—3 bulan yang lalu, sebelum Libur Semester—
Jeno terdiam, mendengar ucapan Lia di depan rumahnya. Mereka baru saja kembali ngedate di kafe.
Tapi, Jeno ketinggalan sesuatu yang membuat mereka kembali ke rumah Jeno terlebih dahulu— sebelum mengantar Lia pulang. Tapi perkataan Lia malah menghentikannya untuk masuk ke dalam rumah.
"Kenapa Li? gue ada salah, lagi? " tanya Jeno.
"Lo terlalu kekanak-kanakan, gue gak suka. Gue butuh cowok yang dewasa, yang bisa lebih ngertiin gue."
"Gue se enggak pengertian itu ya?"
Lia mengangguk, "Lo gak pernah peka apa yang gue mau, lo juga gak pernah ngertiin keadaan gue."
Jeno mendekat ke arahnya, "Terus lo gimana? lo pernah gak perhatian ke gue bahkan untuk sekedar ngingetin gue makan?"
Lia mendongak tak menyangka mendengar perkataan Jeno yang menusuk. "Jeno.. Lo..."
"Apa? Lo pikir lo doang yang punya keluhan? gue juga punya, tapi gue gak pernah ngasih tau karena selalu lo yang ngeluh duluan."
Lia mengepalkan tangannya, "Yaudah ayo putus."
"Yaudah."
Lia tak menyangka melihat Jeno mengiyakan ajakan putusnya padahal biasanya Jeno selalu mengalah— ia selalu jadi yang pertama mengajak berdamai, lalu menghiburnya dan memintanya balikan. Tapi kali ini sorot mata cowok itu berbeda, dari biasanya.
Jeno menghela nafas pelan,berusaha mengontrol emosinya. "Naik. Gue anter pulang. Udah malem."
"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri." ucap gadis itu lalu berjalan meninggalkan kompleks rumah Jeno.
Jeno berdecak, mengejar gadis itu, menarik tangannya lalu memaksanya naik ke motornya. "Gue tau gue udah jadi mantan. Tapi tanggung jawab gue buat balikin lo lagi ke rumah secara aman."
Lia hanya diam, selama perjalanan dia hanya diam, hingga Jeno telah sampai di depan rumahnya.
Lia turun dari motor, ia berharap Jeno mengatakan sesuatu.. tapi melihat Jeno diam saja dan pergi meninggalkannya begitu saja, membuatnya merasa aneh.
Jeno tidak biasanya begitu, ia pasti akan jadi yang selalu mengalah jika mereka bertengkar. Lia mendengus jengkel, dan segera masuk ke dalam rumahnya.
Tak selang berapa lama Jeno telah sampai di depan rumahnya, ia menghela nafas panjang, menyesali perbuatannya karena terbawa emosi tadi.
Tapi menurutnya Lia keterlaluan menyamakannya dengan anak-anak, padahal selama ini dia yang selalu mengalah tiap mereka bertengkar, dan ia juga selalu yang pertama kali mengajak baikan.
Jeno berdecak mendengar suara hp nya berbunyi.
"APA!?"
"Eh. ini gue Yuta. sopan banget lo."
"Ah sorry bang. Gue lagi emosi tadi. kenapa?"
"Flashdisk gue mana cok? gue gak bisa pulang kalau gak bawa itu Fd. Itu punya adek gua."
Jeno memejamkan matanya, barang yang ia lupakan tadi adalah barang Yuta yang ia pinjam minggu kemarin.
Jeno mengumpat karena benda kecil itu, Lia jadi marah dengannya, karena telah mengajaknya memutar-mutar.
Jeno tau kalau Lia marah karena ia ajak mampir ke rumahnya dulu— untuk mengambil benda kecil itu.
Padahal niat Jeno yaitu.. ia ingin mampir mengambil flashdisk itu terlebih dahulu, jadi setelah ia pulang dari mengantar Lia. Jeno bisa singgah di rumah Taeyong untuk memberi Fd-nya Yuta— yang lagi ada di rumah Taeyong, itu agar ia tidak bolak balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON BRO!✔️
Fanfiction[#jenselle no 1🔥] Sebelas Ipa Satu series #1 [Udah Tamat.. Part masih lengkap] "Jangan jadiin gue bahan buat kasih cemburu Lia.." - Giselle "Kenapa?" - Jeno "Karena Lia temen gue." - Giselle "Gue juga temen lo." - Jeno