25. Step by Step

147 20 2
                                    

Satu satunya pesan yang diberikan oleh Eunseo padanya tadi pagi hanya, 'Pakaian yang santai ya, tapi tetap rapi dan sopan.'

Luda berusaha menebak-nebak kemanakah Eunseo akan mengajaknya pergi kali ini, barang kali bertemu dengan kolega-kolega baru Eunseo yang akan diperkenalkan kepadanya.

Tapi Luda langsung mencoret kemungkinan itu dipikirannya. Eunseo tidak mungkin berpesan demikian jika harus bertemu dengan para koleganya yang bergengsi tinggi-tinggi.

Atau mungkin, akan mengajaknya ketempat restoran baru yang beberapa hari diceritakan? Tapi jatuhnya terlalu misterius dan serius jika hanya itu tujuannya. Mengajaknya berbelanja bersama? Tidak mungkin pula dengan isyarat seperti itu jika hanya berbelanja bersama, pasti pesannya akan berbeda.

Karena sudah tak sabar dan segera ingin tahu, Luda bersiap-siap lebih cepat sebelum Eunseo datang menjemput sesuai jam janji.

Tapi nyatanya, Eunseo datang menjemputnya lebih cepat dari perkiraan, baru beberapa menit dia duduk diruang tamu untuk menunggu kedatangan Eunseo setelah memakai sepatu, Eunseo sudah sampai dan langsung masuk rumah tanpa repot-repot mengetuk pintu.

Eunseo berdiri sambil tersenyum didepan Luda beberapa langkah saat mengamati pakaian dan sepatu yang dikenakan oleh Luda.

"Jangan protes ya kalau pakaianku tidak sesuai. Kau tidak bilang kita mau pergi kemana."

"Sempurna. Kita cocok." Eunseo duduk disamping Luda dan langsung merangkul leher Luda dengan mesra. Lalu dagunya menunjuk pakaiannya dan pakaian Luda bergantian.

Mereka sama-sama mengenakan warna biru meskipun berbeda nada. Eunseo sendiri mengenakan jas biru muda yang membalut kaos hitam polosnya, sedangkan Luda mengenakan sweater lengan panjang berwarna biru dongker yang dipadu dengan celana jeans warna biru langit.

"Aku harus tau kita akan kemana."

"Nanti kau juga akan tau." Eunseo meraih tangan Luda, lalu mereka sama-sama berlalu meninggalkan sofa.

Disepanjang perjalanan mereka hanya diam, Eunseo fokus menyetir dan Luda sibuk berfikir sambil mengamati jalanan daribalik jendela. Dia masih menerka nerka Eunseo akan mengajaknya kemana.

Tapi saat mengamati jalanan yang mereka lalui dengan cermat dan teliti, membuat Luda bergumam berulang kali. Jalanannya terasa sangat begitu familiar baginya, meskipun dia jarang menempuh jalurnya.

Dan dugaan Luda diwaktu-waktu terakhir sebelum mobil yang dia tumpangi akhirnya sampai tujuan, ternyata benar.

Jantung Luda seketika memompa dengan sangat cepat begitu Eunseo masuk area halaman luas. Eunseo hanya tersenyum tanpa dosa begitu melihat Luda mendelik kearahnya bersama tatapan horror.

Eunseo mematikan mesin mobilnya. "Ayah kebetulan sedang senggang. Jadi ini kesempatan bagus sebelum kita kembali sibuk minggu depan."

"Kalau kau bilang kita akan kerumah orang tuamu, aku bisa memakai pakaian yang lebih baik lagi." Bisik Luda kesal dan takut.

"Kita bukan mau pergi ke acara resmi, sayang. Jadi santai saja."

Luda melepas sabuk pengamannya dengan lambat, Eunseo menungguinya cukup lama didepan pintu yang sudah dibukakannya. Dengan satu tarikan nafas, Luda akhirnya keluar dan menyambut uluran tangan Eunseo.

Daerah ini bukan daerah biasa. Luda tau beberapa pejabat tinggi negara seperti politikus-politikus ternama, dan beberapa papan bintang bintang atas tinggal disini.

Luda berusaha meneguk salivanya beberapa kali sambil mencoba menggandeng tangan Eunseo untuk mengurangi rasa gugup dan cemasnya bersama tangan yang dia coba netralkan agar tak gemetar.

Discover : Time, Love, & DiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang