11. kamu, marah?

3.9K 148 6
                                    

Give me loved, dear!❤
Thank you so muchhh💋
Enjoyedd....

11.Kamu, marah?
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

GHEA merengut kesal di samping Bima. Bagaimana tidak kesal. Dirinya sekarang harus menemui Nadia, tetapi suaminya itu membawanya ke sebuah cafe.

Ghea dan Bima berjalan menuju sebuah kursi. Lebih tepatnya, Ghea berjalan di belakang Bima seperti anjing jalanan. Kebanyakan disini remaja-remaja yang sebaya dengannya. Mahasiswa/i. Memang sih, tempat cafe ini sangat Remajaable banget. Cocok untuk merefreshkan otak.

"Duduk."

Bima menggeserkan kursi ke belakang sedikit untuk mempersilahkan Ghea duduk. Setelah itu, Bima duduk di samping Ghea.

Bima mengeluarkan ponselnya, lalu menelfon seseorang entah siapa. Ghea yang merasa di cuekin pun menggerutu pelan.

"Kalau gini kejadiannya, mending di rumah aja gue,"

Oh iya, soal Nadia. Dia tidak keberatan karena Ghea tidak datang. Dan Ghea merasa bersalah karena menikah kemarin tidak mengundang sahabatnya itu. Kapan-kapan akan ia beritahu kalau ia sudah menikah tanpa mengundang Nadia. Bagaimana reaksi cewek itu. Semoga saja tidak marah.

Mata Ghea berputar mengelilingi isi cafe tersebut. Tak lama, datang seorang waiters dengan tangan membawa buku menu.

"Mau pesan apa Pak?"

"Nanti saya panggil lagi," jawab Bima tanpa menatap waiters tersebut. Ghea membelalak'kan matanya kala waiters perempuan tersebut senyum sekilas kepada Bima sebelum pergi meninggalkan meja. Ghea berdecih sinis melihat waiters tersebut menjauh.

"Pesen minum aja dulu. Makannya nanti aja kalau saya selesai meeting." ucap Bima yang kini menatap Ghea sepenuhnya.

Ghea mengerjapkan matanya perlahan, dan hal itu membuat Bima tersenyum tipis di lanjut mengacak surai hitam Ghea.

"Pesen gih," suruh Bima sembari menununjuk ke tempat pemesanan minum dengan dagunya.

Ghea menoleh ke sana lalu menatap Bima lagi. "Bapak mau pesen apa?"

Di lihat, Bima berpikir sejenak. Lalu menjawab ucapan Ghea membuat Ghea menatap Bima horor.

"Air putih aja."

"Pak, tolong jangan memancing tangan saya untuk menabok mulut bapak ya,"

Bima terkekeh geli, lalu menatap spanduk besar yang bertuliskan minuman-minuman ringan.

"Kopi aja."

"Kopi? Bapak lagi ngantuk ya?" ucap Ghea setengah bertanya di jawab gelengan oleh Bima.

"Terus? Kenapa pesen kopi. Jangan banyak-banyak kopi deh. Es aja oke?"

Bima lagi-lagi tersenyum tipis saat Ghea tak segan-segan menasihatinya. "Yaudah, lemon tea aja."

"Oke, tunggu sebentar." Ghea meletak'kan tas kecilnya yang sedari tadi ia kalungkan di badan. Dia hanya membawa ponselnya.

Mata Bima tak henti-hentinya menatap Ghea. Hingga pandangan tak mengenak'kan tertangkap di matanya. Ghea sedang berbicara dengan lawan jenisnya. Dan parahnya lagi sampai bersalaman. Tak tahan, Bima mengalihkan pandangannya ke segala arah kecuali ke istrinya itu. Cemburu?

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang