♡16♡

670 118 3
                                    

Akhirnya mereka pun bergegas menuju rumah sakit terdekat.

Sedangkan di rumah (Name), ibu tirinya yang sudah selesai membuat teh pun berjalan ke depan, guna menyuguhkan teh kepada Arata dan (Friend Name).

Tapi ternyata saat dia sudah sampai di depan, dia tak menemukan siapa pun di sana kecuali darah yang membanjiri lantai.

"Anak anak zaman sekarang nakal ya, masa pergi tanpa pamit kepada orang yang lebih tua..." Ucapnya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya dan lalu kembali berjalan ke ruang tamu, menikmati teh yang tadi ia buat untuk Arata dan (Friend Name).

.
.
.
.
.
.

Arata dan (Friend Name) dengan tergesa gesa lari menuju rumah sakit terdekat, dengan (Friend Name) yang tak henti hentinya menangis.

Sesampainya di sana (Name) langsung di tangani oleh pihak rumah sakit, dan mereka pun hanya bisa menunggu kabar terbaik dari dokter yang merawat (Name).

"(Friend Name)!" Panggil Arata tanpa menoleh ke arah (Friend Name), tapi sudah beberapa menit Arata tak mendengar respon dari (Friend Name) membuat Arata harus menoleh ke arah (Friend Name) untuk mencek kondisinya.

"(Friend Name)?!" Panggil Arata lagi.

"(Friend Name)!!" Panggil Arata sambil mengguncang sedikit bahu (Friend Name).

"E-eh a-ada a-a-apa?" Respon (Friend Name) dengan gugup.

"Kau sudah mengabari ibumu?" Tanya Arata.

"E-eh a-apa ka-kah i-tu harus?" Tanya balik (Friend Name) masih dengan gugup dan bisa terlihat keringat terus membanjiri seluruh wajahnya.

"Ibu mu berhak tau, mungkin nanti ibu mu bisa melaporkan ini ke ayahnya (Name)." Ucap Arata.

"K-kau benar... A-ku akan me-menghubunginya se-sekarang." Ucap (Friend Name).

"Jika kau tak kuat berbicara, biar aku yang berbicara." Ucap Arata sambil merebut ponsel (Friend Name) yang sedang melakukan panggilan.

Akhirnya panggilan pun di jawab oleh ibu (Friend Name), dan Arata pun menjelaskan semua yang terjadi.

Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki tergesa gesa di lobby rumah sakit, dan tak lama kemudian muncul lah sosok wanita paruh baya yang ternyata adalah ibu dari (Friend Name).

"(Friend Name)!!" Pekik ibu (Friend Name) sambil berlari dengan tergesa gesa menghampiri (Friend Name).

"I-bu..." Lirih (Friend Name) dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Dengan segera ibu (Friend Name) langsung memeluk anaknya itu, guna menenangkannya.

"Semua baik baik saja... Ada ibu di sini." Ucap ibu (Friend Name) sambil terus mengusap punggung (Friend Name).

Setelah 1 jam lebih, akhirnya pintu ruangan operasi (Name) terbuka, dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang mengenakan jas putih.

"Dokter! Bagaimana kondisi (Name)!" Tanya ibu (Friend Name) yang langsung menghampiri dokter itu.

"Tenang bu! Mohon maaf sebelumnya, tapi apakah ibu adalah keluarga pasien?" Tanya dokter.

"Saya buka keluarga nya dok, tapi (Name) sudah saya anggap anak sendiri." Jawab ibu (Friend Name).

✧・゚:*DIFFERENT [Luffy X Reader's]*:・゚✧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang