31. Scenary

121 13 4
                                    

Dijalan menurun yang diapit sawah-sawah, Eunseo berhenti mengayuh dan membiarkan sepedanya agar meluncur cepat dengan sendirinya. Dan itu ternyata membuat Luda dibelakangnya spontan berteriak.

Meskipun akhirnya mereka berdua sama-sama tertawa, bersama angin semilir yang menerpa wajah dan memainkan rambut mereka.

Begitu kecepatan kembali normal dan Eunseo juga kembali mengayuh, Luda merentangkan tangannya sembari mencoba menghirup nafas dalam-dalam bersama matanya yang terpejam.

Setelah beberapa saat, Luda membuka matanya bersama senyum mengembang. Dia lantas kembali meletakan kedua tangannya ditempat kendali dan ikut mengayuh.

Sekarang Luda dan Eunseo sama-sama menatap sekelilingnya yang disana ada hamparan sawah hijau terbentang di sisi kanan dan kiri mereka, lalu membalas sapaan warga lokal yang berlalu lalang di tepian jalan yang tadi menyapa mereka.

"Akhirnya, setelah sekian lama kita kemari juga. Sebenarnya aku sudah niat mengajakmu kemari."

"Kau niat kapan?" tanya Luda.

"Sebelum kita kembali ke Korea dan sebelum ada rencana comeback."

Luda dibelakang diam-diam mengulum senyum. "Tapi sekarang senang kan sudah kesini, apalagi karena rencana special."

"Besok-besok kalau mau honeymoon lagi kita kesini saja ya?"

"Lihat saja kedepannya bagaimana."

Dibalik wajahnya Eunseo tersenyum sumringah, sesekali dia mengerjapkan matanya kala angin yang menerpanya terasa lebih sejuk.

"Aku sebenarnya sudah berkunjung ke Bali sebelumnya. Waktu itu ada jadwal pemotretan untuk grup. Kau tau harapanku setelah di Korea?"

"Tidak."

"Harus selalu kembali ke Bali. Dan sekarang aku kembali ke mari bersamamu, rasanya senang sekali apalagi melihat dan menikmati pemandangan dari dekat seperti ini."

Eunseo lantas sengaja mengayuh sepedanya pelan-pelan.

"Padahal kemarin kita baru saja meninggalkan musim dingin."

"Sayang, sepertinya beberapa hari lagi di Korea musim semi."

Luda menjentikan jarinya. "Ah iya, benar. Kalau begitu kita balik saat musim semi saja bagaimana?"

Senyum Eunseo diwajahnya semakin lebar. "Boleh."


*****


Setelah bersepeda dan berjalan-jalan dipematang sawah, sekarang Luda dan Eunseo sudah kembali ke tempat mereka menginap.

Diatas hamparan pasir pantai Bali yang ada dibelakang penginapan mereka, Luda menyandarkan kepalanya di bahu Eunseo. Salah satu tangannya memainkan pasir dengan menggenggamnya lalu melepaskannya perlahan seperti jam pasir penghitung waktu.

Eunseo sendiri sedang sibuk mengamati batas antara laut yang tenang dan langit yang bersih disana.

"Bumi itu lucu ya, disana sedang dingin-dinginnya, kita disini panas-panasan."

"Hmmm." Respon Luda yang ternyata sudah menutup matanya, terdengar sekali lelah dan mengantuk.

Eunseo yang menyadarinya lantas menepuk lengan Luda dan menggoyangkan bahu wanitanya pelan.

"Sayang, jangan tidur disini. Aku tidak mau menggendongmu kedalam."

Luda tergelak bersama matanya yang masih terpejam. "Bohong. Kau pasti akan tetap melakukannya."

"Aku mau tidur sebentar, mataku sudah sangat berat. Nanti jika matahari sudah hampir terbenam bangunkan aku."

Eunseo hanya menjawab dengan gumaman, lalu membiarkan Luda untuk tidur dengan diiringi suara ombak didepan mereka.

Suasana menjadi hening dan senyap seperti pikiran Eunseo sekarang. Lelaki itu memfokuskan penglihatannya kedepan, perhatiannya terkunci pada ombak yang datang dan pergi.

Lalu Eunseo menutup matanya berusaha untuk menikmati suara deburan ombak. Tapi baru beberapa saat, dia membuka matanya kala merasakan bahunya ringan, dia menoleh dan mendapati Luda yang tengah mengerjapkan mata bersama lenguhan kecil.

"Lihat mataharinya!"

Eunseo reflek menepuk lengan Luda dan itu berhasil menyadarkan wanita itu sepenuhnya yang tadi sedang berusaha mengumpulkan nyawa.

"Sayang, sepertinya aku akan merubah kebiasaan."

Eunseo menoleh, mengamati Luda dari samping yang entah kenapa wajahnya begitu terasa teduh dan bahagia, apalagi senyum yang terkembang disana yang sukses membuat dirinya ikut tersenyum tanpa sadar.

"Kebiasan apa, hm?"

"Ketika orang lain punya kebiasan menaruh harapannya pada bintang jatuh, mulai sekarang aku akan merubahnya dengan menaruh harapanku saat matahari terbenam."

Eunseo terdiam sambil terus mengamati Luda yang sudah menyatukan tangannya dan menunduk, wanita itu terlihat bahagia, Eunseo bisa melihatnya dari cara Luda tersenyum dibalik wajahnya.

"Jadi apa yang sudah kau harapkan?" tanya Eunseo begitu Luda menaikan kepala dan menoleh kearahnya bersama senyum penuh arti.

Alih-alih menjawab, Luda justru menggenggam tangan Eunseo begitu erat lalu meletakan tangan mereka diatas pangkuannya.

Luda kembali bersandar di bahu Eunseo dan kembali menutup wajahnya.

"Aku berharap, semoga besok kita masih tetap bisa merasakan kebahagiaan."

Senyum yang hampir luntur dari wajahnya langsung Eunseo tarik kembali, lalu dia sunggingkan selebar mungkin.

Apalagi saat Luda mengucapkan kata 'kita' dengan manis, rasanya Eunseo dilambungkan tinggi-tinggi oleh rasa bahagia yang menurutnya akan sulit diungkapkan dengan kata-kata. 




~~~~~~~~~~




Siap siap ya buat Chapter kedepannya hehehe ^_^

Discover : Time, Love, & DiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang