17. perhatian Ghea

3K 120 7
                                    

Give me a loved, dear!
Thank you so muchhh💋
Enjoyedd


17. Perhatian Ghea
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

Bergelut dengan selimut, keduanya masih terlelap dalam tidurnya. Mereka tidak tau, bahwa sekarang sudah jam delapan pagi.

Bima mengucek matanya seraya melirik gorden yang menampilkan sedikit cahaya. Ia melirik ke samping istrinya. Ternyata juga masih tidur dengan memeluk guling.

Salah satu diantara mereka terbangun, Bima. Ia mengerjapkan matanya sebentar. Lalu, melirik dinding yang ada jamnya. Jam 08.45. Lantas ia kembali memejamkan matanya dengan memeluk Ghea dari belakang. Sangat, random sekali🙈.

Ghea yang merasa ada gerakan pun segera membuka kelopak matanya.

“Enghh...” gumam Bima seraya mengeratkan pelukannya.

Ghea melepaskan pelukan Bima dan beranjak dari kasurnya meninggalkan Bima.

“Gheaaa....”

“Masih pagi, gak usah bikin emosi.” cibir Ghea seraya menuju kamar mandi.

“Udah jam setengah sembilan. Udah gak pagi,” gumam Bima membuat Ghea berhenti seketika.

“Jam berapa?”

“Setengah sembilan,” jawab Bima.

Ghea mengerjapkan matanya sebentar. Ia lantas melihat jam dinding yang ada di kamarnya. “AAAAAA!” teriaknya seraya berlari menuju kamar mandi.

Bima yang mendengar teriakan dari Ghea langsung membuka matanya lebar-lebar. Mulut istrinya begitu kejam, hingga membuat jantungnya jedag-jedug.

Setelah tiga puluh menit di dalam kamar mandi, akhirnya Ghea keluar dari tempat bersemayamnya (kamar mandi) dengan muka jutek ke Bima.

“Kamu ngapain di dalam sampe setengah jam? Konser?” sarkasme Bima membuat Ghea makin jutek.

“Ya mandilah. Membersihkan diri. Biar bersih, jadi wanita itu harus cantik di mata suaminya dan tetangganya. Nanti kalau istrinya jelek, suaminya malah nyari lagi, terus saya di madu. Saya gak mau lah. Terus nanti tetangga nyinyirin keluarga kita.” jutek Ghea sembari menghentak-hentakkan kakinya karena kesal tidak di bangunkan jam tujuh pagi.

“Udah sih, gak usah pake marah. Lama-lama saya tabok mulut kamu.”

Ghea melotot garang ke arah Bima yang berjalan menuju kamar mandi. “Ih, mulutnya.”

Bima tak lagi menjawab ucapan Ghea. Ia tetap berjalan menuju kamar mandi. Fyi, Bima udah agak mendingan loh, makanya di bolehin sang ndoro untuk mandi.

“Dasar kulkas,”

Ghea berjalan keluar kamar menuruni tangga. Ia melihat rumahnya dari arah tangga. Jika di lihat-lihat, gedhe juga yah rumah nya. Eh? Baru sadar.

Ghea duduk di tangga. Ia menatap rumahnya dengan sendu. Sepi, tidak ada Mama dan Papanya. Ah iya, dia lupa dengan orang tuanya.

Bagaimana ya, keadaannya sekarang. Ah jadi rindu. Jadi pengen ke rumah Mama.

“Ghea!”

Ghea menatap ke atas, dimana Bima sedang berdiri tegak di sana dengan celana triningnya serta kaus oblong.

“Laper.”

Ghea menghela nafas, lantas kembali berjalan meninggalkan Bima menuju dapur. Ia lantas membuka kulkas dan mengeluarkan semua sayuran yang akan ia masak sekarang.

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang