"Lalisa bangun!! Kalau Lo ga bangun juga, gue tinggal nih ya."
Nihil, orang yang sedari tadi di panggil panggil tidak tetap saja tidak menggubris panggilan dari sahabatnya, malahan dia semakin narik selimut nya hingga menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala.
"Sumpah ya! LALISA MANOBAN!!"
"Berisik ah!"
Habis sudah kesabaran gadis bermata kucing itu, dia menggeram kesal dan memukuli tubuh Lisa yang ada di dalam selimut, tapi sang empu tidak terusik sama sekali. Telinganya seolah tuli.
Gadis bermata kucing itu melihat arloji nya yang menunjukkan pukul 6.40 tinggal lima puluh menit lagi jam masukkan tiba.
Gadis itu, Jennie. pun menyerah membangun Lisa yang tidur seperti orang mati, dia pun turun dari lantai kamar Lisa menuju lantai satu disana ada seorang wanita paruh baya tengah berkutat membuatkan serapan.
"Eh Nona Jennie! Apa tuan muda belum bangun juga?" Tebaknya yang di angguki Jennie.
"Yeah! Seperti yang bibi tau, anak itu benar-benar emang!" Ucap Jennie ngedumel membuat bibi cha terkekeh.
"Itu sudah biasa nona! Tuan muda biasanya akan bangun jam 11 siang jika hari libur" sanggah bibi cha membuat Jennie menganga.
"Serius bii? Astaga! Emang jam berapa anak itu tidur malam?"
"Saya kurang tau juga nona! Ini, lebih baik nona sarapan sambil menunggu Tuan muda." Ucap bibi cha menyodorkan sepiring nasi goreng kimichi pada Jennie.
"Terima kasih bibi cha!" Ucap Jennie tersenyum membuat bibi cha terkekeh dan mengangguk.
Tidak lama kemudian, Lisa turun dari lantai kamar nya, lengkap dengan seragam sekolah dan tas di bahu kirinya, Lisa memilih menggunakan celana daripada rok karena suatu alasan dan yang tahu hanya keluarga nya dan sahabatnya, Jennie.
"Kenapa Lo belum berangkat juga?" Tanya Lisa berjalan kearah Jennie dan mengambil selembar roti dan mengoleskan nya dengan selai coklat.
"Ya gue nungguin Lo lah!"
"Kenapa harus nungguin gue segala? Kan Lo bisa pergi sendiri atau ga minta jemput sama pacar Lo, kan bisa!" Ucap Lisa santai tapi tidak dengan Jennie yang mendengar nya.
Kata-kata Lisa bagaikan sindiran untuknya, entah kenapa sahabat nya itu beberapa hari belakangan ini sangat berbeda dan terkesan cuek padanya. Padahal setahu nya, dia tidak membuat kesalahan yang membuat sahabatnya itu marah.
"Lo kenapa sih! Gue rasa Lo akhir akhir itu banyak berubah deh!" Ucap Jennie menatap jengah pada Lisa.
Lisa menghabiskan susunya. "Gue? Berubah? Yang ada Lo yang berubah Jen! Gila yah! Gak sadar apa!" Setalah nya Lisa merampas tas nya dan pergi meninggalkan Jennie yang diam terkejut, ini pertama kalinya Lisa membentak nya membuat hatinya terasa sakit.
Bibi cha yang sedari tadi diam menyimak perkelahian antara dua sahabat pun menghampiri jennie setelah memastikan Lisa pergi.
"Nona. Lebih baik nona berangkat ke sekolah, nanti nona telat." Seru bibi cha tak tega melihat Jennie yang menitihkan air matanya.
Dengan cepat Jennie menyeka air matanya dan tersenyum pada bibi cha lalu pergi menyusul Lisa. Entahlah sepertinya dia sudah pergi terlebih dahulu.
Setelah keluar dari ruang Lisa, Jennie pun melihat kanan dan kiri takutnya ada taksi yang lewat, namun hampir sepuluh menit dia menunggu tapi tidak ada tanda tanda taksi akan datang dan membuat nya harus berjalan sedikit jauh kearah jalan raya karena memang, sangat jarang taksi akan lewat di sekitar pekarangan rumah Lisa karena rumah Lisa terletak kawasan elite.
KAMU SEDANG MEMBACA
My best friend is my Husband || JL
Short StoryLalisa Manoban dan Jennie Kim bersahabat dari mereka menduduki Junior High School hingga saat ini mereka duduk di bangku akhir Senior high school. Lisa diam diam menaruh rasa pada sahabat nya, sedangkan sahabat nya menyukai seseorang yang tak lain a...