19. Suapin saya

2.6K 113 1
                                    

Give me a loved, guys!❤
Thank you so muchhh💋
Enjoyedd.....

19. Suapin Saya
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅


Pagi yang cerah kali ini, di awali dengan sebuah sarapan sebelum semuanya kembali beraktivitas dengan kesibukannya masing-masing. Makanan sudah siap di meja, tinggal menunggu Bima turun dari kamar, maka mereka berdua akan sarapan bersama.

Ghea melirik Bima yang berjalan menuju kursi yang ada di hadapannya. Ia mengambil piring yang ada di hadapannya dan memulai mengambil nasi beserta yang ada di hadapannya. Sedangkan Ghea duduk di hadapan Bima dengan segelas susu putih di tangannya.

"Pak, saya boleh nebeng ke rumah Nadia gak?" tanya Ghea di jawab gelengan oleh Bima.

Ghea meneguk salivanya pelan. Ia rasa, Bima masih marah akibat insiden tadi malam sebelum tidur. Ia menghela nafas pelan sebelum menenggak semua susunya dan menaruh gelas kosongnya di hadapannya.

"Kalau nebeng ke kampus, boleh?" tanya Ghea ragu, dan ya! Di jawab deheman kecil oleh Bima.

Bima menenggak air putihnya tanpa menatap Ghea seperti biasanya. Ia duduk sebentar sembari memainkan ponselnya. Lantas itu, ia berdiri dari duduknya keluar rumah tanpa mengajak Ghea. Ghea yang kesal tidak di ajak pun merengut kesal.

Ghea berjalan pelan di belakang Bima. Bima yang merasa kekurangan sesuatu pun berhenti dan menoleh ke samping lalu ke belakang. Ia menatap Ghea datar.

"Jalan yang cepat. Saya sedang buru-buru."

Ghea menghela nafas kesal. "Saya naik taxi aja deh, pak."

Bima tetap berjalan menuju mobilnya tanpa menjawab pertanyaan Ghea. Ghea yang mulai marah pun berjalan menuju keluar gerbang meninggalkan Bima.

Bima yang melihat Ghea hanya geleng-geleng pelan seraya masuk ke dalam mobilnya, menjalankannya dan berhenti di hadapan Ghea. Ia menatap penampilan Ghea dari atas sampai bawah.

"Lain kali pakai jam tangan yang saya belikan. Kamu mau naik atau tidak," ucap Bima setengah bertanya membuat Ghea ingin sekali mencubit pinggang dosennya itu.

Tanpa menjawab pertanyaan Bima, Ghea langsung menuju kursi yang ada di samping Bima mengemudi. Setelah memastikan Ghea selesai memakai seatbelt, Bima langsung menjalankan mobilnya menuju kampus.

Selama perjalanan, keduanya saling bungkam. Tak ada yang memulai percakapan. Di tengah perjalanan menuju kampus, Bima membuka dashboard dan memberikan jam tangan kepada Ghea.

Ghea menerima jam tangan itu dengan bingung. "Buat saya?"

"Bukan, pakein ke tangan saya," ucapnya seraya menyodorkan lengan kirinya yang menganggur ke arah Ghea.

"Kirain buat saya," lirih Ghea seraya memasangkan jam tangan berwarna silver itu ke tangan Bima.

"Udah,"

Tak lupa, Bima berterima kasih kepada Ghea membuat Ghea kembali tersenyum.

"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Bima membuat Ghea menoleh dan langsung melunturkan senyumnya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kenapa, Pak?"

Bima menghela nafas seraya membelokkan mobilnya dengan satu tangan. Dan hal itu sontak membuat Ghea menatap tangan Bima yang lincah itu dengan kagum. Baru kali ini ia melihat Bima melakukan itu saat bersamanya.

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang