29. Rumah mertua

2.3K 91 17
                                    

Give me a loved, dear!❤
Thank you so muchhh💋
Enjoyedd.....

29. Rumah Mertua
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅


Bima kali ini mengajak Ghea ke rumah Mamanya. Mereka berdua menyempatkan untuk berkunjung kerumah orang tua Bima. Jika tidak berkunjung, akan ada kalimat yang keluar dari mulut. Contohnya seperti ini.

“Dasar suami istri sombong. Menatang-mentang udah nikah, diem di kamar mulu. Gak capek apa bikin anak terus,”

Ghea menggeleng kuat. Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak Ghea. Pikirkan apa yang harus ia lakukan nanti di rumah mertua.

Ghea menoleh ke arah Bima. Suaminya itu terlihat segar sekali. Dan terlihat matanya tidak terlalu tajam seperti menatapnya dulu.

Ghea yang sibuk memperhatikan Bima, akhirnya Bima pun akhirnya sadar. Ia menoleh sekilas ke arah Ghea.

“kenapa natap saya kayak gitu? Apa saya kelihatan tampan?”

Ghea mendengus kesal. “Saking gantengnya saya sampai takut bapak di culik badut.”

Bima mendecak kesal. “Kamu bisa gak sih memperlakukan saya layaknya hubungan suami istri seperti di luar sana.” gerutunya.

“Hubungan suami istri kayak gimana? Kita kan udah jadi suami istri. Bapak juga sudah saya rawat,”

Bima tak menjawab ucapan Ghea. Ia melirik Ghea. Setelah itu, ia mendaratkan tangannya mencari tangan Ghea untuk ia genggam. Tapi,

“Apa ini yang bapak maksud hubungan suami istri? Pegang-pegang area terlarang?” kesal Ghea kepada Bima.

Bima menoleh dan membelalakkan matanya kala melihat tangannya berada di paha Ghea. Dengan cepat, Bima menarik kembali tangannya dan mengucapkam kalimat maaf.

“Ma-maafin saya, Ghe. Tadi itu, saya mau nyari.....nyari....nyari itu, tangan kamu,” lirih Bima di jawab decakan oleh Ghea.

Ghea mengalihkan pandangannya. “Bilang aja bapak mau tubuh saya. Iyakan,” lirih Ghea.

“Astaga, enggak Ghea.”

Ghea mendengus kesal. Dasar. Lelaki selalu saja mengedepankan nafsunya. 

“Mampir dulu ke supermarket. Beli tumbal,”

Bima mendecak. “Beli buah-buahan, Ghe.” ralat Bima.

Ghea merotasikan kedua bola matanya. “Terserah gue lah. Mulut-mulut gue, kok situ yang sewot.” gumamnya.

Tak lama, Ghea dan Bima sampai di supermarket terdekat. Ghea tak membawa troli. Ia akan menyuruh suaminya saja nanti untuk membawanya.

“Enaknya beli buah apa ya, pak?” tanya Ghea seraya melihat-lihat.

“Buah-buahan.”

“Buah apa?”

“Buah-buahan.”

“Ck. Iya, maksudnya buah apa, astaga.” kesal Ghea seraya mencubit pelan lengan Ghea.

Bima meringis pelan seraya mengelus lengan korban cubitan Ghea. “Kasar banget sih, kamu.”

“Makannya kalau di tanya itu yang bener jawabnya. Mau beli buah apa?”

Bima mengedikkan bahunya. “Terserah. Pokoknya buah-buahan.”

“Pisang? Jambu? Melon? Semangka?” tanya Ghea.

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang