Dayoung tak henti-hentinya memotret pemandangan didepannya dengan kamera polaroid milik Yeoreum yang sedari tadi dikalungkan dileher lelaki itu. Namun, belum ada 15 menit baterai kamera itu sudah habis.
Dayoung pun mengambil tas kamera untuk menilik siapa tau Yeoreum membawa baterai cadangan. Tapi alih-alih mengambil baterai dari tas, tangan Dayoung justru mengambil selembar foto.
Sejenak Dayoung mengamati foto tersebut. Dia ingat, ini adalah fotonya yang Yeoreum ambil setelah sepedaan beberapa bulan yang lalu. Setelah insiden dia jatuh.
"Lo masih nyimpen foto ini?"
Yeourem menoleh dan tertawa. "Kemarin kita tukeran. Gue yakin lo juga masih nyimpen foto gue. Ya kan?" tebaknya.
"Nggak tau. Gue lupa."
"Bohong. Paling-paling sekarang udah dibingkai. Atau nggak ditumpuk sama foto-foto lo didompet." Ujar Yeoreum yakin penuh percaya diri. Dia tahu kebiasaan Dayoung bagaimana cara gadis itu merawat foto-foto.
"Foto ini kuambil ya?"
"Ehh.. jangan." Yeoreum buru-buru merebut foto polaroid dari tangan Dayoung. "Kecuali kalo kamu mau ganti fotonya yang baru dan berkali-kali lipat, juga kembaliin foto punya gue. Yang itu boleh lo ambil."
Dayoung berdecak dan memutar bola matanya malas. "Dih, apaan. Nggak mau. Yaudah nggak jadi."
Yeoreum menaikan salah satu alisnya jahil. "Yakin nih? Masih mau nyimpen ternyata."
Dayoung menjulurkan lidahnya pada Yeoreum, dan lelaki itu membalasnya dengan tertawa hampir terbahak dan iseng menunjuk-nunjuk pipi Dayoung hingga berakhir mencubit keduanya.
"Ya udah, simpen aja fotoku. Biar setiap kamu kangen, kamu nggak perlu lagi nge-spam chat-ku berkali kali." Yeoreum tersenyum arti pada Dayoung yang hanya bisa mengerjapkan kedua matanya cepat.
*****
Setelah mengelilingi distrik, Yeoreum dan Dayoung sekarang memilih beristirahat sejenak untuk ketiga kalinya di rerumputan yang ada didekat sungai sembari menikmati pemandangan matahari terbenam favorit Dayoung, sebelum nantinya mereka pulang ke tempat masing-masing.
Yeoreum berselonjor ria direrumputan liar. Sedangkan Dayoung memeluk tasnya dengan matanya fokus pada air sungai yang tenang. Sepeda mereka berdua disandarkan dipohon besar dan saling berhimpitan.
Bersama angin semilir yang menerpa wajah dan memainkan rambut mereka, Dayoung tiba-tiba meletakan kepala diatas tasnya karena kantuk yang mulai menyerang.
Yeoreum yang asik memotret, begitu menoleh kesamping langsung menunjukan senyum jahilnya karena menemukan hal menarik yang tak boleh disia-siakan. Diam-diam dia memotret Dayoung yang sudah memejamkan mata.
"Lee Jinsuk?"
Yeoreum yang sedikit kaget dan panik karena ternyata Dayoung tidak benar-benar tidur segera mematikan kameranya dan menyimpannya kedalam tas. Dalam hati membatin semoga gadis itu tidak tau jika dia mengambil gambar gadis itu diam-diam.
"Hm? Apa?"
Dayoung membuka matanya perlahan. "Lo kalo liat gue sebagai apa? Sebagai siapa?" tanyanya tiba-tiba.
Yeoreum menaikan salah satu alisnya bingung bersama kerutan dahinya yang lumayan dalam. "Sebagai Im Dayoung lah. Siapa lagi."
"Bukan sebagai orang yang keren atau kuat gitu?"
Yeoreum tersenyum, dia mengusap surai panjang coklat Dayoung. "Nanti kalo lo lagi nggak keren, terus lo lagi keliatan lemah, itu tandanya gue nggak ngakuin lo dong? Nggak, nggak." Lelaki itu menggeleng singkat.
"Pokoknya lo itu tetep Im Dayoung yang selalu Lee Yeoreum kenal, dengan segala yang lo punya. Apapun itu." Ungkap Yeoreum tulus bersama seulas senyum tipisnya.
"Kenapa tiba-tiba tanya begituan, hm?"
Dayoung mengangkat bahunya kecil. "Nggak papa, pengin aja" sebenarnya itu bukan pertanyaan tanpa arti. Bahkan sekarang Dayoung masih bertanya-tanya, jangan-jangan orang lain lebih tahu tentang dirinya dibanding dirinya sendiri? Memang kadang dalam kondisi tertentu, Dayoung sulit untuk menemukan diri dan merefleksikannya, dan itu terkadang membuat Dayoung tersesat dengan dirinya sendiri.
"Balik yuk, udah mau gelap." Ajak Yeoreum, menjulurkan tangannya bermaksud membantu Dayoung berdiri.
"Bentar. Sebelum balik foto dulu, siluetnya lagi bagus. Sekalian mau pamer ke Yeounjung."
Yeoreum tergelak. "Dasar."
*****
"Ini beneran udah mau pulang?" tanya Dayoung ragu, sekali lagi dia menanyai keseriusan Yeoreum yang mengangguk mantap.
"Iya."
"Hati-hati kalo gitu, salam buat kak Luda sekalian buat kak Eunseo kalo ketemu. Pengin ngajak buat main sama Juna, tapi Junanya masih di Boston."
Yeoreum terkikik melihat ocehan keluhan Dayoung bersama tekukan wajahnya. "Hahaha, kasian banget sih. Eh, tapi ngomong-ngomong kemarin kalo gue nggak salah denger waktu kak Luda VC bareng kak Bona, katanya minggu depan mereka bakal balik kesini."
Dapat Yeoreum lihat ekspresi Dayoung yang langsung berubah dengan penuh binar. "Beneran? Yuhuu, nanti VC juga ah bareng kak Bona, mau klarifikasi." Girang Dayoung.
Yeoreum tergelak. "Suka suka lo deh Yom. Udah ah gue balik. Bye."
Begitu matanya sudah tak melihat punggung Yeoreum dan sepedanya yang semakin menjauh, Dayoung segera masuk kedalam rumah. Lalu pergi keruang tengah untuk membereskan bekas makanannya dan Yeoreum, setelah itu pergi kekamar dengan membawa sedikit cemilan dan tiga kaleng soda.
Namun begitu masuk kedalam kamar, dirinya dibuat membeku sejenak dan terperangah tak percaya begitu mendapati banyaknya lembaran-lembaran foto polaroid dirinya sendiri. Terhitung ada dua puluh lembar foto.
Ditepian tempat tidur, dibagian deretan foto-foto polaroid itu ternyata ada sebuah kertas, membuat Dayoung mengernyit bingung dan tanpa pikir langsung mengambilnya.
'Hello Im Dayoung, beautiful creature. Love yourself ^_^'
Dayoung tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
"Dasar manusia itu."
~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Discover : Time, Love, & Died
ContoKisah bagaimana caranya untuk kembali mengatur waktu mencari kebahagiaan cinta sesungguhnya diantara mereka semua, meskipun harus dipisahkan oleh maut. Tapi bukankah hati masih tetap menetap bukan? Cinta juga tidak akan hilang begitu saja, kan? | Di...