapa lidahnya kelu untuk mengatakan sesuatu, seperti ia tertahan atau ditahan untuk berbicara.

(Y/n) perlahan mengangguk, lalu menatap Jiang WanYin, "Jiang Zongzhu, aku minta maaf, ya, aku lupa kau yang memegang penuh kuasa pengawasanku, sebagai pelayan Jiang gu'niang, tentu saja aku berpikir untuk meminta ijin padanya. Aku benar-benar minta maaf." Ia membungkuk dalam-dalam, setelah itu berdiri tegak, "Tapi, itu bukan berarti kau bisa berbuat kasar padaku." JIang Cheng terkejut, (Y/n) baru saja memanggilnya dengan kata "kau". Setelah beberapa detik terdiam ia melanjutkan, "Jiang Zongzhu, untuk malam ini, temanku, Louis akan bermalam dan tidur sekamar denganku, mohon untuk anda ijinkan karena aku memaksa, selamat malam."

Ia berbalik dan berjalan pergi, Louis berdiri disana menunggu sebentar lalu kembali menatap Jiang Cheng, ia tersenyum, bukan dalam konteks yang ramah, seperti ada sesuatu yang tersembunyi dibalik senyum itu. Setelahnya ia menyusul (Y/n). Meninggalkan Jiang Cheng yang membeku disana, ia ingin sekali memanggil (Y/n), menolak permohonannya setelah melihat senyuman mengejek dari orang yang baru pertama kali ia lihat. Namun akhirnya ia membiarkan anak itu pergi.

***

Keesokan harinya, upacara pernikahan berjalan dengan sempurna, tidak ada hambatan sama sekali. Mereka saat ini pindah ke BuYeTian untuk pesta besar-besaran.

(Y/n) berdiri di balkon di lantai ke tiga, memperhatikan setiap orang yang memasuki tempat itu. Tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan orang yang ia cari. "So, kita akan nunggu 1 jam lagi?" Tanya Louis yang sedari tadi menemaninya.

Akhirnya (Y/n) menyerah, ia merenggangkan badannya lalu menggeleng pelan, "Ayo masuk, aku sudah lelah berdiri disini setengah harian," Ia memijit pelan tengkuknya, "Sini," Louis berjalan kebelakangnya, melepas pita biru yang mengikat rambut panjangnya yang berantakan.

"Kenapa? Aku bisa merapikannya sendiri," Louis hanya diam, dengan lembut jari-jarinya mengambil helaian rambut (Y/n) dan menyisirnya, memisahkan antara poni dan rambut panjang yang akan ia ikat. "Dari banyaknya orang yang datang, orang itu sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya disini. Apa dia takut atau dia tidak mau menemuiku?" Bibir itu mencucu sambil menggerutu. Sedangkan Louis yang masih sibuk menyimpulkan ikatan pita dirambutnya terkekeh, "Tidak perlu terburu-buru, hm? Orang itu pasti akan datang, sepertinya dia familiar denganmu sampai mengintip kegiatanmu di istana." Ikatan itu pun selesai, pita itu menjuntai sepanjang setengah rambutnya yang tergerai dan yang di kuncir.

"ASTAGA!!! AKU BARU SADAR!!! Orang itu... Ada disaat para orang penting datang ke LanLing, ada kemungkinan kalau dia adalah tamu penting, atau pelayan dari tamu??... Atau hanya pekerja di istana?! Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?! Bodohnya!!!"

Louis menepuk pundaknya, "Sudahlah, ayo masuk, kita belum makan malam, pikirkan itu nanti saja, hm?" Ia menarik (Y/n) keruang makan pelayan istana, karena ini sudah malam tak banyak orang disana. Mereka mengambil makan dan duduk ditempat yang disediakan. Menurut (Y/n), tempat ini lebih mirip seperti kafe dari pada ruang makan.

Suasana hangat, aroma roti yang di panggang tercium harum, bau kopi dan susu, Wahhh, suasana yang dirindukannya didunia nyata. Kadang (Y/n) teringat mengobrol dengan bibinya jika ia berada disuasana yang persis seperti ini.

Ia jadi penasaran, apa yang bibinya lakukan sekarang? Apa mereka masih mencarinya?

Ia melirik Louis yang meniup supnya yang terlalu panas, "Kapan terakhir kali kau makan begini?" Louis berhenti meniup, "Hmmm? Di perpustakaan tidak ada makanan seperti ini, semuanya berry. Aku tidak mungkin kan membunuh hewan-hewan yang berada disana?" (Y/n) terkekeh, "Kau vegetarian?" Louis menghela napas kesal, "Sebenarnya tidak, pertama kali aku disana, aku pernah hampir membunuh seekor burung untuk kumakan."

"Lalu?"

"Aku berubah jadi mochi awan bersayap,..-" Sebelum ia dapat menjelaskannya, (Y/n) tertawa lepas. Helaan napas kembali terdengar, "Perpustakaan memang tidak ada yang mengelola selain aku, tentu saja hukum rimba masih berlaku disana, karena kebanyakan penghuni kalau tidak hewan ya setengah hewan." Mata (Y/n) berbinar, "Setengah hewan?!"

"Nantilah, kalau kita berhasil keluar dari sini, akan kutunjukan keindahan perpustakaan yang sebenarnya." Ucap Louis dengan bangga sambil memakan supnya, "HmpH!!! Terakhir kali kau memperlihatkan keindahan perpustakaan kita terjebak dalam masalah, terjebak didalam sini!!!" Gerutu (Y/n).

"Itu juga karena kamu susah dibilangi, berapa kali aku bilang 'Jangan sentuh apapun'?" Louis memutar matanya, bibir (Y/n) semakin mencucu. Benar apa yang dikatakan Louis, ia terjebak disini karena kesalahannya dan Louis terjebak disini karena ingin membantunya, pada akhirnya mereka berdua tetap terjebak.

"Tenanglah, aku yakin kita pasti bisa keluar," (Y/n) mengangguk secara reflek. "Nah aku penasaran, selama kau menjadi Book Keeper, apa ada buku yang mengesankan untukmu?" (Y/n) melihat kelangit-langit, mencoba mengingat-ingat pengalaman yang paling terhinggap dibenaknya.

"Hmmm... ADA!!!" Ia tersenyum, "Tapi buku itu juga buku yang paling membuatku kesal," (Y/n) terkekeh, "Tentang apa?" Louis menyelesaikan supnya lalu memperhatikan dengan seksama cerita (Y/n), "Murid yang selalu salah paham dengan gurunya, tapi aku tidak ingat judulnya, mungkin karena sudah sangat lama. Apa kau tau? AKU MENANGIS DAN MENGUMPAT DISANA, seperti orang gila. Setelah aku sampai ditengah jalan, aku berhenti untuk beberapa minggu karena sakit akibat dari cerita dari buku itu yang terlalu menyakitkan untukku. Bayangkan, itu baru beberapa tahun aku menjadi Book Keeper." (Y/n) menggelengkan kepalanya seperti tidak percaya dengan apa yang pernah dihadapinya, "Untungnya, aku berhasil melewatinya. Jadi masalahnya adalah karakter disana sebenarnya tidak sengaja hampir mencapai dinding keempat saat membuka 'akhirat' untuk mencari roh guru mereka yang waktu itu sudah meninggal."

"Kau telah bekerja keras, selamat untuk itu. Perpustakaan memberikan hadiah, kan?" (Y/n) mengangguk pasti, "Benar, liontin... tapi aku tidak ingat menaruh benda itu dimana, biasanya juga benda-benda yang diberikan perpustakaan jarang ada yang bisa digunakan." Alis Louis tertaut, pupil matanya bergetar, "Apa kau yakin tidak bisa digunakan lagi?" Sekarang alis (Y/n) yang tertaut, "Aku tidak tau,"

Mereka kembali sunyi sampai Louis bertanya, "Sekarang apa?" (Y/n) terbatuk, "Aku dapat tugas baru, pengawasanku dipindah ke GusuLan, aku akan jadi pelayan Wei WuXian." Louis mengangguk paham, "Baguslah,"

Sekarang tiba-tiba rasa waswas itu kembali, (Y/n) melirik kearah jendela, siluet seseorang tertangkap diujung matanya.

Ia mengeluarkan belatinya, menaruh jari telunjuk di bibirnya menyaratkan untuk tetap tenang dan tidak membuat suara saat melihat tatapan bingung Louis. "Bisakah kita berhenti membicarakan itu, bagaimana jika kita makan lagi?" Nada bicaranya yang berubah membuat Louis paham apa yang ia maksud. (Y/n) mendekat ke arah jendela secara menjongkok perlahan, ia membalik belatinya, pupilnya mengecil sangking tegangnya ia sekarang.

SRAK

Ia menarik orang itu masuk, menyeret kerahnya dengan belati dilehernya, "SIAPA KAU? SIAPA YANG MENGIRIMMU??!!!" Orang itu menjerit ketakutan sambil memegangi kepalanya membungkuk dilantai sambil memohon-mohon, "TIDAK!!! JANGAN BUNUH AKU!!! AKU HANYA MENJALANKAN TUGAS!!" (Y/n) dan Louis menatap satu sama lain.

Book Keeper (Male Reader X Modaozushi) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang