Pagi ini salju sudah berhenti di New York, ketika mereka berdua jalan-jalan di sekitar penginapan. Dilihatnya orang-orang sedang membersihkan salju dari halaman dan tanaman-tanaman, beberapa wanita paruh baya bercengkrama sambil membersihkan pagar mereka, anak-anak kecil bermain-bermain disekitar jalan, lalu sekelompok anak muda berjalan cepat melewati mereka.
Melihatnya membuat Luda tertarik pada mereka semua, termasuk pada sekelompok tersebut yang masing-masing dari mereka membawa bunga. Ada yang sebuket, beberapa tangkai, bahkan ada yang hanya membawa setangkai saja. Dan semuanya adalah bunga lili putih.
Luda bahkan menarik tangan Eunseo bermaksud mengisyaratkan lelaki itu untuk berhenti ketika kelompok itu berbelok dihadapan mereka yang ternyata menuju sebuah kolumbarium.
Seseorang tak sengaja menjatukan setangkai lili miliknya, entah siapa. Luda menemukan didekat kakinya, dan gadis itu pun memungutnya.
Luda dan Eunseo saling melemparkan pandangan yang entah apa maksudnya sampai membuat Luda tersenyum dan mengangguk kecil. Luda lantas melepaskan airpod yang dia pakai ditelinga sebelah kanannya- dan yang satunya dipakai oleh Eunseo. Luda menyimpan airpod tersebut kekantongnya dan mulai berjalan ke dalam kolumbarium tersebut.
Luda berdiam lama dihadapan kolumbarium sambil mengamati sesuatu. Sedangkan Eunseo mengamati kelompok tadi yang ternyata ada di sudut lain, berkumpul sembari mendengarkan salah satu dari mereka berbicara.
Luda pun berjalan menuju sudut setelah merasa apa yang dicarinya dia temukan, membuat mata Eunseo memicing mengamati gadis itu dengan sangat serius. Luda meletakan lili yang diambilnya tadi pada sebuah kolom yang berisi sebuah wadah abu kecil, dan kolom itu sedikit berdebu.
Luda lantas menyatukan tangannya didepan tubuh sambil sedikit menundukan kepala, begitu sangat lama dan tenang. Dan saat gadis itu mengangkat kepalanya kembali, Eunseo yang sudah dibelakangnya lagi bertanya dengan berbisik.
"Berdoa untuk orang yang tidak kau kenal?"
Luda membalikan tubuhnya sedikit dan tersenyum tipis. "Semua orang pasti memiliki sebuah harapan. Bahkan ada harapan yang tidak pernah padam meski dia sudah meninggal. Dan mungkin, aku bisa membantunya sedikit."
Eunseo terdiam dihadapan kolumbarium cukup lama sampai Luda meninggalkannya. Namun setelahnya lelaki itu pun menyusul Luda dan langsung memeluk gadis itu dari belakang dan memasukan tubuh Luda pada coat yang Eunseo gunakan bersama senyum merekah, berjalan bersama meninggalkan kolumbarium dan sekelompok tersebut yang masih betah ditempatnya.
"New York hari ini ternyata sangat dingin, kan?" Eunseo mengeratkan pelukannya, bermaksud menyalurkan kehangatan pada Luda yang ternyata membalas dengan menggenggam tangan Eunseo tak kalah eratnya.
Luda mendongak, mengamati langit. "Ya. Sangat dingin."
~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Discover : Time, Love, & Died
Short StoryKisah bagaimana caranya untuk kembali mengatur waktu mencari kebahagiaan cinta sesungguhnya diantara mereka semua, meskipun harus dipisahkan oleh maut. Tapi bukankah hati masih tetap menetap bukan? Cinta juga tidak akan hilang begitu saja, kan? | Di...