14. Balapan Sepeda

1.8K 311 26
                                    

Giselle keluar dari pintu rumahnya dengan menggunakan celana training hitam, baju kaos hitam dengan hoodie abu-abu di luar, dan sepatu sneakers, ia juga tidak lupa menguncir rambutnya. Giselle segera mengunci pintu rumahnya lalu keluar menuju gerbang.

Jeno sudah ada di luar menunggunya dengan tangan kanan kiri masing-masing memegang sepeda.

Giselle yang baru keluar dari gerbang rumahnya, tertawa melihat Jeno.

"Itu Lo gimana bawanya?" tanya Giselle takjub.

"Gue seret dua-duanya."

"Padahal gue bisa ke rumah lo."

"Lama kalau lo yang ngambil. Nih."

Giselle segera naik di sepeda yang Jeno sodorkan kepadanya.

"Helm."

Giselle berbalik lalu mengambil helm yang di berikan Jeno, ia segera memakainya.

"Udah siap?" tanya Jeno.

Giselle mengangguk ia segera mengayuh sepedanya dan mendelik melihat Jeno telah mendahuluinya, ia bahkan terkena hempasan angin yang di sebabkan oleh Jeno.

Giselle hanya membiarkannya, ia tau Jeno kalau naik sepeda seperti balapan, karena ia sering mendengar keluhan Haechan atau Renjun di rumahnya dulu ketika mereka lagi ngumpul bersama gengnya.

Giselle tersenyum merasakan angin malam yang mengenai wajahnya, sudah lama sekali ia tidak merasakan angin malam seperti ini. Giselle mengayuh sepedanya dengan pelan sambil menikmati keindahan malam itu.

Lampu yang menghiasi sejumlah gedung beserta Jajaran lampu jalan ditambah kerlip lampu kendaraan menambah daya tarik dan memberikan suasana yang ramai.

Giselle suka tinggal di kota, ia paling suka melihat night city view. Impiannya adalah melihat keindahan kota malam dari rooftop di salah satu gedung tertinggi.

Pesona malam selalu membuat kerinduan yang unik yang akan membuat terkenang dan panggilan untuk datang kembali.

Sedangkan berkilo-kilo meter dari Giselle, Jeno yang telah menggoes sepedanya kurang lebih 20 menit baru tersadar jika Giselle tidak kelihatan dibelakangnya. Ia memutuskan berhenti sebentar berniat menunggu Giselle.

10 menit telah berlalu tapi Giselle belum menampakkan dirinya dari di tempat Jeno berhenti, membuat Jeno mengayuh sepedanya kembali ke jalan yang telah ia lewati.

Tak selang beberapa lama ia telah menemukan Giselle yang sedang berdadah-dadah ke langit, Jeno menatapnya bingung, lalu mendongak ke atas dan melihat banyak bintang yang menghiasi langit di malam itu.

Jeno menggelengkan kepalanya melihat Giselle yang melambaikan tangan kepada bintang seperti melambaikan tangan ke seseorang yang ia sukai.

Jeno segera memutar sepedanya, lalu mengikuti laju sepeda Giselle.

"Lama banget lo." keluhnya setelah mensejajarkan dirinya dengan Giselle.

"Elo yang terlalu cepet, Jenoshan Ferdian."

"Elo yang terlalu lamban, Gigi Sellyandra."

Giselle menoleh sinis mendengar Jeno yang mengikuti nada bicaranya.

"Kalau lajunya cuma kayak gini tengah malam baru kita sampai di taman." keluh Jeno sekali lagi.

"Jenoo... malam yang indah seperti ini gak boleh di sia-siain. Lo coba dongak ke atas ada banyak bintang yang lagi liatin gue sepedahan."

MOVE ON BRO!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang