43. That's my Girl

2.3K 296 29
                                    

"Semuanya berapa kak?" tanya Jeno sambil merogoh dompetnya.

"Yang di meja tengah itu kan, semuanya dek?"

"Iya kak.."

Ketika penjaga kasir itu mulai menghitung.

Giiselle yang sedari tadi menemani Jeno menuju kasir, menoel lengan Jeno. "No.."

"Kenapa?"

"Gunting batu kertas!"

Jeno secara refleks mengeluarkan batu sedangkan Giselle kertas.

"Yes.. gue menang."

"Totalnya 305 ribu dek." ucap penjaga kasir itu membuat Jeno menoleh.

Giselle mengeluarkan kartu dari dompetnya, "Ini kak."

Jeno melotot melihat Giselle menyodorkan kartunya. "Gi!" ia segera mengambil kartu Giselle dan mengunci tangan Giselle.

"Pake kartu yang ini kak. Maaf sebelumnya.." ucap Jeno sambil memberi kartu miliknya, penjaga kasir itu hanya mengangguk dan menerimanya.

Giselle mendelik melihat kedua tangannya di kunci sepenuhnya oleh Jeno, "Ihh.. gue yang menang!"

"Yang setuju main gituan siapa?" tanya Jeno.

"Lo tadi keluarin batu."

"Itu karena gue refleks."

"Ini dek kartunya, terima kasih." sahut penjaga kasir itu.

Jeno mengangguk dan mengambil kembali kartunya, "Simpan." ucap Jeno menyodorkan kartu Giselle.

Giselle memanyunkan mulutnya, lalu menaruh kartunya ke dalam tasnya "Itu tadi mahal.., No.."

"Gue kan gak enak." ucapnya pelan.

Jeno segera merangkulnya lalu mengajaknya jalan mengikuti rombongan anak kelasnya yang sudah berjalan duluan tanpa mengatakan terima kasih.

"Kalau merasa gak enak, gimana kalau kita ubah panggilan jadi sayang?"

Bugh.

"LO KENAPA JADI GINI SIH?" sentak Giselle.

Jeno tertawa, walau sedikit meringis kena sikutan Giselle, "Kan udah pacaran, sayang.."

"Ya terus?" ketus Giselle.

Jeno mengerucutkan bibirnya, "Gak seru ah."

Giselle berdecih lalu jalan duluan. Saat ia keluar dari Kantin Giselle menoleh menyadari Jeno tidak ada di sampingnya.

Ia berbalik dan melihat Jeno berhenti di pintu Kantin. "Kenapa berenti? ada orang yang mau masuk. Sini cepet!"

"Sayang.. gandeng"

Giselle melotot, "Apasih!? jangan malu-maluin!"

"Gandeeeeenggg" rengeknya sekali lagi dengan nada yang imut.

Giselle menghela nafas lalu berjalan ke pintu kantin itu dan menggenggam tangan Jeno dan menariknya keluar dari Kantin.

Jeno tersenyum— karena biasanya ia yang selalu menggenggam tangan Giselle terlebih dahulu.

Saat berjalan menuju kelas, Giselle menunduk melihat koridor Ips sudah ramai, tidak sesunyi saat mereka pergi tadi.

"Angkat kepala Gi. Lo malu jalan sama gue?"

Giselle menggeleng, tentu saja bukan. Ia kenapa harus malu jalan dengan Jeno. Ia hanya merasa.., entahlah.., semuanya terlalu sulit di jelaskan.

Jeno mengelus rambut Giselle, "Udah gak papa, kan ada gue.." ucapnya seakan mengerti ketidaknyamanan Giselle.

MOVE ON BRO!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang