31. Have fun

1.9K 84 10
                                    

Give me a loved, dear!❤
Thank you so muchhh💋
Enjoyedd....

31. Have fun
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

Bima kini sudah bersiap-siap untuk pergi menghabiskan waktu dengan Ghea. Ia bahkan yang paling antusias di bandingkan dengan Ghea yang santai-santai saja.

Bima mengeluarkan mobilnya dari garasi seraya menunggu Ghea yang masih saja berdandan memolessi wajahnya dengan bedak.

Setelah menunggu beberapa lama, ia melihat Ghea akhirnya keluar dari sarangnya.

“Kamu tau, kalau saya jadi orang tidak sabar, mungkin saya bakal bakar peralatan rias wajah kamu. Berhubung saya orangnya sabar, jadi saya tunggu kamu saja sampai jamuran,” sindir Bima membuat Ghea mengerut alis tak suka.

“Dasar jahat. Bapak gak lihat apa, hasil permak-an di wajah saya secantik inii,” ucapnya setengah bertanya seraya menunjukkan wajahnya kepada Bima.

Bima mengibaskan tangannya menentang ucapan Ghea. “Biasa saja. Masih kalah jauh sama model ternama.”

Hidung Ghea kembang kempis mendengar pernyataan dari Bima barusan. “Heh marimas! Anda ngatain saya biasa aja, padahal muka saya udah cetar membahana gini? Awas ya! Tunggu disini!”

Ghea berjalan kembali ke dalam rumah meninggalkan Bima yang terdiam. Ia mengerjapkan matanya kebingungan.

“Dasar wanita.”

Bima melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Sudah jam sembilan lebih, mereka harusnya sekarang sudah menaiki mobil dan menuju suuatu tempat.

“GHEA!”

Mendengar teriakan dari Bima, Ghea mendengus kesal. Lantas berjalan keluar rumah dan menuju Bima yang bersandar di pintu mobil.

“Udah dandannya? Eh?”

Bima mengernyit bingung melihat perbedaan penampilan Ghea. Bukannya istrinya tadi pakai celana kulot? Kenapa sekarang pakai rok?

“Ada yang berbeda,” ucap Bima seraya menyeringai kecil.

Ghea mendengus kesal. Ia membuka pintu mobil dan masuk kedalam. Tak lupa, ia membantin pintunya membuat Bima ingin sekali memakan Ghea hidup-hidup.

“Please, lain kali kalau tutup pintu mobil itu yang bener. Jangan di banting. Kamu kira, mobil ini harganya goceng.” gerutu Bina seraya memasangkan sabuk pengaman ke tubuhnya.

“Kimi kiri mibil ini hirginyi gicing.” sindir Ghea seraya menyandarkan tubuhnya ke kursi.

Bima memicing ke arah Ghea tak suka. “Ini tukang sampah yang keliling mana ya?”

Ghea menoleh. “Mau ngapain cari tukang sampah?”

“Mau buang peralatan bekas yang ada  di atas kursi kemudi samping saya. Merusak pemandangan saja,” canda Bima seraya menjalankan mobilnya.

Ghea membelalak mendengar ucapan Bima barusan. Jari telunjuknya teracung kepada Bima.

“Kalau saya jadi penyihir seperti Harry Potter, palingan Bapak sudah saya hilangkan dari bumi ini.” gerutu Ghea.

Bima menghela nafas. Di lampu merah, Bima menoleh ke arah Ghea. “Kita mau kemana?”

Ghea menoleh ke arah Bima. “Lihat Delphinus, orion, dan teman-temannya. Mau?”  tawar Ghea.

“Planetarium?” tebaknya antusias dijawab anggukan oleh Ghea.

Ghea menatap jalanan saat mobil sudah berjalan lagi setelah menunggu lampu merah. “Iya. Disana bisa lihat bintang dari dekat kan, walaupun siang bolong gini.”

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang