42. Masih Bungkam

1.4K 64 4
                                    

Give me a loved, dear!❤
Awww thank you so muchhhh💋
Enjoyeddd.....

42. Masih bungkam
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

Bima menatap Ghea dengan datar. Istrinya itu tidak berbicara sama sekali sejak tadi pagi. Dia duduk di hadapan Ghea seraya bersedekap dada. Meja dapur menjadi penghalang mereka berdua.

Bima meraih gelasnya dan menenggak hingga habis air putihnya. Dia lantas menghembuskan nafas sabar dan segera bangkit dari duduknya menghampiri Ghea.

“Ayo ke kamar. Saya mau ngomong sesuatu sama kamu.” Bima menarik pelan lengan Ghea agar berdiri dan mengajak Ghea ke kamar.

Mereka melewati ruang tengah yang banyak keluarga sedang berkumpul. Bima menjawab singkat pertanyaan keluarganya dan sesegera mengajak Ghea ke atas. Setelah itu, dia mengunci kamar dan mendudukkan Ghea di ranjang.

Dia mengambil tisu dan mengelap sisa air mata Ghea. Pandangan mata perempuan itu kosong, seolah tak ada siapapun di sekitarnya. Bima menghela nafas dan duduk di hadapan Ghea. “Gheaa...”

Kesadaran Ghea kembali ketika Bima memanggilnya. “Hm?”

Bima menatap istrinya itu tanpa kedip membuat Ghea menunduk dan menangis lagi. Bima segera merengkuh Ghea dan mengelus punggung Ghea dengan halus. “Udah ya, jangan nangis terus. Nanti 'Bumi' gak tenang loh kalau kamu nangis terus kayak gini,”

Ponsel Bima bergetar di sakunya, dia dengan segera mengambilnya dan ada nomer temannya. Dia mengangkat telfon tersebut tanpa melepaskan pelukannya dari Ghea.

“Halo? Oh iya. Nanti saya buka file-nya. Kalau boleh tau, dia semester berapa? Oh, iya. Makasih sudah bantu saya. Pasti. Terima kasih.” Bima mengakhiri ponselnya dan menaruh di ranjang.

Dia mengangkat wajah Ghea dan mencium pipi Ghea. Ghea yang tak suka pun memukul pundak Bima. “Aw!”

“Jangan cium Ghea ih! Kesel deh!” ketus Ghea sambil memalingkan mukanya. Bima tersenyum tipis sambil mengelus punggung Ghea.

Setelah tujuh hari di adakan tahlil di rumah mereka, Bima berusaha sekuat tenaga seperti hulk untuk mendorong semangat kehidupan yang harus di jalankan Ghea kembali. Dia bilang kepada Ghea kalau Ghea tidak semangat, Bima akan mencari kucing dan memelihara kucing daripada memelihara Ghea. Setelah itu, Bima mendapatkan pukulan hebat nan dahsyat dari kekuatan penuh Ghea.

“Mau ke pantai gak? Atau jalan-jalan sebentar?”

Ghea menatap Bima kosong. Lantas, Bima kembali mengelus pundak Ghea membuat Ghea mengangguki ucapan Bima.

“Ayo,” ajak Bima sambil bangkit dari duduknya. Dia menggiring Ghea keluar kamar dan menggandeng tangan Ghea menuju luar rumah. Mereka berdua di berhentikan oleh sekeluarga di ruang tengah.

“Mau ngajak Ghea keluar sebentar,” Bima melirik Ghea sekilas sebelum kembali berjalan menuju mobil.

Bima membukakan pintu mobil untuk Ghea. Setelah itu, dia menunggu Ghea selesai memasang sabuk pengamannya dan baru dia tutup pintu mobilnya. Dia berlari kecil menuju kursi kemudi. Setelah itu, mereka berdua berangkat menuju pantai terdekat.

Bima melirik Ghea sekilas. “Ghee,”

Ghea menoleh ke arah Bima dengan linglung.

Sedangkan Bima mendecak kecil sambil menarik jari Ghea untuk dia genggam. “Jangan ngelamun terus, gak baik.”

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang