MFMH : 22.

9.4K 757 9
                                    

Setalah sepulang sekolah Lisa bergegas pergi kerumah sakit karena hari ini Jennie diperbolehkan pulang oleh Jisoo karena kondisi nya sudah stabil hanya membutuhkan sedikit istirahat dirumah maka Jennie sudah diperbolehkan untuk kembali keaktivitas seperti biasanya seperti pergi kesekolah.

Lisa sangat senang ketika jisoo memberitahunya bahwa Jennie diperbolehkan untuk pulang dan kondisi janinnya pun sangat baik.

"Tidak ada yang ketinggalan?" Tanya Jennie mamastikan, ia duduk menyamping di hospital bed dengan kaki yang terjulur memperhatikan Lisa yang mengemasi barang-barang nya. Lisa melarang keras agar Jennie tidak membantu nya dan membiarkan dia sendiri yang mengerjakan semuanya.

"Seperti nya tidak! Aku sudah mengecek semua nya dan ya, tidak ada lagi barang atau apapun itu yang tertinggal kecuali rasa bahagia ku yang menikah dengan mu tertinggal diruangan ini." Sahut Lisa santai.

Jennie memalingkan wajahnya yang memerah sedangkan Lisa tidak menyadarinya karena gadis berponi itu tampak sibuk dengan merapikan baju-baju jennie kedalam tas.

"Pembual!"

Lisa menoleh dan berjalan mendekati Jennie. "Tidak! Apa yang ku katakan itu kebenaran nya Jennie-ya! Kebahagiaan ku menjadi suami mu tertinggal diruangan ini. Dan aku berterima kasih kepada Appa karena sudah mengurus surat pernikahan kita sehingga kita tidak repot dan fokus pada sekolah dan baby yang ada di dalam sini."

Tangan Lisa berada diperut Jennie dan mengelusnya dengan lembut lalu mencium nya, Jennie menitihkan air matanya. Air mata itu bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan karena orang yang dihadapan nya lah ayah dari anaknya. Jennie bahagia, sedih dan kecewa dalam waktu yang bersamaan kala mengetahui bahwa Lisa lah orang yang menyetubuhi nya malam itu dan bukan Hanbin.

Jennie bahagia karena dia tahu bahwa bahwa ayah dari anak yang di kandungan sekarang adalah anak Lisa, anak dari sahabatnya. Ia sedih bukan karena Lisa yang menghamilinya, karena bagaimanapun mereka melakukan itu berdua, dirinya yang terangsang oleh obat yang di berikan Hanbin sedangkan Lisa yang sudah terlanjur mabuk hingga hilang kendali. Dia sedih karena dia hampir membunuh darah dagingnya sendiri. Dia kecewa, kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga dirinya hingga percaya begitu saja para pria bajingan seperti Hanbin hingga akhirnya dia berakhir dengan Lisa hingga membuahkan hasil.

Jennie tidak menyalahkan Lisa yang tidak mengingat kejadian malam itu, Jennie tahu. Jika Lisa ingat dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri dan hal itu akan memicu kembali nya rasa trauma yang sudah satu tahun lebih ini tidak muncul. Jennie takut, takut trauma Lisa kembali. Jennie benar-benar di buat takut oleh itu, dan dia lebih memilih diam dan jika bisa ia berharap Lisa tidak mengingat kejadian mereka berdua dimalam itu.

Merasa di pandangi Lisa pun mendongak menatap Jennie dan tersenyum membuat Jennie juga ikut tersenyum. Sekarang Jennie benar-benar berharap Lisa tidak mengetahui nya agar Jennie selalu melihat senyum sahabatnya walaupun dia merasa sakit karena tidak bisa memberitahu fakta yang sebenarnya. Dia tahu, Lisa pasti sedih dan kecewa nantinya.

"Wae? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Lisa lembut sambari menyelipkan rambut Jennie kebelakang telinga nya.

"Aniyo! Aku hanya senang, senang bisa menikah dengan sahabat ku sendiri. Terima kasih karena sudah mau menerima ku dan baby." Ucap Jennie tulus.

Lisa menggeleng lalu menggenggam kedua tangan Jennie lalu mengecup kelopak mata Jennie.

"Jangan bicara seperti itu, dan jangan berterima kasih padaku, Jennie. Bukan kah aku sudah bilang, aku mencintaimu dengan tulus tanpa pengecualian. Aku sudah berani jatuh cinta padamu, itu artinya aku juga harus berani untuk bertanggung jawab atas cinta ku. Jadi, kamu dan baby sekarang tanggung jawab ku, jangan pernah mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuk kamu ucapkan pada ku oke."

My best friend is my Husband || JLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang