Setalah kembali dari rumah sakit Jennie dan Lisa kembali kerumah setelah makan siang terlebih dahulu sebelumnya. Lisa hari ini tidak sekolah sengaja meminta izin untuk menemani Jennie, walaupun dia harus beralasan sakit agar wali kelas mengijinkannya.
"Hati-hati.."
Lisa sedang membantu Jennie keluar dari mobil, setalah Jennie keluar Lisa segera menutup kembali pintu mobilnya kemudian merangkul bahu Jennie dan membawanya masuk.
Lisa mendudukkan Jennie dengan hati-hati di sofa living room, Jennie terkekeh dengan sikap Lisa sedari tadi pagi yang sedikit berbeda menjadi protektif padanya. Tidak bisa di pungkiri bahwa dia sangat senang sekarang menjadi istri Lisa. Padahal tidak ada di benak Jennie berpikir bahwa dia akan menjadi istri dari sahabatnya sendiri. Sedari dulu Lisa selalu memperlakukan Jennie dengan baik dan lembut. Padahal dia tahu siapa Lisa, seorang panglima tempur club motor besar dengan sikap yang kasar dan tegas. Tapi Jennie bersyukur, dibalik sikapnya itu, Lisa tidak pernah berprilaku kasar padanya.
Lisa berjongkok didepan Jennie, dia mendongak menatap Jennie. Jennie menaikan alisnya bingung tali Lisa malas tersenyum.
"B-boleh kah?" Tanya Lisa ragu menuju perut Jennie. Jujur, Lisa sangat ingin sekali menyentuh nya, entah kenapa tiba-tiba begitu. Dia juga bingung.
"Ah lupakan! Maaf karena sud-"
"Lakuka lah!" Potong Jennie membuat Lisa terkejut, Lisa pikir Jennie tidak mau di sentuh oleh nya.
"T-tapi apa tidak apa-apa? Maksudku tidak apa jika kamu tidak mau ku sentuh. Aku mengerti Jennie-ya." Ucap Lisa merapikan helai rambut Jennie dan menyelipkan nya disisi telinga.
Jennie menggeleng dan mengambil tangan Lisa lalu membawa nya perut ratanya.
"Tidak! Jangan berpikir seperti itu. Kamu sekarang suamiku Lisa-ya, kamu memiliki hak atas diri ku. Maaf karena membuat mu berpikir demikian, aku hanya belum menerima ini sepenuh nya." Ucap Jennie pelan, hormon ibu hamil membuat nya menjadi cepat terbawa perasaan.
Lisa menggeleng. "Jangan minta maaf Jennie-ya! Aku mengerti dan aku menghormati mu sebagai istri ku. Aku tahu kamu belum siap dengan kehadiran nya, tapi Jen, apa kamu pernah berpikir? Dia hadir didalam sana karena Tuhan percaya padamu. Tuhan percaya bahwa kamu bisa menjadi mommy yang terbaik untuk nya. Tidak peduli siapa ayahnya, sekarang kamu istri ku. Itu artinya anak mu adalah anak ku, berjanjilah untuk tidak melakukan hal gila untuk menyingkirkanya, jika itu terjadi. Aku akan benar-benar marah padamu."
Lisa mengelus perut rata Jennie, tangan Jennie bergerak menyisir rambut Lisa dengan jari-jari nya. Jennie tersenyum dan menitihkan air matanya. Dia benar-benar bersyukur bisa miliki sahabat sekaligus suami seperti Lisa yang menerima dirinya beserta kekurangannya.
Tangan Lisa terulur untuk menghapus air mata Jennie. "Sstt sudah! Jangan menangis lagi, percaya padaku. Kamu tidak sendiri, ada aku sekarang yang akan selalu menjaga dan melindungi kalian."
Lisa mengecup kedua mata Jennie, kemudian tersenyum merapikan rambut Jennie.
"Terima kasih Lisa. Terima kasih karena sudah mau menerima ku dan dia, kau sahabat sekaligus suami terbaik ku. My best friend is my husband. Iove you." Ucap Jennie tulus membuat senyum Lisa semakin melebar.
"I love you too, chagiya."
||
Hari sudah sore, Jennie masih tertidur lelap dikamar. Sedangkan Lisa berada di belakang rumah, tepatnya di lapangan basket. Ia sudah tiga puluh menit bermain, keringat membasahi tubuhnya. Ia tidak memakai baju, melainkan memakai tank top dan casual shorts sehingga membuat abs di perutnya terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My best friend is my Husband || JL
Cerita PendekLalisa Manoban dan Jennie Kim bersahabat dari mereka menduduki Junior High School hingga saat ini mereka duduk di bangku akhir Senior high school. Lisa diam diam menaruh rasa pada sahabat nya, sedangkan sahabat nya menyukai seseorang yang tak lain a...