41. Tears Today

157 15 0
                                    






Ada playlist recomendasi untuk baca chapter ini. Mungkin ada yang ingin membaca sambil mendengarkan.

- In Your Days by Wheein
- Gathering My Tears by Ulala Session
- Time Shines Like A Star by Park Ji Min








Didepan kaca kamar mandi, Eunseo tidak berhenti menangis. Karena sudah tak mampu menahan tubuhnya yang bergetar, Eunseo membiarkan tubuh lemasnya luruh kebawah begitu saja dengan kedua tangan yang meremas erat dan kuat sisi-sisi wastafel bersama tangis yang semakin kencang.

Informasi yang didapat dari dua orang polisi beberapa waktu lalu, berhasil membuat Eunseo terguncang hebat dan mengundang sakit yang teramat. Hatinya dibuat hancur, dunianya seakan runtuh.

"Dilihat dari cctv dan pernyataan dari beberapa saksi, mobil uber yang ditumpangi nyonya terguling setelah tertabrak mobil SUV dari arah berlawanan dengan kecepatan cukup tinggi. Setelah diselidiki, ternyata pelaku mengemudi dalam keadaan mabuk."

Penjelasan itu sampai sekarang masih tergiang dikepala Eunseo bagai rekaman tanpa jeda. Eunseo berharap jika ini adalah mimpi buruk, tapi semakin dia berusaha menyakinkan diri dengan banyak hal baik dan berusaha menyangkal kejadian yang sudah menimpa Luda, itu justru semakin membuat dadanya sesak dan sakit.

Dirinya justru langsung tertampar oleh banyak andai-andai jika yang langsung memenuhi benaknya, termasuk dengan jika ini adalah kenyataan kejam yang harus dia hadapi dan dia terima.

Setelah menyembunyikan diri dikamar mandi cukup lama, Eunseo akhirnya memberanikan untuk keluar. Eunseo menyeret kakinya yang sudah teramat lemas dan berat ke sebuah tempat duka bersama tangisnya yang sudah mulai mereda, menyisakan seseguk pilu.

Eunseo kedalam bersamaan dengan seorang perawat yang keluar dan mempersilahkannya masuk, didalam dia langsung disambut oleh pasangan paruh baya, mereka berdua memeluk sesaat Eunseo bergantian.

Tubuh Eunseo langsung membeku didepan tubuh yang sekarang terbujur kaku. Dia tidak bisa melakukan apapun selain diam dan mengigiti bibir bawahnya kuat-kuat untuk meredam tangis yang ingin kembali lolos.

Kepalanya menunduk dalam bersama matanya yang tertutup rapat untuk memeras air yang sudah menumpuk dipelupuk. Kedua tangannya saling menggenggam erat didepan tubuh bersama ingatannya yang tiba-tiba melayang pada sebuah kalimat yang pernah Luda ucapkan dikolumbarium saat mereka berdua di New York kala itu.

"Semua orang pasti memiliki sebuah harapan. Bahkan ada harapan yang tidak pernah padam meski dia sudah meninggal. Dan mungkin, aku bisa membantunya sedikit."

Saat Eunseo ingin mengkhidmatkan diri untuk berdoa, konsentrasinya dimenit pertama langsung pecah disusul tangis raungan yang langsung mengudara tanpa diminta.


*****


Karena jarak dari Boston ke San Francisco cukup dekat, tidak sejauh yang ada di Korea, Bona dan Seola langsung terbang lebih dulu setelah mendapat kabar tak baik itu. Begitu dari bandara, mereka langsung tancap gas ke rumah sakit setelah mendapatkan alamat dari Eunseo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Discover : Time, Love, & DiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang