22. Memancing

3.3K 108 11
                                    

WARNING.

( WARNING! di part ini mungkin ada adegan plus-plus yang mengharuskan kalian jika belum cukup umur, harus meninggalkan/ mengskipnya dengan berat hati. Sekali lagi, mohon pengertiannya jika kalian tidak ingin mengandung dosa segera menghindarinya dan menunggu part selanjutnya.

Sekali lagi, mohon maaf yang masih di bawah umur.)

Give me a loved, dear!❤
Tank you so muchhh💋

Enjoyedd....

22. Memancing
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

Ghea duduk di samping Nada. Ia memperhatikan semua murid yang akan menjadi calon dari fakultas hukum. Setelah dua jam duduk di kursi dan hal itu membuat Ghea sedikit pegal-pegal. Ia menatap ke samping kala seorang perempuan dengan seragam SMAnya yang melekat di tubuhnya mendekat ke arahnya. Ghea menatap perempuan tersebut dengan senyuman manisnya. "Ada apa, dek?"

Perempuan tadi sempat malu-malu dan saling dorong-dorongan. Ghea hanya menunggu perempuan tadi dengan senyuman manisnya. "Emh, itu kak, kita boleh minta sarannya gak tentang fakultas hukum yang ada di kampus kakak?"

Ghea mengangkat kedua alisnya. Apa tadi, saran? Ghea hanya menanggapinya dengan tersenyum lagi. "Boleh, tapi kakak gak lagi gak ada waktu sekarang, soalnya harus balik lagi ke kampus. Gimana kalau lewat sosmed aja?"

Perempuan tadi sempat berfikir, hingga akhirnya anggukan terlihat. Ghea tersenyum manis, ia lantas menunjukkan nomer ponselnya kepada perempuan tadi dan mencatatnya.

Setelah kepergian dua perempuan tadi, Deva langsung menghampiri Ghea dan duduk di sampingnya. "Ehm, tadi siapa, Ghe?"

Ghea langsung menoleh menatap Deva terkejut. "Setan. Gak usah ngagetin bisa? Gue kaget depa!" ucap Ghea sembari mengelus dadanya.

Deva menyengir lebar. "Sorry-sorry, tadi siapa?"

"Mata lo dimana? Di gadein?"

"Lo gak liat ini mata gue ha?!" kesel Deva seraya melototkan matanya ke arah Ghea.

Ghea meraup wajah Deva kesal. "Gak usah melotot juga, astaga. Serem tau muka, lo."

Anjir nih cewek. Batin Deva kesal.

"Lagian, gue kan tanya baek-baek. Tadi siapa?"

Ghea menghela nafas. "Adek-adek, calon penghuni fakultas hukum, eak." ucap Ghea seraya menaik turunkan alisnya.

Deva mengangguk pelan menanggapi ucapan Ghea barusan. Ghea yang melihat respon Deva tak sesuai ekspetasi pun melebarkan pupil matanya. Dengan kesal, ia mendorong kaki kursi deva pelan membuat sang empu terkejut.

"Heh, gue jatoh, lo gue tuntut buat tanggung jawab baru tau rasa lo," kesal Deva menatap Ghea nyalang.

Ghea mengejek Deva dengan mulut menye-menye membuat Deva gemas. Ingin sekali ia masukkan perempuan itu ke dalam tasnya sekarang juga. "Tanggung jawab apaan, jatuh aja enggak,"

"Ngeselin banget sih anaknya Sanjaya,"

Ghea melotot kesal. "Itu nama Ayah gue. Gue laporin ke Ayah lo ya, awas lo."

Deva sendiri sudah senang sekali ketika melihat raut wajah Ghea yang kesal karena dirinya. Di saat ia ingin mengajak Ghea pulang, Ghea masih bergeming di samping Nada.

"Ayo Ghe, balik ke kampus bareng gue."

Ghea menatap Deva kesal. "Gue masih ngambek sama lo. Secara gak langsung lo udah ngatain ayah gue, depa."

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang